[Bodoh]!

3.1K 247 46
                                    

Knock. . . . Knock. . . . Knock. . . .

Kanaya setia mengetok pintu kos-kosan Aldan dengan penuh semangat.

Knock. . . . Knock. . . Knock. . .

Kriett. . [Suara pintu terbuka] . .

Diambang pintu terlihat seorang laki-laki dengan balutan kaos polos berwarna hitam dan celana kain selutut berwarna krem.
Sederhana, tapi terlihat sangat keren di mata Kanaya.

Duh. . . Aldan ganteng banget sih, hallo Aldan sayang. . .

"Hai, Aldan," sapa Kanaya disertai cengiran anehnya.

Yang disapa hanya diam.

Tapi Kanaya acuh. Ia justru menyodorkan paper bag berwarna biru ke arah Aldan. "Nih, aku bikinin kue buat kamu,"

Aldan melirik sekilas ke arah paper bag yang di sodorkan Kanaya.
"Gue nggak butuh, bawa pulang!" jawab Aldan datar.

Kanaya memberengut dan berkata, "yah, kok di tolak sih,"

Aldan menghedikan bahunya acuh dan hendak menutup pintu kosannya.

Kanaya yang menyadari hal itu segera melangkahkan kakinya ke arah pintu.
"Jangan di tutup dong, please! Aku kesini baik-baik loh, masa kamu penyambutannya gitu sih. Ah, Aldan resek," rengek Kanaya sembari menahan pintu agar tidak tertutup.

"Akutu udah capek-capek bikin kue buat kamu. Dan ini itu spesial banget buat kamu. Diatasnya udah aku taburin kacang almond kesukaan kamu, tengahnya juga udah aku isi keju sama coklat. Bahan dasar kue ini juga ubi unggu kesukaan kamu. Pokoknya ini itu spesial, just for you, Al."

Aldan tetap diam tanpa merespon.

"Please, Al. Please, terima dong," rengek Kanaya dengan suara super cemprengnya.

Aldan pusing mendengar ocehan nggak jelas dari gadis aneh di depannya ini.

"WOI, AL! BISA TENANG NGGAK SIH?! BAWA MASUK AJA PACAR LO! BERISIK BANGSAT! ." teriak seorang laki-laki dari sebelah kamar Aldan.

Aldan menganggukkan kepalanya sebagai respon.

BRAK. . . . Laki-laki itu menutup pintunya dengan sangat kasar.

Kanaya menelan ludahnya dengan susah payah.

'Emang aku segitu berisiknya ya?'

Kosan Aldan memang terkenal dengan ketenangannya.
Jadi jangan heran kalau tiba-tiba ada yang marah-marah nggak jelas saat ada yang berisik.
Jangankan berisik. Di kosan Aldan dilarang keras mempunyai motor atau kendaraan apapun yang knalpotnya bersuara nyaring.
Kalau ada yang berani melangar peraturan itu, maka siap-siap saja besok pagi motornya sudah menjadi barang rongsokan.

Aldan menghela napas lelah. Daripada dia di amuk masa oleh anak kosan. Mending dia menekankan egonya barang sebentar.
"Masuk." kata Aldan dengan nada super datar.

Kanaya yang mendengar penuturan Aldan pun segera mendongakkan kepalanya.
Semangatnya membara.

'Duh, akhirnya.' batin Kanaya kegirangan.

.

"Mau lo apa sih?" tanya Aldan to the point.

Kanaya menatap Aldan dengan mata yang berbinar.

"Ditanya itu dijawab!" celetuk Aldan lagi.

'Oh, good. Suara Aldan canduku banget. Masyaallah.' batin Kanaya.

"Aku mau kamu jadi pacar aku," jawab Kanaya polos.

Aldan menatap Kanaya dengan tatapan meremehkan.
"Lo bukan tipe gue." jawab Aldan seadanya.

Kanaya memberengut sedih. "Apa sih yang kurang dari aku, Al?"

"Banyak."

"Tolong sebutin!"

"Males."

Kanaya menghembuskan napasnya lelah,
"Apa harus aku berubah seperti Keira?"

Aldan diam.
Hatinya sedikit nyeri saat Kanaya mengungkit tentang Keira lagi.

Kanaya tersenyum miring dan berkata,
"Ah, aku rasa tidak perlu. Karena setahu ku, Keira itu biangnya masalah,"

Aldan menatap Kanaya tajam.
Siapa wanita sialan ini.
Berani-beraninya dia bilang kalau keira biang masalah.

Kanaya masih terus menyambung ucapannya,
"Iyasih Keira cantik, pinter, multitalenta. Tapi, aku jauh lebih baik dari Keira.
Keira itu begajulan. Sedangkan aku. . . . "

Aldan geram.

Wanita sialan.
Berani sekali dia membanding-bandingkan jinggaku dengannya.

Emosi Aldan sudah di ubun-ubun.
Aldan mencengkeram erat dagu Kanaya.

Kanaya meringis menahan sakit.

"LO, MU RA HAN!" lirih Aldan dengan nada super dingin dan menyeramkan.

"Sekali lagi lo jelek-jelekin Keira di depan gue, gue jamin nyawa lo akan melayang saat itu juga. Peduli setan sama jenis kelamin lo!" tegas Aldan yang masih setia mencengkeram dagu Kanaya erat.

Kanaya syok. Matanya mulai berkaca-kaca.

Aldan melepas cengkramannya pada dagu Kanaya.
"Pergi dari kosan gue. SE KA RANG JU GA!" titah Aldan penuh dengan penekanan.

Kanaya terisak. Badannya serasa kaku mendadak.

Melihat gadis sialan itu hanya diam dan tak bergerak membuat Aldan berang.
Diseretnya tangan Kanaya tanpa ada rasa kasihan.
Dan setibanya di depan pintu, Aldan menghempaskan tangan Kanaya dengan kasarnya.

Kanaya meringis menahan nyeri yang menjalar di pergelangan tangannya juga dagunya.

BRAKKKKK. . . . . . .
Suara pintu kosan Aldan ditutup dengan kerasnya.

Kanaya menangis sesegukan didepan kamar kosan Aldan.

"WOY. . . . BERISIK!! PERGI LO DARI SINI! GANGGU KETENANGAN AJA!" teriak seorang laki-laki dari kamar sebelah.

Kanaya kaget dan berjengkit sekejap.

Kenapa sih, hari ini dirinya selalu di bentak-bentak,

Ah, daripada kena bentakan lagi, Kanaya segera membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah pergi.

.

Kanaya menyesal.
Mengapa dia bisa lepas kontrol seperti tadi.

Ah. . .
Bodoh!

Seharunya tadi, Kanaya tidak membanding-bandingkan dirinya dengan Keira.
Harusnya Kanaya bercermin.
Harusnya Kanaya sadar diri, dirinya itu siapa.

Arghhh. . . .

Kenapa sih dengan Kanaya hari ini??
Kenapa Kanaya jadi suka menjelek-jelekan orang lain??

Kenapa??

OSENDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang