TIGA PULUH

1.8K 73 3
                                    

Bukankah aku menjadi pemeran utama dalam cerita ini, lalu apakah aku pantas menjadi penjahat disini?

🌷🌷🌷

Tujuh hari sudah terlewati. Setelah bertempur dengan soal-soal. Kini saatnya mereka melaksanakan kegiatan Class meeting. Perlombaan yang akan di selenggarakan berupa : Bermain bola sembari mengenakan daster, basket, estafet, makan kerupuk, merias dengan mata tertutup, dan masih banyak lagi.

Lomba yang pertama akan di selenggarakan adalah bermain bola sembari mengenakan daster. Pemain terdiri dari empat laki-laki dan satu perempuan.

Perlombaan pertama yang akan bertanding ialah, kelas XI IPS 2 vs kelas XII IPA 3. Yaitu kelas Iva melawan kelas Ivo, kakaknya sendiri.

Iva terpaksa ikut dalam perlombaan ini karena teman-temannya yang lain sudah memilih lomba yang di kehendaki-nya masing-masing.

Iva sudah mengenakan daster bermotif bunga-bunga yang kebesaran di tubuh mungilnya, itu pasti milik Maminya. Iva mengikat sepatu olahraganya yang berwarna pink tersebut, tidak lupa ia mengikat rambutnya menjadi satu ke belakang.

Setelah selesai ia berdiri menghampiri teman satu timnya yang terdiri dari, Adriel, Refan, Dias, dan Akbar.

Sedangkan tim Ivo terdiri dari, Zaky, Alvi, Ridho, dan Sinta.

Mereka semua berada di tengah lapangan. Wasit meniup peluitnya sebagai pertanda perlombaan di mulai.

Permainan di mulai, Ridho menggiring bola dan mengoper ke arah Alvi. Sekarang bola berada di bawah kuasa Alvi. Saat Alvi menggiring bola tersebut, tidak sengaja ia menabrak seseorang. Dan seseorang itu langsung terjatuh ke bawah.

"Bangsat! Berani lo kasar sama adik gue!" Ivo ingin menghajar Alvi, ia bersiap melayangkan pukulannya ke wajah manis Alvi. Untung teman-teman yang lainnya dengan sigap menahan tubuh Ivo.

"Gue gak sengaja, Vo." Ucap Alvi.

Lerai wasit, "udah-udah."

"Dek, kamu gak papa? Mana yang sakit? Ayo kita ke UKS."

"Aku gak papa, kak."

Perlombaan di mulai kembali. Skor sudah menunjukkan 2-1
Kelas Ivo unggul di atas kelas Iva.

Iva mencoba menghalangi Ivo yang hendak membawa bola menuju gawang.

"Nih, tangkap." Ivo memainkan bolanya dari kaki kiri ke kaki kanan. Iva mendengus kesal melihatnya.

"Kasihin ke aku dong kak," pinta Iva dengan muka memelas.

"Gak mau, kalau bisa tangkap aja." Seringai kecil terbit diwajah tampan Ivo.

Iva langsung menangkap Ivo, dan memeluknya dengan erat.

Sekarang bola di ambil alih oleh  Adriel.

"Kamu ngapain meluk kakak segala?"

"Kan kata kakak tangkap aja, ini udah aku tangkap."

Ivo mengapit kepala Iva di bagian ketiaknya, ia mengacak rambut Iva dengan gemes.

"Kamu memang terrrrrrrrr comellllll, dek!"

"Aaaaaa!!! Ketiak kakak bau komodo!"

"Kayak pernah aja nyium komodo,"

"Lepasin kak! Sumpah bau banget!!"

Ivo melepaskan kepala Iva dari ketiaknya, kepala Iva terasa sedikit pening. Keringat Ivo memang memabukkan dirinya. Iva berjalan dengan sempoyongan, ia menggelengkan kepalanya untuk tetap fokus dalam perlombaan ini. Ivo terkekeh melihat Iva yang menderita karena ulahnya.

I HOPE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang