....
Sehun menatap gedung bertingkat di depannya itu dalam diam. Dadanya bergemuruh, dan tubuhnya bergetar. Ada perasaan takut yang menyelimuti dirinya.
Bangunan itu ....
Di mana ia mendengar suara seseorang yang sangat disayanginya untuk terakhir kali. Dan, ia masih sangat sedih karena hal itu."Ayo, Sehun-ah." Seorang pria paruh baya mengajaknya masuk ke bangunan tersebut. "Percayalah, semua akan baik-baik saja," ucapnya, mencoba meyakinkan putrinya tersebut.
Sehun ragu, serta bimbang. Apakah dia harus ke sana?
Bolehkah dia pergi dari sini saja sekarang?
Di sini bukan tempat yang cocok untuknya.
Dia ... merasa masih dalam keadaan yang baik-baik saja."Kenapa, hah? Kau tak ingin masuk?" Tuan Oh bertanya kepada Sehun saat dilihatnya anaknya tersebut sama sekali tidak beranjak dari tempatnya berdiri saat ini.
Sehun menggeleng. "A-ppa ... apa semuanya akan baik-baik saja?" tanyanya ragu.
Tuan Oh tersenyum. "Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah pada Appa. Appa tidak ingin kehilanganmu."
Dengan berat hati, akhirnya Sehun pun mengayunkan kakinya memasuki bangunan tersebut. Meskipun perasaan takut masih menyelimuti dirinya.
...
"Tumor di jantung anak Anda belum masuk ke kategori ganas. Ini masih bisa ditangani." Seorang pria yang berprofesi sebagai dokter itu tampak serius berbicara dengan Tuan Oh.
"Jadi, bagaimana cara penyembuhannya, Dok?" tanya Tuan Oh.
"Operasi."
Sehun langsung menatap dokter itu intens.
"Tumor yang tumbuh di jantung anak Anda termasuk tumor primer, di mana hanya menyerang jantung saja, dan bukan berasal dari organ lain."
"Jadi, penyakit putri saya ini tidak terlalu parah, ya, Dok?" tanya Tuan Oh.
Dokter itu menggeleng. "Untuk saat ini tidak. Namun, putri Anda harus tetap menjaga kesehatannya. Kondisi jantungnya lemah. Atur pola makannya, buang kebiasaan merokok."
Deg! Tuan Oh langsung menoleh ke arah Sehun. Namun, Sehun tampak tak acuh. Gadis itu sedari tadi hanya menatap kumpulan kertas yang ada di atas meja tepat di depannya itu.
"Buang juga kebiasaan meminum minuman yang mengandung alkohol," lanjut dokter itu.
"Apa kebiasaan itu juga termasuk faktor penyebab penyakit anak saya, Dok?"
"Faktor genetik," Sehun langsung menyahut. "Faktor genetik, Dok. Mendiang ibu saya meninggal dunia akibat tumor jantung juga, Dok."
"Sehun-ah."
"Jadi, saya terkena penyakit ini karena faktor genetik, Dok, bukan karena kebiasaan merokok atau pun karena alkohol."
Dokter itu mengangguk paham.
"Jadi, kapan bisa dilakukan operasi, Dok?" tanya Tuan Oh.
"Secepatnya, mumpung tumornya masih tergolong jinak," jawab dokter tersebut.
"Baiklah kalau begitu, Dok. Kalau begitu, saya dan anak saya pamit dulu. Masalah kapan waktu akan dilakukan operasi, akan saya bicarakan dengan anak saya dulu. Kalau memang sudah siap, saya akan datang ke sini lagi dan membicarakannya dengan dokter."
Sehun dan ayahnya kemudian melangkah pergi dari ruangan tersebut.
"Sehun-ah!" Tuan Oh memanggil Sehun yang berjalan mendahuluinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD (ChanHun Ver.)
FanfictionWarning! GS Status : COMPLETED! Sehun paling tidak suka jika sudah dibanding-bandingkan dengan Tao, saudara tirinya. Baginya, Tao adalah Tao, dan dirinya adalah dirinya. Mereka beda, tentu saja. Bad girl, mungkin sudah sangat melekat dalam dirinya...