Chapter - 8. Am I Falling in Love?

1.5K 98 9
                                    

HAPPY READING 📖

----------------------------------

Shock? Tentu saja. Cintanya masih hidup! Sesungguhnya ia tidak percaya. Apa ia bermimpi? Sepertinya tidak! Jelas-jelas ia melihat Colin-nya menggunakan jas hitam dan dengan bulu-bulu yang tumbuh di rahangnya, tersenyum-menyambut seseorang ke dalam dekapannya.

Wait! What? Kenapa Colin membiarkan sosok lain memeluknya?

Ia merasa ganjal di penglihatannya. Was that really Colin? Dan Apakah Colin-nya sudah bisa berjalan seperti semula? Apa yang tidak ia ketahui selama ini? Apakah Colin-nya masih hidup? Tolong seseorang beritahukan apa yang terjadi. Banyak teka-teki di otaknya yang terus bermunculan.

Pria tampan itu bahkan berdiri dengan gagah dari jarak yang tak jauh darinya. Indera pendengarannya menangkap keganjalan lagi.

Alex?

Apakah Colin mengubah namanya menjadi Alex? Tapi kenapa? Why he changed his name? Atau itu hanya pria yang kebetulan mirip Colin? Percayalah, dia sangat mirip dengan suaminya. Ia ingin mendekat-melihat lebih jelas. Tapi tiba-tiba saja suara yang ia kenal memanggilnya.

"Ally."

"Ada apa?" tanya Ally masih menatap mereka.

"Acara sudah mau dimulai. Salah satu dari pelayan mereka memberikan sesuatu, kau mau lihat?" tanya Nicky sembari memegang pundaknya.

Ally mengangguk kaku dan kali ini pandangannya tidak lagi terfokus pada pria itu. Ia berpikir keras dan ingin memberitahukannya pada Roky, nanti.

Saat acara berlangsung, mata Ally menangkap pemandangan yang cukup menohok hati. Wanita yang berfoto dengannya dan pria berwajah mirip dengan Colin saling suap-menyuap makanan. Belum lagi saat pria itu mencium kening wanita itu yang membuat Ally emosi. Ia tidak akan membiarkan Colin-nya menyentuh wanita lain.

Tapi ia tahu, itu bukan Colin.

***

Sebelumnya, Roky yang sedang menikmati pesta ini, matanya tak sengaja menangkap seorang wanita berparas imut. Dengan gaun biru laut dan wajah mungil membuat matanya tak berhenti mengagumi sosok yang tiba-tiba menyentil dadanya tanpa sadar. Saat mata biru itu bertatapan dengan matanya, ia seperti salah tingkah. Entah mengapa wanita bertubuh mungil itu berhasil mencuri satu detakan jantungnya. Ia mencoba mengalihkan pandangan walaupun tidak bisa. Wanita itu seperti magnet yang selalu menarik bola mata ini untuk memperhatikannya.

Ketika wanita itu ingin mengambil makanan, gerakannya begitu antusias dan lagi-lagi matanya bertrubukan dengan tatapannya. Kali ini sosok itu tersenyum dengan mata agak menyipit.

Sial! Jantungnya mulai berdetak cepat. Dia seperti penyihir yang memberikan mantra, menyuruhnya untuk terus menatapi hingga benar-benar menghilang. Ia bahkan seperti orang gila yang mengikuti pemilik gaun biru itu tanpa empunya sadari.

"Fuck! Where she goes?" Ia bergumam sembari berdecak sebal karena jejak wanita itu menghilang.

"Oh, shit! Apa yang kau lakukan, Roky? Untuk apa kau mencarinya, hah! Stupid!" rutuknya. Namun, bibirnya tertarik, tersenyum saat mengingat wanita itu balas tersenyum. Hatinya terasa menghangat dan bahagia di waktu bersamaan. Bolehkah ia mengulang kejadian tadi agar kembali merasakan kenyamanan yang tiba-tiba saja menyentuh hati?

Apakah ia jatuh cinta?

Jatuh cinta pada pandangan pertama?

Shit! Shit! Shit!

"Kau tidak boleh jatuh cinta! Kalau kau jatuh cinta, maka kau harus menerima konsekuensinya. Sakit hati!" Roky mengacak rambut, memberikan alarm ke otaknya agar tak bertindak lebih jauh. Ia pengecut yang tak ingin merasakan sakit dari patah hati. Tapi, ia tak tahu semua kemunafikan yang selama ini menjadi tameng akan luruh. Bahkan beberapa menit saja ia ingin melihat bagaimana wanita itu menatapnya lagi. Ia mengusap wajahnya kasar lalu meninggalkan tempat ia berdiri untuk menenangkan pikiran yang mendadak buntu. Namun, sebelum itu ia kembali menoleh dan benar-benar pergi dari tempat yang ia pijak.

.

.

.

TO BE CONTINUE

Timeless (Sequel Hopeless) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang