Dengusan itu keluar dari mulut seorang gadis yang baru saja terbangun dari tidurnya. Sebab, dia melihat seorang pria paruh baya yang sedang membuka tirai jendela di kamarnya. Seseorang yang sampai detik ini masih dibencinya."Ah, kau sudah bangun, Sehunie?" ucap pria paruh baya itu saat melihat putri tersayangnya menatapnya dengan wajah datar.
Gadis itu tak menyahut. Lalu, dia memalingkan wajah dan beranjak turun dari ranjang. Kenapa Kai membiarkan Appa membawaku pulang semalam? Tsk, menyebalkan. Gadis itu membatin. Dia melangkah menuju kamar mandi. Kali ini, lebih baik pergi ke sekolah daripada berada di rumah.
***bad***
"Eoh, Sehun-ah!"
Sehun lantas menoleh saat Shin Young menyerukan namanya. Detik selanjutnya, dia mendengus. Gadis itu kemudian menatap datar ayah, ibu tirinya, serta Tao yang sedang sarapan di ruang makan.
"Kemarilah! Ayo kita makan bersama," lanjut Shin Young. Tentunya, sambil menampilkan senyum hangatnya.
Sehun dengan setengah hati berjalan menghampiri ketiganya. Dia sebenarnya sedikit heran, kenapa tiba-tiba saja ibu tirinya itu berbicara dengannya dengan nada lembut. Tidak seperti biasanya. Dia lalu duduk tepat di depan Shin Young atau di sebelah kiri Tao.
"Kau harus sarapan," ujar Shin Young sambil mengambilkan Sehun nasi. "Aku tidak mau kalau sampai putriku yang cantik ini jatuh pingsan di sekolah."
Sehun tersentak. Apa aku tidak salah dengar? batinnya. Ini betul-betul aneh. Ada banyak terkaan yang muncul di kepala Sehun. Apa Shin Young semalam mimpi didatangi ibunya? Apa Shin Young baru mendapat hidayah dari Tuhan? Apa Shin Young sudah bertobat? Dan, apa ayahnya yang membuat ibu tirinya itu jadi begitu terhadapnya?
Tak hanya Sehun saja yang tersentak, Tao pun juga demikian. Gadis itu kini menatap ke arah Sehun dingin. Tatapan yang penuh dengan rasa kebencian. Ya, Tao benci Sehun.
Sehun hanya memakan beberapa sendok nasi saja. Setelah itu, dia beranjak dari sana. "Terima kasih makanannya. Aku pergi," pamitnya. Dia belum terbiasa dengan keadaan yang seperti ini. Di mana, ayah dan ibu tirinya menjadi peduli dengannya.
"Tunggu Sehun-ah!"
Sehun menghentikan langkahnya saat mendengar suara Tuan Oh yang menginterupsinya.
"Appa akan mengantarmu dan Tao ke sekolah," lanjut Tuan Oh.
"Tidak perlu. Aku bisa berangkat sendiri," tolak Sehun, tanpa berbalik untuk melihat wajah Tuan Oh yang sedang menatap punggungnya. Dia lalu kembali melangkah pergi.
"Sehun-ah!" Tuan Oh mengejar putrinya itu. Ia ingin sekali menebus segala kesalahannya selama ini. Terlalu banyak hal buruk yang sudah ia lakukan terhadap putrinya itu.
Sehun tak menyahut. Sampai detik ini, rasa sakit yang disebabkan oleh Tuan Oh masih membekas di hatinya. Dia belum menemukan cara agar dia bisa memaafkan segala kesalahan ayahnya tersebut. Sehun sebenarnya mendengar seruan itu, namun dia sengaja tak menyahut. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ingin rasanya dia menangis saat mengingat kejadian semalam.
"Sehun-ah!"
Sehun akhirnya berhenti melangkah saat tangan kekar itu berhasil mencekal lengannya.
"Maafkan Appa. Appa mohon," lirih Tuan Oh.
Sehun menoleh. "Harusnya bukan denganku Appa meminta maaf. Tapi dengan eomma," ucapnya, lalu melepas paksa cekalan tangan ayahnya. Gadis itu kemudian melengos pergi dari sana, menginggalkan Tuan Oh yang menatap punggung putrinya itu sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD (ChanHun Ver.)
FanfictionWarning! GS Status : COMPLETED! Sehun paling tidak suka jika sudah dibanding-bandingkan dengan Tao, saudara tirinya. Baginya, Tao adalah Tao, dan dirinya adalah dirinya. Mereka beda, tentu saja. Bad girl, mungkin sudah sangat melekat dalam dirinya...