Jika pada awalnya kita bertemu, tapi tidak bisa bersatu. Percayalah itu semua pasti ada alasannya. Walaupun alasan yang tidak kita pahami.
🌷🌷🌷
Kenaikan kelas pun sekarang ada di depan mata. Iva yang sekarang naik ke kelas XI bingung ingin masuk jurusan Ipa atau Ips. Pasalnya di Rapor, Iva masuk jurusan Ipa. Ya walaupun nilai-nilainya hasil nyontek. Tapi Iva tidak ingin, Iva ingin masuk jurusan Ips.
"Va, lo masuk jurusan apa?" Shasa duduk di sebelah Iva. Mereka duduk di meja bundar yang berada dibawah pohon depan kelas.
Sekolah mereka masih membudidayakan pepohonan yang berada di dalam lingkungan sekolah. Itu gunanya untuk mengademkan badan dan pikiran mereka ketika mereka merasa stres akibat terlalu banyak makan tugas.
"Di Rapor ditulis jurusan Ipa," jawab Iva dengan nada sedih.
Terkadang sebagian orang ingin sekali masuk kejurusan Ipa, katanya Ipa 'ini lah, itu lah' pokoknya keren. Tapi mereka tidak sadar diri, apakah otak mereka bisa menyerap hal yang berbau zat- zat akibat belajar kimia, makan rumus fisika, dll. Itu yang ada didalam pikiran Iva.
Iva ingin memilih apa yang ia inginkan bukan apa yang dipandang orang lain itu keren. Karena yang menjalani hidup itu dia bukan orang lain. Mengikuti perkataan orang lain itu tidak akan pernah ada habisnya.
"Lah, lo kok sedih sih? Kan bagus kalo masuk Ipa," sahut Dymon. Dymon duduk dihadapan Iva.
Mereka cuman beranggapan bahwa kalo jadi anak Ipa itu anak yang pintar, tidak semuanya kok begitu. Ada anak Ipa yang cuman ngaku-ngaku saja tapi kalau di tes malah bingung sendiri. Karna mereka lebih mementingkan gengsi dari pada minat.
Ipa dan Ips memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Apapun pilihan kita itu, itu jalan kita untuk meraih apa yang kita inginkan dimasa depan. Biarkan orang bicara apa saja, mereka cuman melihat sisi luarnya kita, mereka tidak merasakan apa yang kita lakukan untuk mencapai satu titik yang kita Harapkan.
Jadi ketika kita menginginkan suatu impian, pilihlah jalan untuk mencapai itu semua.
Anak Ipa pandai dalam menganalisa, bereksperimen, dan jago hitung-menghitung. Sedangkan anak Ips pandai dalam berdiskusi, jago debat, dan juga jago ngatur keuangan.
"Kamu tau sendiri kan otak aku kayak gimana. Lagian aku mau jadi pengusaha, berarti aku harus masuk jurusan Ips bukan Ipa," jawab Iva dengan sedikit kesal. Coba bayangkan mau jadi pengusaha tapi masuk Ipa. Bisa aja sih kalau masuk Ipa jadi pengusaha, tapi pengusaha jual anatomi tubuh manusia. HA HA HA gak lucu!
"Ohh! Kalo lo mau, tinggal urus aja ke Pak Ares, kan Pak Ares bagian kesiswaan tuh." Saran Dymon.
"Kamu tau sendiri gimana Pak Ares? Udah rambutnya sisa setengah, galak lagi!" kesal Iva.
"Coba aja dulu Va," saran Shasa "Siapa tau bisa,"
Iva berfikir sejenak. Dan Iva beranjak pergi ingin menemui Pak Ares.
"Aku pergi dulu, jangan kangen ya. Bye guys. Muachhh!" Iva memberikan kiss bye dari jauh.
Shasa maupun Dymon langsung bergidik ngeri melihatnya.
"Najis!" teriak Dymon.
💦💦💦
Di dalam kantor ada beberapa guru yang tengah sibuk dengan layar komputernya masing-masing. Iva celingak-celinguk mencari keberadaan Pak Ares. Dan akhirnya Iva menemukan Pak Ares yang berada diujung ruangan sambil menghadap layar komputer.
KAMU SEDANG MEMBACA
I HOPE [END]
Teen Fiction"Sebenarnya kamu tahukan kalau aku sedang berjuang melawan kenyataan? Tapi kamu seakan menutup mata dan perasaan. Agar kamu tidak ingin menyakitiku dengan sebuah harapan. Tenanglah Pangeran... Aku akan menerima apapun yang kamu inginkan. Walau...