Chapter - 5. Roky Stevans Shean

1.6K 94 10
                                    

HAPPY READING 📖

--------------------------------------------

Di kediaman keluarga Shean, sepulangnya Roky dari kantor, ia segera melepas dasi dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Ia menatap pigura fotonya ketika masih kecil dengan sang kakak tercinta dari jarak beberapa meter di depan ranjang. Ia mengembuskan napas, menatap foto itu tanpa berkedip—menandakan banyak rindu yang belum tersalurkan.

Saat asyik dengan lamunan, suara ketukan pintu terdengar, juga suara seorang yang tak asing memanggilnya.

"Roky," panggil Nicky. Ia masuk dan melihat adiknya yang terbaring lelah di ranjang tanpa memalingkan wajah—masih setia memandangi pigura itu.

"Hm?" Roky bergumam malas tanpa berniat mengalihkan objek penglihatannya.

"Ada seseorang yang mencarimu di bawah," ucap Nicky sembari mendekati adiknya.

"Siapa?" tanya Roky singkat dan datar. Ia tidak suka banyak bicara kepada kakak-kakaknya. Mulutnya langsung lelah jika berbicara dengan mereka. Suasana hatinya pun tak pernah baik jika mereka masih di dekatnya. Kebencian itu terus mendarah daging dan tidak akan lepas.

"Entahlah. Tapi sepertinya dia orang penting." Nicky duduk di atas kasur—di samping Roky—berniat mengelus kepala adiknya.

Roky langsung bangun dari kasur dan meninggalkan Nicky sendirian di kamar. Ia tidak mau berlama-lama bersama sosok itu. Ingatan tentang kepergian Colin selalu terbayang-bayang di pikiran. Bisa saja ia semakin membencinya dan melakukan sesuatu yang tak baik. Karena Nicky juga, Colin tak pernah diperlakukan baik.

"Sampai kapan kau akan membenciku, Roky?" gumam Nicky dengan mata sayu. Ia sudah tahu semua hal tentang Roky, hidup dari masa lalu adiknya. Ia mencoba menjadi kakak yang baik karena Roky membutuhkan sosok selain Colin. Ia ingin menjadi pengganti Colin untuk Roky. Sudah cukup lama pria itu menderita dan ia sebagai kakak, mencoba mengerti apa yang diderita adiknya. Kesakitan Roky, ia juga akan merasakan. Sayangnya ia tahu, tidak semudah mengganti pakaian. Tidak semudah itu Roky akan mengubah perasaan benci menjadi cinta untuknya.

Saat Roky sudah berada di lantai bawah, ia melihat wajah yang tak asing itu kemudian bertanya, "Apa kau mencariku?"

"Maaf menganggu Anda, Tuan. Saya Logan Paul dari Lincoln Corporation. Saya adalah asisten dari Mr. Alex Lincoln." Logan memperkenalkan dirinya dan menjulurkan tangannya—bermaksud berjabat tangan. "Saya ingin memberitahukan Anda beberapa hal dalam menjalani proyek kita kali ini."

Roky membalas kemudian duduk sembari memperhatikan Logan yang mengambil proposal dari dalam tasnya.

"Jadi hal apa yang Anda maksud?" tanya Roky to the point.

"Anda bisa membaca ini. Jika Anda kurang paham, Anda bisa tanyakan pada saya." Logan memberikan proposal yang sudah ia siapkan dan langsung diterima oleh Roky.

Roky membaca perihal penting itu dan tak sedikit pun ia merasa ragu dengan proyek ini. Entah mengapa kepercayaannya pada perusahaan ini sangat penuh hingga sedikit keraguan yang terselip di benaknya pun tidak ada. Ia memberikan kertas itu kembali kepada Logan dan tanpa ia lihat hal penting yang menjadi sedikit bukti.

Tanda tangan!

"Sepertinya tak ada keraguan apa pun. Aku akan membayar berapa pun biaya yang akan dikeluarkan. Urusan kerja sama ini, kurasa memulainya lebih cepat akan lebih baik," ucap Roky yang terselip makna tersirat.

"Baiklah, Mr. Shean. Saya akan memberitahukannya kepada Mr. Lincoln dan saya harap kerja sama ini akan berjalan lancar." Logan berdiri dari duduknya begitu pun Roky. "Terima kasih, Mr. Shean."

"Sama-sama. Saya juga berharap jika proyek ini akan berjalan lancar dan bisa membangun persaudaraan antara kedua belah pihak." Roky menyunggingkan sedikit senyumnya.

"Benar sekali, Mr. Shean. Baiklah saya permisi untuk kembali. Apabila Anda memiliki keraguan tentang kerja sama ini, Anda bisa menemui saya ataupun pemilik perusahaannya langsung." Sebagai akhir dari perbincangan singkat, Logan kembali mengulurkan tangan.

"Akan aku lakukan." Roky mengangguk mantap sembari membalas. Setelah kepergian Logan, ia terduduk di sofa kemudian memijit pelipisnya. Ia akui, ia lelah. Ingin sekali beristirahat dari dunia ini sejenak, menghampiri Colin untuk menceritakan banyak hal. Ia sudah lelah harus berhadapan dengan masalah-masalah yang terus muncul.

Ponsel yang bergetar di saku celananya, segera ia ambil dan melihat nama Jack telah tertera di layar. Ia menjawab panggilan itu, seketika suara ricuh dari anak-anak Jack terdengar.

"Halo, Paman?"

"Roky, aku ingin mengundangmu ke acara ulang tahun pernikahanku. Kalau kau tidak sibuk, datanglah. Ajak kakak-kakakmu dan beritahu mereka acaranya malam ini akan dimulai. Kuharap kau tidak terlambat!" Jack berbicara agak cepat. "Morgan, bawa adik-adikmu bermain!"

Roky terkekeh mendengar Jack menyuruh si kecil pergi. Terkadang, ia gemas melihat tingkah mereka. Seperti kelakuannya saat kecil. "Takut sekali kami datang terlambat."

"Kalau sudah jelas, kututup teleponnya. Jangan lupa datang!"

"Iya, Paman!" Roky memutuskan sambungan teleponnya kemudian melangkah ke kamar kakak-kakaknya untuk menginformasikan walaupun hatinya enggan untuk melakukannya.

.

.

.

TO BE CONTINUE

Timeless (Sequel Hopeless) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang