.....
Pluk
Buku novel itu Sehun jatuhkan ke atas meja, tepat di hadapan wanita penjaga perpustakaan itu. “Seperti yang kau bilang. Hari ini aku mengembalikannya. Tepat waktu,” ujar Sehun dengan wajah datarnya.
Wanita penjaga perpustakaan itu pun mengambil novelnya. “Kau sudah selesai membacanya?” tanyanya pada Sehun.
“Belum,” jawab Sehun singkat.
“Kenapa kau tidak menyelesaikannya? Kau bisa meminjamnya lagi kalau kau mau.”
Sehun menggeleng. “Aku terlalu malas untuk melakukan hal itu,” katanya, lalu melangkah pergi dari sana.
***bad***
Setelah dari perpustakaan, Sehun pergi ke rooftop, tempat biasa ia menenangkan diri. Ini masih jam istirahat, dan rencananya nanti, ia ingin membolos lagi. Pelajaran selain Matematika membuatnya malas untuk ikut belajar di kelasnya.
Namun, Sehun menghentikan langkahnya saat baru sampai di dekat ruang guru. Di sana, ia melihat seorang pria paruh baya baru saja keluar dari ruang guru. Pria paruh baya itu adalah Oh Sae Jong, ayah Sehun.
Kening Sehun berkerut. “Apa yang appa lakukan di sini?” gumamnya. Satu hal yang ia tahu alasan ayahnya bisa datang ke sekolah, yaitu karena perbuatannya yang suka membolos.
“Sehun-ah!” Tuan Oh memanggil putrinya tersebut saat melihat gadis itu hanya berdiri mematung tak jauh darinya.
Merasa dipanggil, Sehun pun datang menghampiri ayahnya itu. “Apa yang Appa lakukan di sini?” tanya Sehun.
“Bisa Appa bicara sebentar denganmu?” pinta Tuan Oh.
Seluruh pasang mata yang kebetulan lewat di sana pun pada melihat ke arah ayah dan anak tersebut. Ini adalah hal yang langka. Tidak biasanya Tuan Oh berbicara dengan Sehun saat berada di sekolah. Biasanya, beliau akan langsung pulang tanpa mencari atau berbicara dengan putrinya tersebut.
Sehun mengangguk.“Ikut Appa sekarang,” perintah Tuan Oh, lalu melangkah pergi menuju tempat mobilnya terparkir, diikuti oleh Sehun di belakangnya.
Begitu sampai di tempat parkir, bukan tatapan sayang ataupun tatapan lembut seorang ayah kepada anaknya yang di dapat oleh Sehun, melainkan tatapan marah serta dingin. “Kenapa Appa mengajakku kemari?” tanyanya. Gadis itu balas menatap ayahnya dingin.
“Sampai kapan kau akan seperti itu terus? Kapan kau akan berubah, Sehun-ah?” tanya Tuan Oh.
“Maksud Appa?” Sehun tak mengerti akan pertanyaan ayahnya tersebut.
Tuan Oh menghela napas berat. “Appa sudah tua. Seharusnya kau menjadi anak yang lebih baik. Membuat Appa bangga misalnya.”
Sehun yang mendengarnya mendengus. “Membuat Appa bangga? Hh, apa selama ini Appa sudah membuatku bangga?” balasnya berani.
“Sehun-ah!” Tuan Oh meninggikan volume suaranya. “Appa tahu apa saja yang kau lakukan selama ini. Setiap hari kau membolos. Dan Appa juga tahu, kalau kau semalam pergi ke bar.”
Sehun terkesiap. Ia tidak menyangka bahwa ayahnya akan tahu ke mana ia pergi semalam. Namun, detik berikutnya, ekspresi wajahnya kembali seperti semula, datar dan dingin. “Dari mana Appa tahu? Apa Appa menyuruh seseorang lagi untuk memata-mataiku?!” terkanya.
“Ya. Appa melakukan itu,” jawab Tuan Oh.
Sehun mendesah. Ia tak menyangka bahwa ayahnya akan melakukan hal itu lagi. Sebegitu sayangnya 'kah ayahnya, sampai-sampai menyuruh orang lain untuk mengawasinya? Pasti Sehun akan menjawab tidak, karena jika memang ayah benar-benar menyayanginya, tentunya beliau sendirilah yang akan turun tangan untuk mengawasi putrinya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD (ChanHun Ver.)
FanficWarning! GS Status : COMPLETED! Sehun paling tidak suka jika sudah dibanding-bandingkan dengan Tao, saudara tirinya. Baginya, Tao adalah Tao, dan dirinya adalah dirinya. Mereka beda, tentu saja. Bad girl, mungkin sudah sangat melekat dalam dirinya...