Tragedi Malam Berdarah

30 3 0
                                    

Kamipun pulang, Ryan memacu motornya dengan kecepatan tinggi agar kami cepat sampai. Tapi entah mengapa aku merasa perasaanku menjadi tidak enak, semoga tidak terjadi apa apa.

    *******

Aku berusaha menyelinap masuk kedalam rumah, sialan lampu kamar Allysa menyala itu artinya ia terbangun.

Aku harus mencari cara untuk masuk.

Mataku tertuju pada jendela kamarku yang ternyata lupa kukunci, aku sering melihat kakakku memanjat kesana itu artinya aku juga bisa melakukannya. Aku memanjat pohon terlebih dahulu sebelum melompat ke teras kamar.

" Sulit sekali memanjat pohon ini.., tapi kak melani kok mudah banget ya manjatnya..., apa ini..?.. Huh... Sialan eek kucing... Pantesan waktu itu tangan kak melani bau banget...iuhh......hup... Yes berhasil."

Aku segera masuk kedalam kamar ,berganti pakaian dan memcuci tanganku yang bau karna eek kucing. Aku memutuskan untuk mengecek keadaan Allysa, tapi yang kudapat malah ia berada tepat didepan kamarku.

" dari mana saja kau?..."

" uh... Tidak kemana mana dari tadi juga aku disini kok."

" bohong..., dari mana?..., bukannya tadi kamu kencan dengan Ryan?."

" ummm..,ngak kok."

" huh, mungkin aku hanya ilusi. Begini dek, kamu jangan melakukan hal yang tidak tidak, apalagi kalau sampai keluar rumah. Kalau papa mu tahu dia bisa marah, kau mengerti?."

Aku mengangguk, setelah itu Allysa pergi meninggalkanku.

Dia tahu...., apa dia mengikuti ku sejak tadi?. Bagaimana ini?...., sialan Ryan dalam bahaya...,

Aku mengunci pintu dan jendela, membaringkan tubuhku sejenak hingga tanpa sadar aku terlelap. Sebuah suara membangunkan ku, suara ketukan jendela.

"Kak melani... Kau kah itu?, sebentar dedek bukain jendela buat kakak."

Alangkah terkejutnya aku begitu yang kulihat bukanlah melani, melainkan Ryan.

" Ryan..., ada apa?..., kenapa kau kemari, kalau Allysa tahu bagaimana?..., kau tahu dia tahu semuanya, dia membuntutiku."

" Ila.., dingin..."

" kau kenapa?, ini selimut.., kau kelihatan pucat dan kenapa tubuhmu basah seperti ini?.."

" Ila..., dingin...,Ila tolong aku."

" apa darah?.., kau kenapa?. Sini biar aku lihat."

Ketika Ryan mengangkat kepala alangkah terkejutnya aku, wajahnya hancur tak berbentuk, darah segar mengalir membasahi seluruh tubuhnya.

" arghhhhhhh...., pergi..., pergi dariku."

" Ila...., tolong aku..., ila.....hentikan..ila.."

" pergi........."

Jleb.....,

Hosh...hosh...hosh..,

Cuma mimpi.., syukurlah.
Tapi kenapa aneh ya?, Ryan.., ah tidak mungkin.., ia pasti baik baik saja.

Aku mengirim e-mail kepada Ryan, tidak dibalas...

Diluar jendela aku melihat 4 orang polisi berseragam lengkap sedang menuju rumahku, segera aku turun kebawah untuk melihat apa yang terjadi. Allysa terlihat sedang mengusir para polisi tersebut, tapi mereka tetap bersikeras untuk masuk kedalam.

" maaf pak sudah kubilang anakku tidak keluar rumah semalam, ia demam dan sedang istirahat di kamar nya. Lain kali saja."

"Nyonya ini tugas penting, kami diminta untuk menyelidiki terkait kematian korban semalam."

" anakku tidak terlibat apapun, percayalah padaku. Ia bahkan belum pernah keluar rumah belakangan ini."

" mama, ada apa ini?. Kenapa ada polisi disini?. "

"Apa benar adek yang bernama Milana?...., kami punya beberapa pertanyaan buat adek, agar dapat membantu proses penyelidikan kami. Apa adek bersedia?."

Aku hanya mengangguk bingung, Akhirnya pihak polisi pun diizinkan masuk kedalam, kuperhatikan satu per satu dari mereka. Semuanya bertumbuh tinggi dan berbadan kekar, kecuali satu yang terlihat sedikit pendek dan kecil, bahkan tidak pantas bila kusebut polisi. Semuanya berseragam lengkap dan satu yang sedari tadi mengomel mengenakan seragam yang sedikit berbeda, kurasa dia adalah komandan mereka.

"Begini nak Ila, apa anda mengenal Ryan saputra?, dan apakah anda bersamanya semalam."

" sudah kubilang berapa kali anakku ini tidak kemana mana dia sedang de..."

" maaf nyonya kami bertanya kepada anak anda."

" ya pak, saya mengenalnya dia dulu adalah guru privat saya. Apa terjadi hal buruk dengannya?."

" saudara Ryan ditemukan tewas semalam karna kecelakaan, seseorang melaporkan bahwa sebelum kejadian ia sedang pergi bersama anda."

Darahku seakan berhenti mengalir begitu mendengar berita kematian Ryan.

" kalian pasti bohong..., Ryan.., dia baik baik saja semalam..., kalian pasti bohong..., tidak...., Ryan...,cobaan apa lagi yang diberikan ini...., tuhan kau sungguh tidak adil padaku...., ryan...., tidak...mustahil... "

Aku menangis histeris tanpa menghiraukan sekelilingku, Allysa memeluk ku sambil berulang kali mencoba menenangkan ku.

" maaf pak sebaiknya kalian biarkan anakku menenangkan diri."

" tidak ma..., akan kujelaskan apa yang terjadi."

Aku menjelaskan semua yang aku ingat, semua yang kami lakukan kecuali beberapa hal yang menyangkut Allysa, aku menghilangkan semuanya termasuk sosok wanita yang kulihat diparkiran motor. Begitu pula sebaliknya polisi menjelaskan padaku kronologi kecelakaan yang menewaskan Ryan, polisi menduga ia memacu motornya dengan kencang kaget melihat mobil didepannya, ia mencoba mengelak na'as rem nya blong ia pun terjatuh dan tewas ditempat.

Aku tak kuasa menahan air mataku, sakit rasanya..., semalam ia berniat melamarku pada malam natal namun takdir berkata lain, justru ia tewas sebelum keinginannya terwujud.

Tuhan.....
Kau tidak mengambil semuanya dariku..
Allysa dia yang merebut semuanya dariku, seharusnya aku membunuhnya selagi aku bisa sebelum ia kembali merebut seseorang dariku.
Allysa apa kau puas sekarang?
Kau merebut papa, menyakiti melani dan membunuh dua orang kesayanganku mama dan Ryan.

Ryan, apa yang harus kulakukan sekarang?
Apa yang harus kuhentikan?.
Allysa.., apa aku bisa menghentikannya?, Semua tindakan keji nya?.
Dia jalang..., Allysa memang wanita murahan.
Michaaaaa..., kau dimana?
Sekarang aku benar benar membutuhkanmu.
Allysa.., aku akan menuntut balas.

* to be continue*

Lakuna " Milana " (Tamat.., Cerita Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang