...
Author POV
Sehun membuka kelopak matanya perlahan. Objek pertama yang ia lihat adalah tirai jendela kamarnya yang masih tertutup. Padahal, cahaya matahari sudah mulai memasuki kamarnya melalui celah-celah jendela. Ini sudah pagi, tapi belum ada yang membukakan tirai jendela untuknya.
Tak terasa, air mata Sehun meleleh. Ia sedih. Dulu, waktu ibunya masih hidup, beliau selalu membangunkannya di pagi hari dan membuka tirai jendela kamarnya. Namun sekarang, sangat berbeda dengan dulu. Tak ada lagi sapaan selamat pagi, tak ada lagi pukulan agar bangun dari tidur, tak ada lagi seorang wanita tua yang dengan senang hati membuka tirai jendela kamarnya. Semuanya telah berubah sekarang, dan Sehun sangat merindukan masa-masa itu.
Sehun lalu bangkit dari tidurnya. Menghapus air matanya kasar dan segera beranjak menuju kamar mandi. Dia sedikit lega, karena semalam, Kai tidak membawanya ke rumah sakit dan malah membawanya pulang. Dia pasti sudah menyusun strategi untuk kabur sekarang seandainya Kai semalam membawanya ke rumah sakit.
***bad***
Sehun terlihat keluar dari kamarnya dengan seragam sekolah yang sudah lengkap. Sama seperti hari-hari biasanya, tak ada senyum ataupun ekspresi bahagia di wajahnya. Gadis itu kemudian berjalan menuju dapur, hanya sekadar untuk minum.
Gadis cantik itu melirik ke arah meja makan. Di sana, ia melihat ayah, ibu, dan saudara tirinya tengah sarapan bersama. Tanpa adanya dirinya. Dan pemandangan seperti itu sudah biasa Sehun lihat setiap pagi. Ada perasaan sedih dalam diri Sehun. Harusnya yang ada di sana adalah ayah, ibu, dan dirinya, bukan Choi Shin Young atau pun Huang Zi Tao.
Sehun langsung menaruh gelas yang sudah kosong ke atas meja begitu ia setelah menghabiskan air minumnya. Dia lalu melangkah pergi dari sana.
"Sehun-ah! Kau tak mau sarapan dulu?"
Langkah Sehun pun terhenti saat dia mendengar suara ayahnya menginterupsi. Tanpa berbalik, gadis itu menyahut dengan dingin, "Tidak. Aku masih kenyang." Dia lalu melanjutkan langkahnya kembali. Tidak berniat untuk bergabung bersama keluarganya.
Keluarga? Bahkan mereka tidak ada yang peduli padaku.
Sehun menghela napas panjang begitu dia keluar dari gerbang rumahnya. Seperti biasa, dia harus menunggu bus yang lewat di halte yang terletak tak jauh dari rumahnya. Dia tidak seperti Tao yang setiap hari diantar oleh sopir pribadi keluarganya. Ingat! Sehun bukanlah anak manja. Dia tidak pernah meminta fasilitas lebih kepada ayahnya. Sehun kemudian melangkahkan kedua kakinya menuju halte tersebut.
***bad***
Sehun POV
Kaki mungil ini terus kugunakan untuk melangkah, karena memang itulah fungsinya yang sesungguhnya. Bukan menuju kelasku berada, bukan. Melainkan menuju perpustakaan.
Bel masuk baru saja berbunyi. Namun, seperti biasa, aku sedang tidak mood untuk mengikuti pelajaran di jam pertama itu, yaitu Olahraga. Pelajaran yang harus lari-lari keliling lapangan dulu sebelum masuk ke pelajaran inti. Hh! Aku lemah. Aku tidak mau pingsan hanya gara-gara berlari-lari keliling lapangan. Karena kalau aku pingsan, tak ada yang peduli padaku.
Aku lalu memasuki ruangan yang dipenuhi oleh banyak buku tersebut. Tempat yang tenang dan mungkin saja bisa membuat kepala menjadi rileks. Aku berjalan menuju tempat buku-buku novel berada. Membaca judulnya satu persatu, dan akhirnya aku mengambil sebuah novel yang dilihat dari judul sepertinya menarik. Sebuah novel dengan judul Jonathan Livingston Seagull karya Richard Bach.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD (ChanHun Ver.)
FanfictionWarning! GS Status : COMPLETED! Sehun paling tidak suka jika sudah dibanding-bandingkan dengan Tao, saudara tirinya. Baginya, Tao adalah Tao, dan dirinya adalah dirinya. Mereka beda, tentu saja. Bad girl, mungkin sudah sangat melekat dalam dirinya...