Oh, sial!
Desisku melihat namaku terpampang besar di salah satu media online. Bukan prestasi yang diberitakan, melainkan gosip panas antara aku dan Leika—yang ditulis disana sebagai salah satu artis papan atas Indonesia.
Hmmh? Kenapa harus dia? Aku menghembuskan napas kesal ke udara.
Sesungguhnya tanpa sepengetahuan banyak orang kami sudah bersahabat sejak lama. Sejak kami belum apa-apa sampai seperti sekarang. Pertama kali jumpa dengannya saat ajang pemilihan model di salah satu majalah remaja. Tak tahu bagaimana awalnya, tahu-tahu kami akrab saja. Mungkin karena kami mengalami nasib yang sama. Ditinggal pergi salah satu orang tua dan akhirnya harus hidup bersama kakek-neneknya.
Sejak itu kami jadi sering curhat macam-macam. Ia kerap mempercayakan kisah-kisah pentingnya padaku, begitu juga sebaliknya aku. Percayalah, dari semua teman perempuanku hanya ia yang tahu kisah-kisah asmaraku.
Apakah tak ada ketertarikan diantara kami?
Ada. Hanya chemistry kami tidak bertemu. Aku tahu ia sangat menyayangiku, bahkan lebih dari itu. Sempat tersirat dari kata-kata dan sikapnya sebuah harapan agar hubungan kami naik setingkat menjadi pacar. Sayangnya aku tak demikian. Aku menyayanginya sebagai saudara, cukup itu saja. Aku tak berminat meningkatkan lagi statusnya.
Cuma akhir-akhir ini aku memang egois. Aku hanya datang saat suntuk dan butuh teman berbincang. Bila saat itu datang ia akan duduk tenang, mendengar apapun yang kukatakan. Setelah lega aku akan pulang, berjanji esok akan meneleponnya dan selalu lupa. Sibuk dengan jadwal manggung atau kencan rahasia dengan cewek-cewek jelita lainnya. Lalu kembali padanya jika aku butuh teman bicara.
Ia kerap protes atas kelakuanku tersebu dengan menolak sms, Whatsapp, telepon, atau email-ku. Namun saat aku datang ia tak bisa menolakku. Sekalipun dengan rengutan, pintu apartemennya terbuka untukku.
Hari itu aku bertandang ke rumahnya. Berbeda dari biasa, aku tak datang membawa cerita. Aku datang murni karena menjenguknya. Kebetulan ia sudah beberapa hari terbaring sakit. Aku tahu itu dari unggahan di Instagram-nya. Maka bersama sekeranjang buah dan kue-kue kesukaannya aku mendatangi apartemennya.
Saat pintu terbuka, yang muncul adalah sosok jangkung berwajah pucat dan berkuncir awut-awutan terbalut baju tidur dengan hidung semerah badut.
"Ck, ck, ck, kau benar-benar sakit rupanya?"
Ia tak menjawab, hanya melebarkan pintu sembari menyusut ingus dan membiarkanku masuk dalam apartemennya. Setelah pintu tertutup yang dilakukannya adalah melemparkan tubuh keatas sofa warna coklat mudanya. Lantas mengoceh banyak hal yang membuatku tertawa, mulai dari nyungsep gara-gara high heels-nya sampai salah satu lawan main yang sulit mengedipkan mata selagi beradu akting dengannya.
"Sampai begini lho dia itu," kata Leika seraya memperagakan bagaimana wajah konyol si lawan main. Matanya terbuka lebar, mulutnya menganga, plus lupa dialog yang harus diucapkannya.
"Pertanyaannya dia itu terpesona apa ngeri sama lu ampe ngeliatnya kayak gitu?" Aku terbahak di depannya.
"Gue justru kepikiran alasan nomer dua, Van. Ngeri lihat gue. Hahahaha!" Leika tergelak-gelak sampai kaku menahan perutnya.
Obrolan lantas berlanjut tentang film terbarunya bersama beberapa artis Hollywood terkenal.
"Bersyukur banget gue lolos audisi film itu, Van. Saingannya banyak dan berbakat semua. Meski hanya pemeran pembantu saja," katanya sembari menerangkan kalau syutingnya akan berjalan sebulan ke depan. Di Bali, Lombok, dan beberapa pulau lainnya. Judulnya apa? Masih rahasia katanya.
Sepuluh menit sebelum aku pulang ia iseng memotret dirinya. Satu hal yang biasa, mengingat semua orang mengenalnya sebagai "Miss Narsis Sedunia". Sempat ia memintaku foto bersama, tapi aku menggelengkan kepala. Satu foto berdua berpotensi menghasilkan gosip gila. Dan aku tidak menginginkannya.
"Kenapa? Lu takut digosipin macem-macem ya?" Leika terkekeh-kekeh menatapku.
Aku tersenyum kecut. "Nah itu sudah tahu, mengapa masih tanya? Bisa gawat dunia begitu foto lu ama gue yang lagi nyengir bersama tersebar luas. Persepsi ngawur ditambahi kalimat bombastis hasilnya adalah gosip fantastis. Dan itu tidak bagus untuk karierku dan kamu." Aku berterus terang.
Leika mencibir. Tak menghiraukan peringatanku. Semenit kemudian ... klik! Ia memotret dirinya. Mengunggahnya ke Instagram dan menimbulkan kehebohan setelahnya.
Itu terjadi setelah seorang netizen mengunggah kembali foto itu disertai caption "Bayangan Evan terlihat di kaca hias Leika". Dalam sekejap unggahan akun @Secret808 itu membuat ramai jagad Instagram. Gara-gara dia orang-orang menyadari ada bayanganku dalam kaca hias yang terletak di belakang tubuh Leika. Status tersebut segera dilihat dan jadi bahan perbincangan ramai.
Menyadari hal itu Leika segera menghapusnya. Tetapi kau tahu bukan dunia maya? Apa yang sudah keluar tak bisa semudah itu ditarik kembali. Justru apa yang dilakukan Leika itu membuat orang-orang semakin bertanya-tanya apakah aku dan dia punya hubungan rahasia. Terlebih mengingat selama ini aku jarang terlihat bersama siapa-siapa, apalagi sampai main ke apartemennya.
Perbincangan kian memanas ketika netizen lain membahas baju tidur bertali spageti yang dikenakan Leika. Merujuk pada foto itu jelas bahwa aku bukan orang asing baginya. Seperti api disiram minyak tanah, pernyataan tersebut memunculkan spekulasi macam-macam tentang hubungan kami. Yang tadinya sekedar membahas apakah kami pacaran belakangan melenceng jauh menjadi apakah kami pernah seranjang? Berita heboh ini segera merambah berita online baru kemudian media-media lain. Dan boom! Gosip kedekatan kami menghebohkan secara nasional.
Ah, sungguh kurang ajar!
Mereka menjadikanku sasaran empuk pemberitaan miring. Dan bisa dipastikan agensi yang menaungiku jadi kelabakan. Mereka jadi sasaran wartawan untuk mencari tahu kebenaran berita kedekataanku dengan Leika. Tak hanya mereka tapi juga anggota High End lainnya—Kak Pierre, Al dan Jazz— juga turut dikejar jadi narasumber mereka
Pusing aku jadinya.
Sore hari setelah terbitnya berita panas itu, Leika meneleponku. Meminta maaf atas kecerobohannya. Apa yang bisa kukatakan? Marah? Itu toh tak menjernihkan suasana.
Rasa-rasanya aku mengalami apa yang disebut "sepandai-pandai tupai melompat akhirnya gawal juga". Aku tak pernah ketahuan oleh media dengan kencan-kencanku sebelumnya. Anehnya justru saat aku bersama Leika, sahabatku, malah muncul gosip sedemikian rupa.
***
Pagi yang melelahkan. Setelah semalam aku dicecar habis-habisan oleh Kak Pierre, Al, dan Jazz perkara kedatanganku ke apartemen Leika, pagi ini aku harus menghadapi kemarahan Mr. Lee. Pria yang biasanya kebapakan dan suka bercanda itu menatapku tajam. Ia diam cukup lama, lalu memandangku sekian saat sebelum akhirnya berkata,
"Aku sudah bilang kan? Hati-hati! Sekarang lihat ini!"
Praak! Berderet majalah dan tabloid berserakan dimejanya. Aku meliriknya, kulihat namaku dan Leika jadi topik di semua majalah dan tabloid tersebut. Aku menghela napas. Merasa bersalah sekaligus kesal. Karena itu aku diam saja. Tidak menyahut sama sekali walau Mr. Lee memarahiku habis-habisan.
Empat puluh lima menit lamanya Mr. Lee menumpahkan seluruh uneg-unegnya. Hingga telingaku panas seolah diberi bara. Setelah puas barulah aku dipersilakannya keluar. Sore itu juga SW Entertainment memberi klarifikasi pada media, antara Leika dan aku tak ada hubungan apa-apa. Kami hanya dua orang sahabat. Tidak lebih. Begitu juga manajemen yang menaungi Leika. Mereka menjelaskan bahwa kedatanganku ke apartemen Leika adalah untuk menjenguknya yang sedang sakit. Dua orang asisten Leika jadi saksinya.
And the case is closed.
Meski masih banyak kasak-kusuk di belakang sana ....
***
Pic : Photo by Porapak Apichodilok from Pexels
![](https://img.wattpad.com/cover/125938751-288-k211730.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEEN, ONE OF A KIND
RomanceBagi Evan Maximiliano Himawan, anggota boyband High End, cinta tak ubahnya kembang semusim. Ia akan menikmati keindahannya pada musim itu saja. Dan jika bosan ia bisa mengganti pada musim berikutnya. Hingga muncul Keyla Nadindra Pradipta dalam hidup...