H
a
p
p
yR
e
a
d
i
n
g.....
"Kenapa kau menangis?"
"A-aku takut."
"Takut?"
"Ya. A-aku takut ... aku takut kalau setelah ini, aku tidak bisa melihatmu dan orang-orang yang menyayangiku."
"Hush. Kau tidak boleh bicara seperti itu. Kau harus kuat. Aku tahu, kau itu adalah gadis yang tidak mudah putus asa, dan juga ... keras kepala."
Pletak!
"Aw!" Kai memekik keras saat Sehun dengan seenak hatinya memukul kepalanya. "Yak, kenapa kau memukulku? Aku benar, kan, kalau kau memang keras kepala? Susah diatur, susah dinasehati."
"Yak, diamlah! Ini rumah sakit, bukan lapangan."
"Oh, maaf."
"Kai-ya ... hiks, aku benar-benar takut." Sehun terisak. Dia benar-benar takut sekarang. Beberapa jam lagi, dia akan berhadapan dengan pisau dan gunting bedah. Itu adalah penentu hidupnya. Apakah setelah itu dia akan hidup dengan kondisi tubuh normal, ataukah dia akan hidup dengan kondisi tubuh yang cacat, dan ataukah dia tidak akan pernah bisa melihat dunia lagi. Akan tetapi, semua itu tergantung kehendak Tuhan. Para dokter beserta alat-alat medisnya hanyalah sebagai perantara saja.
Tangan Kai bergerak untuk mengacak rambut panjang Sehun. "Ish, sejak kapan kau jadi berubah pikiran, hah? Bukankah dulu kau sangat ingin cepat mati, eoh?"
Pletak!
Untuk yang kedua kalinya, Sehun memukul kepala Kai lagi.
"Aw! Kenapa kau memukulku lagi, eoh?"
"Kau tahu, aku memang sangat ingin mati. Tapi, itu dulu, saat orang yang menyayangiku hanyalah kau."
Kai tersenyum. "Kau rupanya sudah sadar, ya."
"Yak, Kim Jong In!"
.....
Kai terlihat sedang berdiri sambil bersandar di dinding depan ruang operasi. Raut wajahnya tampak cemas, dan sesekali menatap pintu ruang operasi yang tak kunjung dibuka tersebut. Entah sudah berapa lama dia berada di sini, dia tak melihat jam, dan tak menghitung sudah berapa kali jarum jam berkeliling di dua belas angka itu.
Di sebelah Kai, ada Tuan Oh beserta istrinya yang sedang berdoa kepada Sang Pencipta, berharap putrinya yang tengah berada di dalam sana baik-baik saja.
Jangan tanya Tao di mana. Sebab, semua juga pada tahu kalau hubungan gadis itu dengan Sehun tidak pernah baik, layaknya hubungan antara adik dan kakak. Bahkan, lebih ke musuh. Saling membenci satu sama lain.
Kalau ada yang bertanya kenapa tidak ada seorang Park Chanyeol di sana, sebab pemuda tinggi itu tidak tahu mengenai keadaan Sehun. Meskipun dia sering diperintah oleh Tuan Oh untuk mengawasi anaknya tersebut. Tidak ada yang memberitahunya.
Tak lama kemudian, akhirnya pintu itu terbuka. Dan, keluarlah seorang dokter dari dalam sana. Raut wajahnya tampak tenang dan berwibawa. Tidak tersirat suatu kecemasan di sana.
Namun, itu belum membuat Kai bisa bernapas lega. Dia masih ingin mendengarkan kalimat yang keluar dari mulut dokter tersebut.
"Bagaimana, Dok, keadaan putri saya?" tanya Tuan Oh.
Dokter itu tersenyum. "Keadaannya baik-baik saja. Operasinya berjalan lancar. Kami sudah membersihkan tumor yang bersarang di jantungnya. Namun, pasien tetap harus menjaga kesehatannya. Tidak boleh kelelahan dan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Kondisi jantungnya lemah," jawab dokter itu panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD (ChanHun Ver.)
FanfictionWarning! GS Status : COMPLETED! Sehun paling tidak suka jika sudah dibanding-bandingkan dengan Tao, saudara tirinya. Baginya, Tao adalah Tao, dan dirinya adalah dirinya. Mereka beda, tentu saja. Bad girl, mungkin sudah sangat melekat dalam dirinya...