Broken Part 4

32 2 7
                                        

     Sebulan berselang, Keyla telepon mengajak ketemuan di akhir pekan.
     "Memangnya ada apa? Penting banget sih kedengarannya?"
     "Iya, aku kangen sama kamu," sahutnya sambil tertawa.
     Aku tak tahu apakah itu bercanda atau tidak, yang jelas kalimat itu telah melambungkanku ke langit.
     "Masa sih?"
     "Heheh, aku mau cerita banyak sama kamu. Ada kabar gembira nih..."
     "Apa?"
     "Ntar aja, surprise deh." Ia kembali tertawa dan tak memberi petunjuk apapun walau aku memaksa.

     Di Moonlight Cafe aku dan Keyla berjumpa. Ia mengenakan dress tanpa lengan warna putih, bersepatu hitam sama dengan dompetnya. Riasannya sederhana, hanya BB krim dan bedak, dengan sentuhan lipstik warna nude. Itu saja sudah membuat para pria menoleh saat ia melangkah memasuki Moonlight Cafe. Rambutnya yang panjang digerai saja, hanya diberi bando sebagai pemanis.
    "Hai," sapanya riang.
    "Seneng banget, Nona? Baru dapat durian runtuh ya?"
     Keyla nyengir kuda. "Kinda like that," jawabnya dengan tersipu.
     "Apa sih?"
     "Eits! Tunggu dulu! Kita pesan makanan dulu, baru nanti aku cerita ya?"
     Aku terpaksa mengiyakannya. Walau dalam hati sangat ingin tahu apa sih yang hendak diceritakannya.
Keyla melambaikan tangan pada seorang pelayan. Si pelayan mendekat dengan sopan. Kemudian menyodorkan menu pada kami berdua. Tak butuh waktu lama si pelayan pergi sembari membawa catatan pesana kami berdua-salmon panggang, steak wagyu, ice lemon tea dua.
     Senyampang menunggu pesanan Keyla bercerita ia tengah jatuh cinta pada seorang pria. Ia mengenal si pria beberapa waktu silam. Tak dijelaskan sejak kapan. Tetapi pria itu telah membuatnya jatuh cinta dengan gayanya yang asyik dan humornya yang segar.
     "Siapa?" tanyaku menekan cemburu.
     Keyla mengerjpkan matanya lucu.       "Mau tahu apa mau banget?"
     "Ah, kau itu Key."
     Aku menghembuskan napas tak sabar.
     "Ok, ok. Aku akan bilang. Dia keren, Van. Tinggi, putih, rambutnya panjang. Akhir-akhir ini ia sering bersamaku..."
     Tinggi, putih, rambutnya panjang? Akhir-akhir ini sering bersamanya? Aku mengulang perkataan Keyla dalam hati. Mendadak saja hati ini berdebar. Semakin lama semakin kencang. Aku merasa ciri-ciri itu ada padaku. Akukah itu? Tapi aku tak mau sembarangan. Siapa tahu aku terlalu ke-ge-er-an, pikirku berusaha tenang.
     "Orang mana?"
     "Orang Indonesia, tapi ada campuran Jermannya."
     Oh, Tuhan...apakah yang disebutnya aku? Aku juga berdarah campuran Jerman meski hanya seperempat. Oh, please Keyla! Jangan buat aku bertanya-tanya. Selesaikan saja teka-teki ini, sebutkan siapa namanya, gerutuku dalam hati.
      "Siapa?"
      Aku berusaha terdengar biasa. Walau di dalam dadaku ada drum berdentam-dentam.
Keyla tersenyum lucu. Matanya menerawang jauh entah kemana. Baru beberapa saat kemudian pertanyaanku dijawabnya.
     "Ini dia!" Ia mengeluarkan tabletnya.
     Tanganya yang lentik menari di atasnya. Tak butuh waktu lama muncul wajah seorang pria-tinggi, putih, tampan, berambut panjang, tapi bukan diriku. "Namanya Mike. Ia salah satu pemain biola berbakat di dunia. Kami bertemu saat ia sedang berkunjung ke Indonesia."
     Aku ingin sekali mengucapkan sesuatu yang gembira. Kenyataannya aku hanya diam sembari mengusap rambut kecewa.
     "Kau kenal dia nggak, Van?" tanya Keyla antusias.
     "Enggak, tapi pernah sepanggung dengan dia pas Konser Raya Indonesia, 17 Agustus tahun lalu. Permainannya keren sekali," kataku tanpa semangat.
     "Ah, kau mengakui juga kalau permainannya keren?" Keyla tertawa. "Tapi, bukan itu saja yang bikin aku jatuh hati padanya. Pemikirannya dewasa dan caranya bersikap pada orang tua itu lho mempesona! Belum lagi kasih sayangnya pada yang tak punya. Oh my, belum pernah ada cowok semacam ini."
      Keyla geleng-geleng kepala. Di bibir tipisnya terhias senyum penuh puja.
     "Dia itu..."
     Aku tak lagi mendengar terusannya. Tatapan mataku masih tertuju padanya tetapi telinga dan hatiku tidak disana. Perlahan aku seperti mendengar lagu Pupus-nya Dewa merasuki gendang telinga.

Baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk s'luruh hatiku....
Seluruh hatiku...

KEEN, ONE OF A KINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang