Prolog

147 19 10
                                    

  " mama....,"

Citttt..., brakk..., dwarrr...,

" mamaaaaa...."

" tenanglah kumohon tenanglah, cepat panggilkan dokter. Pasien dikamar 207 telah siuman."

" aku dimana...., kumohon jelaskan padaku.....,mama. Apa yang terjadi padanya?. Kumohon...,"

" tenanglah...,"

  Suster pun memberikan anestesi yang seketika membuat pasien tersebut menjadi tenang dan tertidur pulas.
  
          *********
  Bila kalian bertanya siapa nama pasien dikamar 207 akan kuberitahu, namanya adalah Milana, lebih tepat nya aku lah orangnya . Kalian pasti merasa heran bagaimana bisa aku berada disana, entahlah aku pun tak tahu pasti. Sejauh ingatanku, aku mengalami kecelakaan, saat mengantar mamaku  menuju ke rumah sakit dan aku tak ingat apapun setelah itu.
   ****

" nona..., maaf sekarang waktunya kita melakukan tes sekali lagi."

" ummm.., baiklah."

   Aku menarik nafas panjang seolah ingin menghabiskan semua oksigen yang ada dimuka bumi ini. Huft.!, lagi dan lagi aku harus mengikuti serangkaian tes. Meliputi kesehatan, dan psikologi. Aku tak masalah mengenai tes kesehatan, karna aku memang sehat kok. Tapi aku tak kuat bila harus mengikuti tes psikologi, karna aku harus menjawab berbagai macam pertanyaan yang tidak aku suka. Terutama saat ditanya mengenai mama, aku akan langsung menjerit histeris. Terlebih saat dokter memutar suara mesin mobil ,dan melihat api dari lilin yang disediakan. Sudah dua minggu lamanya aku terjebak ditempat ini, begitu terisolir bahkan aku tak boleh keluar kamar ataupun melihat melalui jendela. Membuatku makin frustasi, ini adalah tes ke lima belas. Semoga aku bisa lolos dan berhasil keluar dari tempat ini.

" kesehatanmu sangat baik dan terus membaik, dan kamu juga telah menjawab semua pertanyaan dengan tenang. Tidak seperti sebelumnya ya."

Dokter tersebut tersenyum padaku, pria yang manis sangat manis kurasa. Bertubuh tinggi dengan kulit sawo matang, hidung mancung, dan bibir merah. Masih cukup muda untuk profesinya sebagai seorang dokter.

" dok, sebelum kau memutar rekaman nya boleh kutanyakan satu hal?."

" ya , tentu saja."

" siapa nama anda?"

" nanti kuberitahu, sekarang dengarkanlah dengan seksama."

   Lagi dan lagi, aku harus mendengar suara mesin mobil yang menyala, disertai decitan dan raungan. Aku tak tahan mendengarnya, tapi kali ini aku telah bertekad untuk bisa lolos tes. Aku harus tenang, Ila kumohon tenanglah. Astaga ya tuhan..., aku hampir histeris. Tapi mengingat penderitaan yang kualami ditempat yang bisa disebut sangkar aku berusaha tegar. Detik detik menyakitkan itu akhirnya berakhir sudah, dokter yang tak pernah kuketahui namanya ini pun telah menuliskan hasilnya. Semoga setelah ini ada kabar baik dan aku sangat menantikannya.

" tes nya berjalan baik, mungkin nanti aku bisa menjelaskan berbagai hal kepadamu."

Aku hanya tersenyum sembari menatap sang dokter.

" suster mungkin kau bisa mengajaknya jalan jalan kehalaman rumah sakit sore ini. Kurasa ia sangat membutuhkannya, bukankah begutu Ila ?"

" ya kurasa."

  Tanpa aku berkata  pun kau pasti bisa mengetahuinya betapa menderitanya aku berada ditempat ini. Seorang perawat cantik menemaniku keluar dari ruangan, bila kalian ingin tahu seperti apa ruang ini?. Ayo akan kuberitahu, ruangan ini tak berbeda dari ruangan dokter yang biasanya dilengkapi berbagai peralatan untuk memeriksa kesehatan. Hanya saja kalian akan merasakan bahwa ruangan ini sangat luas, bahkan begitu luas untuk sebuah ruangan pemeriksaan. Disebelah kiri terdapat ranjang namun diseberangnya terdapat meja dengan alat tulis lengkap, sebuah alat pemutar suara yang mirip dengan radio dan sebuah televisi dipojokan yang akupun sendiri tidak tahu kegunaannya. Ruangannya sendiri dilengkapi oleh cctv untuk keamanan. Sementara kamarku sendiri tak lebih seperti kamar pasien pada umumnya hanya saja, tidak ada jendela disini yang membuatku merasa seperti berada dipenjara.

