Kita berada disatu atap yang sama,
tapi tetap saja hanya kebisuan yang menyelimuti kita.🌷🌷🌷
Satu minggu kemudian...
Jarum jam baru menunjukkan pukul 06.05 menit, tetapi Iva sudah berada di dalam kelas. Ia tidak berangkat seperti biasanya, hari ini adalah hari terpagi dia datang. Seharusnya ia mendapatkan penghargaan.
Ini semua karena Ivo yang memintanya, mau tidak mau Iva harus mengikutinya.
Biasanya Iva akan menjadi murid Teladan.
Telat datang pulang duluan!Tetapi sekarang? Dia menjadi murid teladan sesungguhnya.
Iva duduk dikursinya, tidak ada orang selain dirinya di dalam kelas. Membosankan berada sendirian di dalam kelas. Iva menghembuskan napas dengan gusar. Lalu Iva mengambil ponselnya disaku seragamnya. Satu persatu akun sosmed miliknya dia buka. Mulai dari Bbm, WhatsApp, Fb, dan Instagram. Tapi tidak ada pertanda adanya pesan masuk ataupun notifikasi. Maklum jomblo.
Iva mengalihkan pandangannya ke pintu kelas, ada seorang laki-laki yang memasuki kelas. Laki-laki itu menaruh tasnya terlebih dahulu. Setelah itu dia menghampiri Iva yang duduk sendirian.
"Hai," sapa laki-laki itu sambil tersenyum.
Iva membalasnya dengan tersenyum, "hai juga."
"Kamu murid baru?" Iva baru melihat laki-laki itu berada dikelasnya.
Laki-laki itu terkekeh melihat raut wajah Iva yang kelihatan bingung.
"Enggak, gue asli anak sekolah sini kok. Tapi gue baru balik, dari luar negeri."
Iva hanya mengangguk paham.
"Nama lo siapa?" Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Iva.
Iva mengulurkan tanggannya juga. "Ivania Vandela, Panggil aja Iva. Kamu?"
"Gue Adriel Gracio. Terserah lo aja mau manggil apa,"
Mereka menyudahi aksi kenal-kenalannya.
Dias memasuki kelas, pandangannya terarah ke Iva bersama seorang laki-laki. Dias terkejut karena kedatangan temannya yang baru saja pulang dari liburannya.
Dias menghampiri mereka.
"Hallo, bro!" sapa Adriel terlebih dahulu sambil bersalaman ala-ala cowok.
"Lo kok, gak bilang-bilang kalau mau balik?" tanya Dias.
"Biar surprise," Adriel nyengir tidak jelas.
"Gimana liburan lo? Seru?" Dias menepuk-nepuk lengan Adriel.
"Ya seru lah! Gue banyak kenalan sama Bule-bule unyu," Adriel terkekeh.
Dias mengggelengkan kepalanya. Mereka berdua asik berbicara. Sampai-sampai Adriel dan Dias melupakan seseorang yang dari tadi memperhatikan mereka. Iva melongo sambil menatap mereka. Pertanda tidak mengerti pembicaraan mereka berdua.
💦💦💦
Bel istirahat berkumandang eh berbunyi.
Seluruh siswa berhamburan. Ada yang ke kantin, ke perpustakaan, ke toilet, dll.
Iva dan Shasa keluar kelas, mereka menunggu Dymon di depan kelas XI IPS 1. Tapi yang ditunggu malah tidak menunjukkan batang hidungnya. Shasa mengintip dari balik jendela.
"Kita duluan aja yuk Va. Soalnya Dymon lagi bersama Adera", ucap Shasa.
Iva mengangguk pertanda setuju. Biasalah kalau orang sudah taken maunya dua-duaan mulu. Beda dengan jomblo yang lebih suka keramaian, Kalau sendirian terasa horor saat sadar akan statusnya itu apa.
Mereka berdua pergi ke kantin. Setelah sampai dikantin. "Va, gue pengen makan roti aja, kita duduk di meja bundar aja ya."
"Ya udah, ayo!" Iva mengikuti langkah Shasa untuk mengambil beberapa roti dan minuman. Tidak butuh waktu lama mereka berdua keluar dari kantin. Ditangan kiri Shasa menenteng kantong kresek yang berisi roti dan di tangan kanannya terdapat air mineral. Sedangkan Iva hanya membeli susu kotak rasa coklat.
Mereka berdua duduk di meja bundar dibawah pohon. Iva duduk menghadap ke lapangan sedangkan Shasa duduk menghadap ke kelas X, Shasa memakan rotinya sambil sesekali meneguk air mineral.
Iva mengalihkan pandangannya ke arah seseorang laki-laki yang saat ini begitu dikaguminya. Laki-laki yang membuat jantung Iva berdetak lebih kencang saat berhadapan dengannya. Laki-laki yang berada di dalam pikiran dan hati Iva di setiap saat, tanpa peduli waktu yang tepat. Dan laki-laki yang terkadang bisa membuat Iva meneteskan air mata karena perasaannya sendiri. Iva memandangi Dias, ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan, perasaan yang hanya Iva yang tahu dan merasakannya.
Dias duduk bersama teman-temannya di kursi panjang yang berada di depan kelas X-1, kursi itu bisa menampung enam orang sekaligus.
Sesekali temannya yang bernama Refan itu menggoda adik kelas yang lewat dengan suara siulannya, "cuit-cuit, cewe."
Dias hanya tertawa melihat kelakuan Refan. Dias bukan tipe laki-laki yang bisa merayu perempuan dengan mudahnya. Tapi terkadang malah perempuan yang suka merayu Dias.
Entah datang dari mana, tiba-tiba Adriel duduk disebelah Iva, Iva refleks menoleh kesampingnya. Adriel tersenyum kepadanya, Iva membalasnya dengan senyumam kikuk.
Iva kembali menatap kedepan yang menampilkan Dias dan teman-temannya. Manik mata Iva dengan manik mata Dias bertemu. Walau hanya beberapa detik. Iva langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain arah, tapi seketika pipinya tiba-tiba jadi merona.
"Kok pipi lo merah kayak cabe sih?" Adriel sadar akan raut wajah Iva yang berubah itu.
"A...apaan sih?!" Kedua telapak tangan Iva menangkup pipinya. Menyembunyikan kalau ada sesuatu yang ia rasakan.
Adriel Gracio
Jangan lupa vote dan comment :)
KAMU SEDANG MEMBACA
I HOPE [END]
Teen Fiction"Sebenarnya kamu tahukan kalau aku sedang berjuang melawan kenyataan? Tapi kamu seakan menutup mata dan perasaan. Agar kamu tidak ingin menyakitiku dengan sebuah harapan. Tenanglah Pangeran... Aku akan menerima apapun yang kamu inginkan. Walau...