Pemuda itu tersenyum saat melihat gadis yang tengah terbaring di ranjang itu mulai membuka kedua kelopak matanya. Helaan napas lega terdengar keluar dari mulut dan hidungnya. Pemuda tersebut menatap wajah gadis itu dengan mata berbinar. Ada perasaan lega di dalam hatinya. "Sehun-ssi," panggilnya.Sehun mengerjap-ngerjapkan kedua matanya pelan. Objek pertama kali yang ia lihat saat sadar dari pingsannya adalah seorang pemuda yang bernama Park Chanyeol.
Gadis itu lalu mengedarkan pandangannya ke samping kanan dan kirinya, hanya terlihat sebuah tirai berwarna kuning muda yang digunakan sebagai partisi. Ia menghela napas lega, karena ini bukan bangsal di rumah sakit, melainkan ruang UKS yang ada di sekolahnya. Ia tahu, karena ia sering masuk ke sini untuk sekadar menghindar dari mata pelajaran yang tidak ia sukai.
Sehun mencoba bangun, meskipun tubuhnya masih terasa lemas. Ia kemudian menatap Chanyeol lekat-lekat. Seakan pemuda itu tengah punya utang padanya. "Kau yang membawaku kemari?" tanyanya.
Chanyeol mengangguk. "Iya," jawabnya.
"Terima kasih." Sehun menundukkan kepalanya. Ia kira, sudah tidak ada lagi yang peduli padanya di sekolah ini. Ia kira, ia akan dibiarkan pingsan di lapangan basket tadi. Ck, Sehun terlalu berburuk sangka. Padahal, tidak ada seseorang di dunia ini yang akan membiarkan orang lain yang berada di dekatnya pingsan. Mereka pasti akan menolongnya. Kecuali, kalau seseorang tersebut tidak berotak.
"Sama-sama," balas Chanyeol sembari tersenyum simpul. "Ng ... kau ... baik-baik saja, 'kan?" tanyanya kemudian. Rasa khawatirnya muncul lagi saat melihat wajah pucat Sehun.
Sehun menegakkan kepalanya, lalu menatap ke arah Chanyeol. "Ya, aku baik-baik saja," jawabnya bohong. Padahal, ia sama sekali tidak baik-baik saja.
"Tapi ... wajahmu kelihatan pucat."
Sehun menggeleng, mencoba meyakinkan Chanyeol bahwa ia baik-baik saja. "Gwaenchanha."
"Kenapa kau bisa pingsan? Apa kau tadi pagi belum sarapan?"
Sehun menggeleng lagi. "Sudah," jawabnya, tentu saja bohong. Gadis itu tidak pernah lagi sarapan di rumah semenjak kepergian ibunya beberapa tahun yang lalu. Ia hanya sarapan di luar dengan sebungkus roti, itu pun kalau mau.
Chanyeol menatap Sehun iba. Ia bisa melihat kalau gadis itu sebenarnya sangat membutuhkan kasih sayang. Kau pasti tidak baik-baik saja, batinnya.
"Kenapa kau terus menatapku?" selidik Sehun. Chanyeol terus menatapnya sedari tadi. Dan ia merasa risih karenanya.
"A-aniya. Kau cantik. Jadi sayang, kalau tidak dilihat," sahut Chanyeol salah tingkah.
Sehun yang mendengarnya mendengus. Tidak mengerti, kenapa ia bisa bertemu dengan pemuda seperti Chanyeol. "Semua yeoja itu cantik."
Chanyeol tersenyum. Ia senang melihat Sehun yang mulai banyak bicara padanya. Tidak hanya diam saja seperti kemarin.
"Apa kau akan tetap berada di sini? Kau tidak ingin berganti pakaian dan kembali ke kelas?" Sehun melihat Chanyeol yang masih mengenakan pakaian olahraga. Padahal, ia tidak tahu, apakah jam olahraga sudah habis atau belum.
Chanyeol mengangguk. "Aku akan menemanimu di sini," ucapnya yakin. Masalah pelajaran, ia tidak peduli. Pemuda tampan itu bisa menyuruh ayahnya untuk mencarikan guru les privat untuknya, kalau ada mata pelajaran yang tidak ia pahami.
"Aku ingin pulang. Bisakah kau mengantarku pulang?" pinta Sehun. Daripada berada di dalam UKS bersama Chanyeol, dia lebih memilih pulang dan tidur. Dan pastinya, Chanyeol tidak akan bersamanya nanti -setelah ia berada di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD (ChanHun Ver.)
FanficWarning! GS Status : COMPLETED! Sehun paling tidak suka jika sudah dibanding-bandingkan dengan Tao, saudara tirinya. Baginya, Tao adalah Tao, dan dirinya adalah dirinya. Mereka beda, tentu saja. Bad girl, mungkin sudah sangat melekat dalam dirinya...