[Surat]

2.8K 250 29
                                    

Kanaya memandangi tumpukan surat-surat yang ia ambil dari makam Keira. Sepulang ngampus tadi.

"Maaf kalau aku lancang banget. Sebenernya aku nggak bermaksud ngambil surat-surat ini dari makam kamu, tapi gimana lagi. . ." gumam Kanaya.

Dengan perasaan yang ragu-ragu Kanaya mulai meraih satu surat yang sudah terlihat usang.

"Sepertinya ini surat yang pertama," lirih Kanaya.

Kanaya menghembuskan napasnya berat.

"Sekali lagi maafin aku, Kei." lirih Kanaya yang kemudian membuka amplop surat dengan perlahan.
Ditariknya isi dari amplop tersebut.

Kanaya menarik napasnya dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Maaf, Kei. Aku udah lancang banget."

Kanaya membuka lembaran kertas tersebut dengan perlahan.

Setelah kertas terbuka lebar, Kanaya disuguhi bau harum bunga melati yang menyeruak.

Kanaya menghirup harumnya sampai-sampai ia memejamkan matanya. 

"Minyak apa yang, Aldan bumbukan pada suratnya ini. Wanginya semerbak dan membuatku kecanduan." lirih Kanaya.

Perlahan Kanaya membuka matanya dan mulai mengamati kertas tersebut.
Warnanya sudah sedikit kekuningan. Tapi tulisannya masih tercetak jelas.

"Tulisan Aldan bagus."

Setelah puas memandangi kertas tersebut, Kanaya mulai membaca isinya dengan seksama.

Mayaku merayu jingga.
Berkekar pada awan-awan berarak yang tak beraturan disana.
Menanti maya yang menjadi nyata.
Tapi yang fana.
Selamanya akan menjadi fana.

Uhhh. . .

Rangkain kalimat dalam topografi berbaris-baris dan berbait itu mampu mempuat kanaya terenyuh.

Bagi Kanaya, susuanan katanya sangat indah dan mampu membuatnya larut dalam bayangannya.

"Aldan sweet banget ke Keira. Aku jadi iri,"

🍂

"Mau sampai kapan lo nitipin hati lo ke Keira?" tanya Vino to the point.

Aldan melirik sebentar ke arah Vino dan menghedikan bahunya acuh.

"Ck!"
"Udah 1 setengah tahun lebih Keira meninggal, Al. . ."

"Terus?" potong Aldan dengan nada dingin.

Vino menghembuskan napasnya.
"Ya lo harusnya move-on dong!"

Aldan tersenyum miring. "Susah, Vin. Hati gue udah terlanjur ngestuck ke Keira."

"Tapi Keira itu udah mati, Al. Keira udah M A T I!" teriak Vino geram.

Bughh. .

Satu bogeman dahsyat mendarat di pipi kanan Vino.

Aldan memang begitu.
Jiwanya sangat emosional jika menyangkut tentang Keira.

Ah. . .
Tidak usah heran,
Bukannya sedari dulu hingga kini, Aldan memang selalu emosional?

'Tersenyum miris'

Vino meringis merasakan nyeri. Tapi, sesaat kemudian Vino berdecih dan berkata,
"Pukul gue sepuas lo, asal lo bisa move on dari Keira."

Bughh. . .

Lagi-lagi Aldan memukul Vino dengan dahsyatnya.

Vino meringis merasakan nyeri di kedua pipinya.

"Sampai lo mati di tangan gue pun, Keira tetap ada di hati gue, Vin. Sampai kapanpun."
Aldan memberi jeda pada perkataannya,
"Jadi jangan paksa gue buat move on dari Keira." sambung Aldan dan kemudian pergi dari hadapan Vino.

"Shhhh. . . Sial!! Sakit banget anjirr. . .!!" Vino mendesis menahan nyeri.

OSENDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang