HAPPY READING 📖
----------------------------------------
Semenjak perdebatan hebat itu, sampai saat ini tak ada yang mau membuka suara, mengikuti kata ego untuk tetap melanjutkan permusuhan. Dari tahun ke tahun, tak ada yang bisa mencairkan suasana di rumah ini. Ada Colin pun begitu. Suasana tetap dingin seakan memiliki kutukan.
Roky bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Sudah dua hari ia mengurung diri di kamar dan sekarang ia memutuskan untuk berangkat ke kantor lebih cepat agar tidak melihat wajah para iblis yang menunjukkan raut kasihan.
Ia menerima telepon dari David saat sudah berada di dalam mobil. Tak menunggu lama, ia segera menerima panggilan itu karena tak sabar mengetahui informasi lebih.
Di pertengahan jalan, ia yang masih mendengar penjelasan David, tersenyum lebar, dilanjut tersenyum sinis dan menutup telepon dengan perasaan membuncah. Ia tertawa keras, senang karena sudah mendapat informasi yang menyenangkan hati.
Senang dengan kabar baik, pikiran busuknya berkeliaran. Merencanakan banyak hal untuk membungkam, menusuk saudara-saudara terkutuk yang paling ia benci. Ia yakin, rencana mulus ini akan berjalan sesuai ekspetasi. Melihat bagaimana Nicky dan Ally bahkan Damien meminta ampun, bertekuk lutut penuh penyesalan atas kematian Colin, adalah hal yang paling ia inginkan. Semua kunci jawaban sudah digenggaman. Ia hanya perlu menyimpannya dan membukanya saat situasi benar-benar di bawah kendalinya.
Ia menekan klakson dari jarak jauh. Matanya melotot kaget saat kendaraan bermotor melaju dari samping dan menerobosnya hingga ia harus mengerem mendadak. Saat itu juga bus yang berada di belakangnya dengan jarak dekat, menabrak mobil bagian belakangnya.
Kecelakaan beruntun terjadi begitu menyeramkan. Dari belakang bus ditabrak lagi oleh truk pengangkut barang. Bagian belakang mobil menjadi hancur. Keadaannya tak baik karena tidak memakai sabuk pengaman. Alhasil, ia terjungkir keluar dari kaca depan lalu terjatuh ke depan mobil dengan keadaan mengerikan. Darah segar mengalir dari kepala dan jas yang masih dikenakannya sedikit koyak. Sosok itu terpelanting ke aspal dan semua orang yang berada di sana berasumsi bahwa Roky sudah tidak bernyawa dalam keadaan telungkup.
Orang-orang yang menyaksikan itu bergidik ngeri. Ada sebagian yang memotretnya untuk dijadikan kabar berita di berbagai kota, ada pula yang langsung membantu untuk dibawa ke rumah sakit. Sedikit saja terlambat, mungkin nyawa yang masih ada, sudah menghilang.
Berita-berita tentangnya sudah menyebar dalam hitungan menit. Ada yang mengunggahnya ke YouTube, Instagram, siaran langsung, atau sosial media mana pun yang memberitakan keadaan menggenaskan Roky hingga menjadi perbincangan hangat di berbagai kaum sosialita.
***
Di dapur, Nicky sedang memasak di dapur dengan tak bergairah, sedangkan Ally tengah mengotak-atik ponsel, menunggu Nicky selesai memasak.
Ally membuka Instagram dan tiba-tiba ada seseorang yang menandainya dengan foto ... kecelakan? Ia menghiraukannya dan kembali menutup ponsel. Saat ia ingin beranjak pergi, ia mendapat telepon dari resepsionis kantor Roky.
Ia menatap bingung ponselnya. Biasanya tak ada yang menghubungi apalagi berhubungan dengan perusahaan. Ia lagi-lagi mengabaikan ponsel yang berdering karena menurutnya mungkin saja resepsionis itu salah sambung. Ia meninggalkan ponsel di meja makan dan pergi ke kamar untuk berbaring sebentar karena makanan yang dimasak Nicky belum selesai.
Nicky menghentikan aksinya ketika melihat ponselnya di meja pantry berdering dengan nomor yang tak ia kenal. Ia agak ragu untuk menerima panggilan tersebut yang bahkan jika dibiarkan akan terus berdering.
"Huh." Ia mengembuskan napas dan mematikan kompor terlebih dahulu sebelum menjawab panggilan bak hantu yang terus meneror.
Ragu-ragu ia menerima panggilan itu dan tubuhnya seketika kaku. Spatula yang ia gunakan untuk memasak, terjatuh bersamaan dengan ponsel di genggaman karena syok. Air mata meluruh, tidak menyangka hal itu akan terjadi hingga suara teriakan menyadarkannya dalam lamunan menyakitkan itu.
"ROKY!!!" Itu teriakan Ally. Ia segera beranjak menemui Ally dengan gelisah. Saat ia memasuki kamar Ally, ia sudah melihat berita yang terpampang jelas bagaimana keadaan Roky yang menggenaskan.
Tubuhnya mematung, dadanya sesak, bersamaan air matanya mendesak untuk keluar. Ally dengan cepat melewatinya dengan air mata yang sudah membasahi pipi. Ia mengikuti Ally yang hendak mengambil kunci mobil.
Ia sudah tahu tujuan mereka. Rumah sakit. Tempat kesayangan yang mereka harus diselamatkan.
.
.
.
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless (Sequel Hopeless)
RomanceSequel Hopeless [Colin Shean] [PRIVATE ACAK] DISARANKAN MEMBACA HOPELESS TERLEBIH DAHULU :) Pertama kali publish : 22 Oktober 2017 . Penyesalan? Itu sudah dirasakan oleh mereka yang menyia-nyiakan sosok berlian dan permata. Sayang, waktu tidak bisa...