Wina tahu. Percintaannya semalam dengan Kevin hanya nafsu belaka. Setidaknya itu untuk Kevin. Tapi sejak terbangun tadi pagi, dan menatap Kevin begitu damai dalam tidurnya. Sosok yang sudah di puaskannya semalam membuat Wina sedikit senang.
Dia tahu Kevin hanya balas dendam menikahinya. Dia juga tahu kalau kevin masih belum menerimanya sepenuhnya. Sikap baik kevin itu hanya kamuflase. Tapi bagaimanapun juga wina merasa lebih baik. Entah atas alasan apa dia merasa begitu.
"Aduuhh."
Wina mengaduh saat tiba-tiba tubuhnya menubruk sesuatu yang keras. Yang membuat keseimbangannya hilang.
Kalau saja tidak ada tangan yang langsung menahan tubuhnya, dia mungkin sudah jatuh terduduk di atas lantai. Dan refleks dia menyentuh perutnya. Bayinya."Hati-hati."
Suara itu langsung membuat Wina mendongak. Dan dia terkejut saat melihat Marsha yang tengah memegang tubuhnya.
"Owh maaf."
Wina langsung menghindar dari Marsha. Dia melepaskan tangan Marsha dan mencoba menegakkan diri.
Pria itu mengamatinya dengan serius. Dia membenci ini. Bagaimanapun pertemuan dengan Marsha memang tidak bisa di hindari. Marsha kan pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.
Dia sedang tidak ingin berkonfrontasi. Lagipula dia sudah melupakan semuanya. Hidupnya sudah susah, jadi dia tidak akan menambah kesusahannya dengan meratapi masa lalunya.
"Kamu tampak pucat sekali. Minum coklat dulu mau?"
Wina mengerutkan keningnya saat mendengar ajakan Marsha. Dia tidak salah mendengar kan? Biasanya pria itu kalau bertemu dengan dirinya saja tidak mau menatapnya apalagi mengajak bicara.
"Kamu sangat pucat Win. Perkenankan aku mentraktirmu minum coklat panas. Toh ini masih pagi."
Wina menatap Marsha ragu. Tapi dia langsung menganggukkan kepalanya.
****"Ehem."
Wina langsung mendongak dari aktivitasnya menatap meja kantin yang ada di depannya. Padahal meja itu hanya berwarna putih polos. Tapi dia memang tidak bisa mengatasi kecanggungannya ini.
Kenapa juga dia menuruti ajakan Marsha ke sini? Nanti kalau Melani melihat mereka berdua pasti juga akan salah paham. Dia sudah lelah dengan segala pertikaian.
"Kamu beneran gak apa-apa?"
Wina akhirnya mengulas senyumnya saat melihat wajah Marsha yang khawatir secara tulus itu.
"Enggak. Aku mungkin hanya kurang tidur saja."
Dia berdehem setelah mengatakan itu. Bagaimana dia baru saja akan membongkar apa yang terjadi semalam di hadapan Marsha. Mantan kekasihnya.
"Kurang tidur?"
Marsha mengangkat alisnya untuk sesaat dia terlihat bingung. Tapi kemudian tersenyum tipis. Tahu yang di maksud oleh wina. Dan pipinya memerah saat menyadari Marsha mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mean To Be
RomanceMerubahmu adalah janjiku Memilikimu adalah impianku... Aku tidak akan berhenti menyiksamu sampai kamu bisa berubah aku tidak akan berhenti untuk mengekangmu sebelum kamu berubah... aku Kevin Mahardian tidak akan berhenti sampai kamu menyesali semua...