" maaf aku kemari untuk mengajakmu berjalan jalan keluar apa aku menganggumu?"

" oh tentu saja tidak"

" apa yang sedang anda lakukan?"

" hanya menulis dan menggambar, tapi aku telah menyelesaikannya jadi mungkin kita bisa keluar sekarang. Tapi kumohon izinkan aku membawa perlengkapan gambarku."

" untuk apa?.., tapi tentu saja anda boleh membawanya..., mari sini saya bantu.'

" oh tidak terima kasih."

     Aku sangat bersemangat, akhirnya setelah sekian lama aku diperbolehkan untuk menghirup udara segar diluar sangkar tempat aku selama ini dikurung. Aku membayangkan pohon pohon hijau, orang orang yang lalu lalang, mulai dari petugas hingga pasien, rerumputan nan hijau dan aroma segar disore hari. Aku baru berjalan melewati koridor menuju taman yang ada dirumah sakit ini. Tempatnya berkelok kelok membuatku sedikit bingung, jauh sekali menurutku atau hanya karna aku yang terlalu lama duduk dan berbaring diruangan yang ku sebut kamar.

" maaf sus, apakah tempatnya jauh?."

" oh maaf apa anda kelelahan?..., tempatnya tidak jauh, hanya dibelakang rumah sakit mungkin karna jalannya berbelok anda sedikit kelelahan, kalau mau kita istirahat saja disini."

'' tidak perlu, aku hanya sedikit bingung dengan koridor ini."

" maaf kan saya nona tapi ini sudah menjadi prosedur kita."

" tak apalah, hanya saja kalau boleh jangan panggil aku nona. Namaku Milana dan aku biasa dipanggil Ila. "

" nama yang bagus non...., eh maksudku Ila. "

" boleh tau siapa nama mu?"

" maaf sesuai prosedur saya tidak bisa menyebutkan nama."

    Aku hanya cemberut mendengar jawaban dari perawat tersebut, aku heran mengapa mereka tidak mau menyebutkan nama mereka. Prosedur apa yang mereka ikuti?, mengapa prosedur ini dibuat?, dan lebih tepatnya rumah sakit apa ini?. Sepanjang perjalanan aku tak melihat seorang pun pasien atau keluarga pasien yang lewat, hanya ada petugas medis dengan beragam seragam nya. Ada perawat laki laki dan perempuan yang nampak masih muda, wajah mereka kontras dengan warna pakaian putih, dokter yang kulihat hanya laki laki nampaknya tidak ada dokter perempuan disini, dan hampir semua dokter tersebut tidaklah muda kurasa hanya dokter yang merawatku lah yang paling muda dan tampan. Ada petugas yang nampak seperti petugas kebersihan dengan seragam berwarna kuning nan lusuh, terakhir ada petugas dengan membawa nampan berisi makanan dan obat obatan, Hanya itu.

" maaf sus, kemana semua pasien disini?, aku tak melihat satu pun sejak tadi hanya ada petugas rumah sakit, kemana para pasiennya?"

"Semua pasien berada diruangan mereka masing masing, hanya itu yang kutahu."

Perawat tersebut nampak lebih santai dari sebelumnya, bahasa yang digunakannya pun lebih santai dan tidak terlalu formal seperti sebelumnya. Perlahan hidungku menangkap udara segar, ketika aku melihat kedepan. Aku melihat taman yang indah, tidak terlalu luas memang tapi sangat rapi dan tertata. Tak kusangka didalam sangkar yang mengerikan terdapat syurga nan elok seperti ini, memang terasa seperti syurga buatku mengingat berapa lama aku terkurung didalam sana.

" sungguh indah bukan main, akhirnya aku menghirup udara lagi, udara segar bukannya bau obat yang menusuk."

" yah kamu benar menyenangkan sekali, akhirnya aku bisa berada disini."

Apa?, aku terkejut mendengar jawaban repleks dari sang perawat. Bahkan ia pun merasakan hal yang sama denganku tidak mungkin?.

*to be continue*

Jgn lupa vote dan coment yah
Thank for readers. Like you all

Lakuna " Milana " (Tamat.., Cerita Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang