Broken Part 3

20 3 3
                                        


    “Buseet! Kamu deket ama Keyla ya, Kak?” Al melemparkan majalah padaku.

    Aku menangkapnya dengan sigap. Kubalik majalah itu, dan kulihat gambarku ada disana. Kelihatannya diambil saat sedang jalan-jalan sendirian di salah satu mall. Berdampingan dengan fotoku ada  Keyla yang tengah berseragam balap. Di gambar itu Keyla tengah tersenyum dan melambai pada kamera. Di tangan kanannya ada piala. Sebagai ganjaran peringkat ketiga di Asian Formula Renault di China beberapa waktu lalu. Judulnya sama sekali tidak sesuai kenyataan “KEYLA DAN EVAN DIAM-DIAM PACARAN”.

    Di lembar lainnya kulihat ada gambar diriku dan Keyla sedang bersama. Aku berdiri tegak di sebelahnya, sedangkan Keyla bersandar pada  pagar sirkuit. Rambutnya yang panjang berkibar-kibar diterpa angin siang. Kelihatannya si fotografer mengambil diam-diam saat kami sedang berbincang. Dan sengaja dipilih angle yang  menunjukkan kami “sedang ada hubungan”. Cool, bukan?

    “Ck, ck...ati-ati! Infotainment dan paparazzi mengintaimu.”

    Aku tersenyum tipis. “Ya, bos kecil,” aku menanggalkan topi dan menunduk pada Al.

    “Sorry, aku gak niat mencampuri urusanmu, Kak. Kamu tahu sendiri kan gimana ketatnya peraturan manajemen? Kita nggak boleh punya pacar sampai umur 26 tahun.”

    “Aku tahu. Eh, tapi kalo nggak ketahuan boleh ‘kan?” Aku mengerling nakal.

    “Whaaat?”

    Al mendelik, lantas terbatuk-batuk gara-gara permen mint-nya tertelan. Ia menebah-nebah dadanya dan bergerak kebingungan menari air untuk menggelontor si permen ke dalam perutnya. Aku segera melempar air mineral dari dalam tasku. Cekatan ia menerimanya dan membuka tutupnya untuk digelonggongkan ke dalam mulutnya.

    “Kamu mau cari gara-gara apa, Kak?”

    Aku meraih bahunya, kurangkul kemudian kutepuk bahu kanannya. “Just kidding. Don’t take it serious, boy. Hahahaha!”

    “Biasa deh, mesti gitu.”

    “Aku tahu kok batasnya. Jangan khawatir,” sahutku menyembunyikan getir.     Ah, peraturan manajemen itu memang benar-benar menyebalkan. Tak boleh pacaran sampai umur 26. Sementara aku masih umur 24 tahunan. Kurang dua tahun lagi aku boleh pacaran. Sial!

    Aku jadi iri dengan Kak Pierre, leader grup kami. November nanti ia sudah 27 tahun, jadi ia sudah boleh pacaran. Sementara aku, Jazz, dan Al masih harus menunggu setahun tahun lagi. Jazz seumuran denganku, 24 tahun. Sedang AL paling kecil sendiri. Umurnya baru 22 tahun. Saat debut bersama kami tiga tahun lalu usianya kurang lebih 19 tahun.

    “Hei, buddy! Ayo latihan sekarang!” mendadak Kak Pierre muncul dan mengajak kami latihan.

    Aku dan Al bergegas mengikutinya ke mobil. Di dalamnya sudah menunggu Jazz dan Mr. Lee. Mobil langsung bergerak begitu kami menutup pintunya.

    “Aku lihat Kiss Kiss magazine hari ini. Ada foto kamu dan Keyla di China. Kalian sedang ada hubungan?” tanya Mr. Lee tenang. Matanya yang sipit menelisikku diam-diam.

    Aku nyengir saja. “Cuma teman, Mr. Lee.”

    “Baguslah. Soalnya terlalu sering masuk majalah dengan topik begini nggak bagus lho untuk reputasimu.” Ia memberi penekanan pada kata reputasi.  “Lagipula kita masih punya banyak kerjaan. Kita baru saja dikenal di negara Asia. Untuk menjadi nomer satu itu butuh kerja keras dan fokus. Pacar? Nanti dulu!”

    Di belakang Kak Pierre tertawa. Diikuti oleh keriuhan gelak Jazz dan Al si magnae. Aku sendiri garuk-garuk kepala. Mengiyakan saja apa kata manajer tercinta, meski dalam hati aku tidak menyetujuinya.

    Sementara mobil melaju menembus lalu lintas kota Jakarta, aku merebahkan kepala. Membiarkan AC mobil membuaiku hingga lena dan membawaku bertemu dengan Keyla di alam mimpi.

***

    Ugh! Sudah sebulan setengah aku tak bertatap muka dengan Keyla. Komunikasi hanya bisa dilakukan WA, Telegram, atau telepon saja. Selebihnya tidak. Dan kurasa itu tidak memuaskan. Namun apa daya? Aku sedang sibuk tour ke Asia Tenggara dengan grupku, High End. Mau kesal, mau rindu, ngebet kepengen ketemu harus di tahan dulu. Selesaikan dulu kewajiban baru setelah tour ini selesai aku bisa bertemu si jelita Keyla.

    Sebuah pesan masuk ke Telegram-ku. Bergegas aku mengambilnya, berharap itu dari Keyla. Mulutku langsung melekuk ke bawah melihat siapa pengirim pesannya. Ah, Sharla. Model keturunan Singapore-Portugis itu mengirimiku pesan disana, setelah pesan-pesan sebelumnya di Whatsapp tak kubaca. Kali ini ia mengajakku ketemuan di Malaysia. Minggu depan, tepat ketika High End perform disana, Sharla pun ada kerjaan juga. Jadi kenapa tidak sekalian jumpa?

    Aku membalasnya ogah-ogahan. Mengatakan terus terang kalau aku tak bisa menjamin pertemuan itu bisa terlaksana. Jadwal kami padat. Hari pertama tiba kami pasti istirahat, baru esok kami ada wawancara dengan TV3 dan radio yang entah aku lupa namanya, sorenya sampai malam GR. Sementara keesokan harinya langsung tampil di stadion Bukit Jalil.

    Sejurus kemudian muncul pesan lain di Telegram-ku, kali ini dari Tarisa. Ia putri pengusaha properti ternama, Risdo Alifan. Tak jauh beda dengan Keyla, Tarisa jugan mengajak jumpa. Bahkan akan menjemputku jika aku mengiyakannya. Aku menjawab sama seperti jawabanku kepada Sharla. Tidak bisa dengan alasan yang sama pula.

    Selepas itu aku duduk terdiam memandang lagit dari teras dorm. Sekelumit tanya merasuki hati, mengapa aku jadi begini? Dulu-dulu sebelum bertemu Keyla, ajakan semacam itu akan kuiyakan untuk sekedar menyenangkan mereka. Walau realisasinya belum tentu terlaksana.

    Sejak aku berjumpa Keyla, rasanya aku kerap menolak undangan seseorang. Tak hanya undangan, pesan yang masuk ke Telegram atau Whatsapp-ku pun sering tak kubalas. Aku hanya membacanya sekilas, dan mengirimkan pesan-pesan itu ke tong sampah. Kecuali milik Keyla. Dari hari pertama kami saling berkirim pesan, masih ada semua. Ya, ya, kuakui sejak ada Keyla keindahan bunga lain kalah oleh pesonanya.

 Ya, ya, kuakui sejak ada Keyla keindahan bunga lain kalah oleh pesonanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

image source : http://pixabay.com

KEEN, ONE OF A KINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang