Kevin menatap tajam ke arah Wina yang baru saja masuk ke dalam rumah. Tadi setelah wanita itu tiba-tiba datang ke kantornya, dan pergi begitu saja setelah sepertinya wanita itu kesakitan. Kevin sendiri tidak bisa mencegah karena dia sendiri masih harus bertemu dengan kliennya.
Rasa khawatir Kevin membuatnya akhirnya terburu-buru menyelesaikan semuanya. Dia terlalu jahat mungkin kepada Wina, dan masih terbayang wajah pucat Wina saat meninggalkan kantornya tadi. Hal itu membuat Kevin merasa bersalah. Dia akhirnya membelikan makanan dan vitamin untuk Wina.
Dia ingin meminta maaf atas sikapnya. Bagaimanapun wanita itu sedang mengandung. Terlepas dari fakta bayi itu memang buah hatinya atau tidak. Tapi di dasar lubuk hatinya dia memang mempercayai kalau bayi itu darah dagingnya. Hanya saja masih sulit untuk menerima kenyataan itu.
"Owh tumben sudah pulang."
Kevin makin mengangkat alisnya saat Wina dengan santai melangkah masuk ke dalam rumah. Membawa tas-tas belanjaan yang Kevin sekali melihatnya saja bisa mengenali. Wina kembali belanja barang-barang mahal.
Wina dengan angkuh meletakkan itu semua di depan Kevin. Tepatnya di atas meja yang ada di ruang tamu. Tidak ada kesan yang di tinggalkan tadi siang. Sekarang, Wina tampak cantik dengan riasan yang sepertinya dia baru saja keluar dari salon.
Rambutnya tergerai indah, make upnya elegan. Dan baju yang di pakainya juga tampak baru.
Kevin melihat jari-jari lentik Wina terulur saat wanita itu membuka sepatunya. Kukunya kini di warnai dan tampak indah.
"Darimana saja kamu? Ini sudah larut malam."
Kevin menunjuk jam yang melingkar di tangannya. Memang sudah pukul 10 malam. Dan sudah 3 jam lebih Kevin menunggu di sini dengan perasaan khawatir. Tapi rasa itu langsung menguap setelah melihat Wina saat ini. Membuatnya kesal.
"Kenapa peduli denganku? Toh aku tidak berpengaruh apapun. Tadi siang kan kamu sudah menegaskan kalau kamu membenciku. Jadi yah aku sudah tidak mau menurutimu lagi. Lebih baik mempercantik diri sendiri."
Kevin kini mencondongkan tubuh ke depan. Lalu menatap Wina yang juga tampak menatapnya dengan menantang.
"Dapat dari mana kamu uang untuk di hambur-hamburkan lagi? Menjerat pria kaya lagi?"
Sinis memang. Tapi Kevin tidak habis pikir dengan sikap Wina yang seperti ini. Bukankah wanita itu sejak kemarin sudah berubah? Wina memang masih mempunyai gaji dan tabungan, dia tahu itu.
Wina kini tersenyum sinis. Tampak santai dengan menyilangkan kaki di depannya. Memamerkan kaki jenjangnya yang mulus itu.
"Bukan urusanmu juga aku menjerat pria lain."
Jawaban Wina membuat amarah Kevin makin meluap. Dia beranjak berdiri. Persetan dengan semuanya. Dari 3 jam yang lalu dia berusaha memutar otak untuk menyusun ucapan permintaan maaf kepada Wina. Ingin memberikan kesempatan yang sesungguhnya dalam pernikahan mereka. Tapi sekarang, Wina kembali ke sikap liarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mean To Be
RomanceMerubahmu adalah janjiku Memilikimu adalah impianku... Aku tidak akan berhenti menyiksamu sampai kamu bisa berubah aku tidak akan berhenti untuk mengekangmu sebelum kamu berubah... aku Kevin Mahardian tidak akan berhenti sampai kamu menyesali semua...