lawan or kawan?

1K 40 0
                                    

Haura's POV

"Aku belum pernah merasakan cinta yang terbalaskan, yang sering aku alami hanya cinta sepihak yang terkadang sulit dimengerti oleh kebanyakan orang"

"Menunggu dan tetap bertahan walau menyakitkan, jelas sangat sulit untuk dijalani. Tapi aku masih mengharapkan kehadiranmu, seperti yang aku impikan"

"Kapan sih Kakak peka sama perasaan gue?" Ujar Haura kepada seseorang yang sedang duduk didepannya

"Gue bingung ya sama Lo, setiap ngajak ngobrol pasti bahas ini lagi ini lagi! Haha!" Kekehnya pelan

"Kakak tau kan kalo kita deketnya udah lama?" Tanya Haura dengan sedikit penekanan

"Hm, terus?" Avell sudah terlihat malas menanggapi Haura

"Hubungan kita itu gak jelas kak!" Jelasnya

"Jelas ko" Avell menyeruput secangkir kopi hangat yang baru dipesannya tadi

"Hubungan kita itu ngegantung kak!" Haura mengaduk ngaduk tehnya

"Gua gak ngerasa ngegantungin Lo" kali ini ia mengelap bibirnya dengan dasi yang ia pakai

"Sebenernya, gue dianggap apa sih sama kakak?" Haura mencoba menatap mata Avell

"Temen lah" celetuk Avell

Jleb!

"Ta.. tapi gue pengen lebih" Haura gugup, ia takut apa yang diucapkan akan menjadi kesalahan terbesarnya

Uhuk hukk!!
Avell tersedak mendengar hal itu

"Kita bisa ga lebih dari temen?" Timpah Haura lagi

"Hmm.. Bisa aja" gumam Avell "tapi gak usah kebaperan dulu, Lo bakal gue anggep Ade gue sendiri. Lebih dari temen kan?" Timpanya

"Bukan itu maksud gue kak" saut Haura tak terima

"Mau Lo tuh apa sih?" Avell menaiki volume suaranya, seolah membentak

Haura terdiam, ia tak tau lagi harus apa. Ribuan kode yang ia tuju ke Avell tidak pernah digubris.

Jika boleh jujur, ia sangat mencintai Avell, ia sudah dekat dengan kakak kelas itu sebelum ia mengenal teman-temannya. Tapi sikap dingin dan tak acuh Avell membuatnya tidak paham akan rasa yang dipendamnya.

Mencintai dalam diam sangat membuatnya frustasi.

Mangkanya sudah beberapa hari terakhir ini ia sering menjumpai Avell dan mengajaknya ngobrol di kantin setelah sekolah sepi, tetapi tetap saja tidak ada titik penyelesaian yang ia dapat setelah membahas hal ini berulangkali

Dikantin yang sepi dengan puluhan meja beserta bangkunya, mereka ngobrol berdua ditemani secangkir kopi dan segelas teh hangat.

Tanpa mereka sadari, ada yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka. Dari awal sampai akhir, ia mendengar dan mencerna dalam pikirannya

Dia duduk sedikit jauh dari tempat Avell dan Haura, ia berada dipojok dan membelakangi mereka. Sejak awal ia sudah berniat mengikuti Haura dan Avell karena penasaran

"Udah lah Ra! Gue balik duluan! Lama tau ga!" Avell berdiri dari bangkunya

Haura ikut berdiri dan memegang tangan Avell untuk mencegahnya pergi "Gua mau kita pacaran kak"

Avell melepaskan secara paksa tangan Haura dengan wajah kebencian "kalo kata gue enggak, ya enggak! Kan kemaren gue udah bilang GUE GAK SUKA SAMA LO! Lo tuh batu Ra! Dari kemaren Lo bahas ini dan Lo nanya ini biar apa? Satu jawaban dari gue gak cukup bikin Lo ngerti? Ini udah keberapa kalinya gue jawab ENGGAK! Gua harap Lo bisa PAHAM!"

"Harusnya kakak juga paham sama perasaan gue ke kakak! Semua cewe itu butuh kepastian kak! Kakak udah bikin gue nyaman dan gue mau kita pacaran kak!" Ucap Haura sedikit tegas

"Lo itu egois! Lo mentingin perasaan Lo sendiri tanpa mikirin perasaan gue gimana! Percuma pacaran tapi gak saling sayang!" Cerca Avell

"Gue bisa kok bikin kakak sayang sama gue, kita pacaran aja dulu nanti juga kakak bakal nyaman sama gue! Percaya deh" pinta Haura

"Seterah apa kata Lo aja lah! Lo boleh aja suka sama orang, tapi jangan bikin diri Lo terlihat murah didepan orang banyak! Jangan sampe Lo dibilang ngemis cinta! Lo itu cewe, kodratnya dikejar bukan mengejar! Nyesel gue ada disini sama lo! Buang buang waktu tau gak! Mikir dikit dong!" Jelas Avell

Gadis dibelakang mereka masih mendengarkan perdebatan antara dua insan itu tanpa merubah posisinya, terkadang ia menajamkan pendengarannya untuk bisa mengerti apa yang sedang dibicarakan

Haura tetap dengan pendiriannya "Gue gak perduli kak! Terserah kakak mau bilang apa ke gue! Gue tetep ngejar kakak! Gue tetep merjuangin kakak! Gue tetep nunggu kakak dan asal kakak tau kalo gu......"

"AAAAA KECOAKKKKK!!! BANGSAT KECOAK GANGGU AJA! AAAAA" teriak gadis dibelakang yang sedang lompat lompat ketakutan dengan muka memerah.

Avell dan Haura bingung, mereka refleks menengok ke belakang dan memicingkan matanya berusaha mengenali gadis yang suaranya seperti sudah tidak asing lagi "Caca?" Ucap mereka serempak

Caca langsung diam dan tidak loncat loncat lagi. Ia kikuk, tercyduk menguping pembicaraan yang bisa dibilang privasi seperti ini

"Lo ngapain disini? Lo nguping ya?" Tuduh Haura

Caca masih diam tak berkutik, Avell yang menyadari kekikukan Caca langsung mengerti akan suasana.

Avell berjalan mendekati Caca, sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat itu ia sempat menengok ke Haura, dengan wajah penuh amarah ia menautkan jari telunjuk ke keningnya lalu mengumpat "lain kali mikir dulu" ucapan Avell memang pelan, tapi Avell yakin Haura mendengarnya.

Setelah Avell rasa Haura sudah mengerti apa yang ia ucapkan karna mimik wajah Haura berubah drastis, Avell kembali berjalan mendekati Caca lalu merangkul Caca. Caca hanya diam, ia mencoba untuk mengerti apa yang ia lakukan itu salah atau tidak, ia berjalan beriringan dengan Avell

Baru kali ini seorang Avell merangkul cewek, dan baru kali ini Haura melihat dengan jelas Avell dan Caca seperti sudah sangat dekat melebihi dirinya.

Terlihat ketulusan dari rangkulan itu, kehangatan hati dari seorang Avell yang dingin. Sikap Avell berubah jika sudah bersama Caca.

Haura merasa ada yang salah dengan dirinya. Ia sangat hancur "Caca, ternyata Lo musuh dalam selimut! Gue gak nyangka sama sikap Lo yang lugu tapi bangsat kayak gini"

"Nikung sahabat sendiri"

"Yang harusnya dirangkul kak Avell itu gue! Bukan Lo!"

"Yang Deket sama kak Avell itu gue duluan!"

"Gatau diri Lo ca!"

"Tikungan Lo tajem banget dah!"

"Awas aja Lo ca!!!"

Haura menyumpah serapah saat ia berjalan meninggalkan sekolah. Umpatan umpatan itu selalu ditujukan untuk Caca.














Haeee, balik lagi nih 😂

💜Vote+coment ya💜

Quotes:
"Cinta itu dinamis, Lo harus siap untuk bahagia. Tapi Lo juga harus siap untuk jatuh sejatuh jatuhnya"

IDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang