Akhir pekan.Aku duduk menghadap laut sendirian. Segelas es jeruk terhidang di meja. Kuseruput saja seraya menikmati ombak yang memecah di pantai. Kulirik jam tanganku, sudah jam 10.37, dan Keyla belum tiba. Ah, kemana ia? Sepanjang aku janjian dengan dia belum pernah ia terlambat seperti ini. Macetkah di jalan? Ataukah ada hal lain yang harus dilakukan?
Aku mendesah, resah. Belum pernah aku dibuat menunggu oleh seorang wanita. Biasanya akulah yang membuat mereka menunggu. Membikin mereka gelisah, tak jenak menanti diriku. Lantas kenapa yang ini berbeda? Kenapa aku tidak pergi saja?
“Ah, kurasa aku sudah gila!” pikirku sembari menaikkan sebelah kaki ke atas paha.
Sekali lagi aku melirik jam tangan. Setelahnya aku berpikir untuk mengirim pesan. Hati kecilku melarang, katanya itu bisa membuatnya ke-ge-er-an. Aku harus bersikap biasa saja. Jangan mempertontonkan bahwa aku menunggunya.
Tak sampai lima menit keputusanku goyah kembali. Aku sudah menarik ponselku untuk menghubunginya. Tetapi, lagi-lagi hati kecil memperingatkan agar duduk manis saja sampai ia tiba.
Bosan oleh situasi demikian, coba kuredam dengan melihat foto-foto dalam ponsel. Aku tersenyum lucu melihat foto kami berdua sewaktu pergi keluar untuk pertama kalinya. Aku hampir tidak tidur semalaman gara-gara hari itu. Bingung memikirkan topik apa yang asyik dibicarakan mengingat Keyla terkenal cerdas dan pintar. Tidak hanya itu aku juga pusing memikirkan baju yang hendak kukenakan. Kasualkah atau bagaimana? Supaya nanti tidak njomplang?
Lalu apa yang terjadi? Ketika aku rapi jali mengenakan rompi, kemeja, dan celana bahan, ia muncul dengan pakaian sederhana. Hanya jeans belel dan t-shirt bergambar kuda, binatang kesayangannya. Hahaha, ia menertawakan aku yang katanya terlalu formal untuk sekedar acara makan malam bersama teman-temannya. Aku garuk-garuk kepala. Sudah terlanjur. Mau apa?
Aku tersenyum sembari beralih ke gambar-gambar berikutnya. Pada satu gambar aku berhenti, lantas kelicutan sendiri mengingat apa yang membuat Keyla terkekeh seperti di gambar tersebut. Aku sudah merasa cukup dekat dengan Keyla sewaktu berinisiatif mengirim pesan bernada mesra padanya. Pikirku sudah waktunya hubungan kami ditingkatkan dari sekedar kawan menjadi pacar. Kupikir dengan cara itu ia akan luluh dan mulai merasa pria satu ini berharap padanya. O, justru kebalikan. Pesan mesraku tak mempan. Dianggapnya hanya sebuah guyonan. Tatkala menunjukkan deretan deretan pesan mesraku, ia malah berkata ,”Nggak nyangka kamu berbakat puitis juga. Kayaknya kalo kamu nyambi jadi penulis novel romantis boleh juga. Bakalan banyak cewek yang klepek-klepek karenamu.”
Hmmh, garuk-garuk kepala. Lebih garuk-garuk lagi mendengar lanjutannya ,”Banyak loh teman cewekku yang terpesona dengan kalimatmu. Mereka mupeng pengen kenalan sama kamu.”
Kenapa yang tertarik justru lainnya, bukan kamu Keyla? Gerutuku dalam hati.
Hari lain aku pernah dibuatnya ke-ge-er-an. Ia yang tak pernah mengundangku main ke rumahnya tiba-tiba memintaku hadir pada acara tasyakuran keluarganya. Katanya sih untuk pabrik baru yang dibuka di daerah Sulawesi Utara. Ah, tentu bangga dong ya. Disuruh datang di acara tasyakuran keluarga oleh cewek yang kamu suka. Apalagi Keyla bilang hanya undangannya tidak banyak, hanya kawan dekat. Tersanjung aku dibuatnya. Jadi aku adalah kawan dekatnya? Baiklah-baiklah, aku akan mendatanginya. Siapa tahu itu kode menaikkan hubungan kami ke tingkat lebih lanjut? Siapa tahu pula aku hendak diperkenalkan dengan calon mertua? Ahahaha, aku tertawa sendiri memikirkannya.
Sampai disana aku segera melupakan pikiran itu. Ternyata tak hanya aku kawan dekat yang diundangnya. Kulihat ada Chris Oetoyo dan Axl Oetoyo, anak pengusaha tambang Andrei Oetoyo. Sempat kulihat juga Mahatma Seno, si pelukis muda berbakat. Juga Alex Rungkat, generasi ketiga keluarga Rungkat, yang sukses bergerak di berbagai bidang usaha. Mulai dari rumah makan sampai perhotelan. Dan tiga lainnya perempuan, yang pernah kulihat di teve, tapi tak tahu namanya. Dan kesemuanya sahabat Keyla. Sakti dan Rama, kakak Keyla, juga mengundang sahabat-sahabatnya. Selain sahabat-sahabat anaknya, ada juga beberapa sahabat dan kerabat dekat Pak Yoga Pradipta dan istri. Aku menelan ludah kecewa. Jadi dalam hal ini, aku telah salah terka. Keyla benar-benar menganggapku kawannya, tanpa embel-embel apapun didalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEEN, ONE OF A KIND
RomanceBagi Evan Maximiliano Himawan, anggota boyband High End, cinta tak ubahnya kembang semusim. Ia akan menikmati keindahannya pada musim itu saja. Dan jika bosan ia bisa mengganti pada musim berikutnya. Hingga muncul Keyla Nadindra Pradipta dalam hidup...