Lemon Tea #21

1.9K 288 49
                                    

"It must be nice to love someone who lets you break them twice."-Break My Heart Again, Finneas.

🍋🍋🍋

Matahari pagi menyusup masuk ke dalam ruangan itu melalui celah-celah gorden. Benda kotak berwarna hitam itu terus saja bergetar di atas nakas, tapi sang pemilik masih enggan untuk melihatnya. Dia memilih meringkuk di kamarnya, lagipula tak ada yang peduli.

Betzy membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Satu-satunya benda yang bisa ia peluk, satu-satunya benda juga yang bisa ia pukul semaunya. Satu-satunya yang bisa mendengarkan keluh kesahnya, walaupun tak bisa menjawab. Ya, benda itu satu-satunya sekarang. Tempat bersandar gadis itu sekarang tidak bisa ia datangi lagi.

Alarm sudah berbunyi berulang kali, tapi dia justru semakin malas untuk bangkit dan memulai harinya. Biasanya, ayahnya akan membangunkan Betzy jika alarm sudah bunyi berulang kali tapi gadis itu masih bertahan di zona nyamannya. Namun sekarang keadaan sudah berbeda. Laki-laki itu sekarang sudah pergi pagi-pagi buta untuk mengantarkan istri kesayangannya.

Betzy merasa semakin terabaikan.

Lalu ia teringat satu hal. Masih ada satu orang yang mungkin masih berada di pihaknya. Masih ada Alvaro. Dia mungkin masih mau menolongnya, menjadi salah satu rumahnya dalam keadaan yang terbalik saat ini. Jika dulu Sean yang mendengarkan keluh kesahnya tentang Alvaro, maka sekarang Alvaro yang akan mendengarkan keluh kesahnya tentang Sean.

Betzy tersenyum getir, dirinya memang tidak tahu diri.

Betzy yang tadinya tidur miring itu akhirnya terlentang. Menghela napas panjang dan menghabiskan sisa-sisa air katanya yang masih ada di pelupuk. Perlahan mata bundar itu terbuka, membuka selimut dan mulai merapikan tempat tidurnya.

Kakinya itu melangkah gontai menghampiri jendela. Membuka gorden dan membiarkan cahaya matahari masuk menyinari hatinya yang kelam. Betzy menatap lurus ke depan, menatap bayangan samar dirinya yang terpantul di kaca. Rambut berantakan, wajah merah, mata bengkak, hidung beler.

Betzy tersenyum samar, dia belum pernah sekacau ini. Bahkan saat Alvaro menyakitinya berulang kali atau saat hubungan dua tahunnya dengan Alvaro berakhir. Ya, karena dia masih punya Sean saat ini. Betzy masih punya rumahnya, dan sekarang rumah itu bukan untuknya lagi.

Gadis itu menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan. Dia memejamkan mata, mencoba menjernihkan kepalanya dengab udara pagi yang segar. Jika ia pikir lagi, dia yang membuat Sean jatuh ke pelukan Nadine. Dia sendiri yang berkata Sean lebih baik bersama Nadine dan sekarang Betzy menyesali keputusannya sendiri.

Dia beralih ke ponselnya yang terus bergetar sejak tadi. Awalnya Betzy kira itu adalah alarm, tapi ternyata ada puluhan chat dari lima orang yang berbeda serta beberapa telepon. Cepat-cepat gadis itu membuka chat tersebut satu per satu, tapi Sean tidak ada di antara mereka. Hanya para panitia promnight dan farewell party yang meminta laporan keuangan dan juga kuitansi. Ada pula yang meminta dana untuk menyewa kursi.

Betzy memutar bola matanya lalu mengetikkan beberapa kata dan mengirimkannya ke grup panitia.

Betzy R : Guys, gue gk ikut rapat hari ini. Gk enk badan. Kalo butuh duit minta ke bendahara 2 aja ya.

Lalu dia meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas, tapi tak sampai satu menit. Benda itu kembali bergetar hingga nyaris jatuh ke tepi. Mau tidak mau, dia kembali membuka chat whatsapp itu.

Panitia Gesrek

Kelvin : Hari ini si Ella jg gk msk gara" neneknya meninggal

Lemon TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang