Kevin menatap Wina yang kini menjauh darinya. Sejak kedatangan Wina kemarin ke kantornya. Perasaan Kevin mulai berubah. Dia ingin terus melindungi Wina. Apalagi melihat perutnya yang sudah membuncit itu. Entah bagaimana dia ingin selalu berada di samping Wina.
"Kenapa jalannya jauh-jauhan? Sini. Aku pegang tangan kamu."
Wina menatapnya dengan bingung saat Kevin mengucapkan itu. Mereka kini tengah berada di supermarket. Pulang kerja, Wina mengajak Kevin untuk berbelanja perlengkapan rumah. Dan bahan makanan.
"Apa sih Vin. Aku kan sedang mencari sayuran."
Wina menghindar lagi saat Kevin mengulurkan tangan untuk menyentuh lengannya. Wanita itu kini sibuk memilah-milah sayuran yang ada di chiller.
Kevin menyugar rambutnya dan mendekati Wina lagi.
Kali ini bahkan melingkarkan lengannya di pinggang Wina dan membuat wanita itu terkejut."Vin. Malu ah."
Wina kembali menggeliat untuk melepaskan rengkuhan tangannya.
Tapi Kevin kini malah menyandarkan dagunya di bahu Wina."Dingin di sini. Nanti kamu menggigil."
Dan tatapan bingung langsung di dapat dari Wina.
"Vin. Banyak yang ngeliatin."
Wina mencoba menunjukkan kepada Kevin kalau memang sekeliling mereka sangat rame. Apalagi ini Sabtu sore.
"Biarin ih. Aku lagi pingin meluk kamu kok."
Kevin bersikeras memeluk pinggang Wina dan masih menyandarkan dagu di bahunya. Tapi Wina berusaha keras untuk melepaskan pelukannya. Daripada Wina nanti terjatuh akhirnya Kevin melepaskannya. Dan melihat Wina kini menjauh darinya dan berpura-pura serius memilih sayuran lagi.
Kevin mengangkat tangannya. Frustasi dengan sikap Wina yang seperti itu.
"Ok. Aku tunggu di cafetaria depan. Aku lelah."
Akhirnya dia merasa kesal dan memutuskan untuk menjauh dari Wina. Istrinya itu menoleh ke arahnya masih dengan wajah bingung. Dan Kevin tidak memberinya kesempatan untuk bertanya.
Dia melonggarkan dasinya dan melangkah keluar dari supermarket lalu menuju cafetaria yang ada di area mall itu. Wina pasti tahu dia ada di sana.
Menghela nafasnya setelah memesan kopi dan juga coklat hangat untuk Wina. Dia akhirnya mengambil duduk di pojok ruangan. Cafetaria begitu rame, sehingga membuat Kevin mencari tempat yang lebih privat untuk menghindari orang-orang.
Dia juga bingung dengan perasaannya sendiri. Di saat dia masih menjaga perasaannya kepada Wina. Karena masih sakit hati, tapi perlahan dia mulai merasa nyaman dengan Wina. Toh wanita itu tidak seburuk yang selama ini dipikirkannya.
Wina sudah banyak berubah akhir-akhir ini. Meski sikap manjanya masih sedikit terlihat. Hanya saja Wina sudah 80% berubah. Perubahan yang begitu cepat itu tentu saja mengagetkan Kevin. Ada kalanya dia merasa iba saat menatap Wina yang sedang tertidur pulas.
Maka dari itu dia mencoba mengenyahkan semuanya. Dia ingin fokus kepada Wina. Menjaga kesehatannya sampai bayi itu lahir.
"Vin kita pulang."
Suara itu membuat Kevin mengalihkan pandangannya dari cangkir kopi yang ada di depannya. Dan melihat Wina sudah meletakkan plastik berisi bahan-bahan makanan yang baru saja di belinya.
"Duduk dulu. Kamu kan pasti capek. Minum coklat hangatnya nih."
Kevin menyodorkan coklat hangat yang ada didepannya kepada Wina.
Istrinya itu kini menatapnya ragu. Tapi kemudian menarik kursi dan duduk di sana.
"Kamu pasti lelah kan? Nanti aku pijitin ya?"
Mendengar itu Wina langsung menggelengkan kepalanya lagi. Tampak muram kali ini.
"Kamu gak usah bertindak seperti itu lagi Vin. Aku gak mau kamu berpura-pura baik di depanku. Aku gak mau kamu melambungkan harapanku. Tapi akhirnya seperti bom waktu seketika jatuh di depanku."
Kevin mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Wina. Maksudnya apa?
"Aku tahu kok kamu melakukan ini untuk balas dendam kan? Dulu aku juga begitu. Berpura-pura di depanku untuk mengambil uangmu. Berpura-pura suka sama kamu hanya untuk merampas semua uangmu. Dan yah aku akui itu. Aku memang berpura-pura saat itu. Aku tidak pernah mencintaimu Vin. Kamu tahu kenyataannya. Kalau aku mencintaimu aku tidak akan pernah berselingkuh dengan Marsha."
Pengakuan itu membuat Kevin merepih. Apa yang di ucapkan Wina saat ini sangat kejam. Kenapa wanita ini mengatakan di saat situasi sudah kondusif diantara keduanya.
Kevin langsung mencengkeram tangan Wina yang ada di atas meja. Membuat wanita itu kini menatapnya. Menantangnya.
"Kamu tidak sungguh-sungguh kan mengatakan itu? Kamu dulu pernah suka sama aku Win. Akui itu."
Suaranya terdengar parau dan dalam. Walau hanya berupa bisikan. Tapi dia bisa melihat kalau Wina mendengarnya.
Ada genangan air mata di pelupuk mata Wina. Wanita itu seakan menahan tangisnya saat ini.
"Vin. Kamu tidak percaya sama aku kan? Aku juga tidak percaya sama kamu. Hentikan permainan manis ini Vin. Kalau intinya kita masih belum percaya."
"Shit!"
Kevin mengumpat meski pelan
Dia makin menatap Wina dengan tajam."Maksudmu aku berpura-pura baik denganmu?"
Dan kali ini satu tetes air mata mengalir di wajah Wina. Wanita itu menganggukkan kepalanya. Kevin rasanya ingin mengumpat keras. Tapi ini di tempat umum. Dia melepaskan cengkeramannya di tangan Wina. Lalu mundur dan menyugar rambutnya.
Menatap Wina yang kali ini sudah mengusap air matanya. Tapi Kevin kemudian mengambil tisu yang tersedia di meja dan mengusapkannya ke wajah Wina yang basah.
"Husst. Jangan menangis."
Kevin berbisik kepada Wina membuat wanita itu malah makin tergugu
Tentu saja Kevin tidak tega. Dia beranjak dari duduknya. Berputar untuk berpindah duduk di sebelah Wina. Lalu dengan cepat merengkuh tubuh Wina untuk masuk ke dalam pelukannya."Jadi sekarang intinya kita harus percaya satu sama lain kan?"
Dia mengucapkan itu sambil menunduk untuk melihat Wina yang masih menangis.
"Vin. Maafkan aku. Maafkan aku karena telah menyakitimu dengan kata-kataku tadi. Maafkan aku."
Bersambung
Wina Kevin balik nih
Owh iya yang masih mau Marsha open PO masih di buka ya ada gift cantik loh
KAMU SEDANG MEMBACA
Mean To Be
RomanceMerubahmu adalah janjiku Memilikimu adalah impianku... Aku tidak akan berhenti menyiksamu sampai kamu bisa berubah aku tidak akan berhenti untuk mengekangmu sebelum kamu berubah... aku Kevin Mahardian tidak akan berhenti sampai kamu menyesali semua...