DUA PULUH DELAPAN

1.8K 75 2
                                    

Kebahagiaanku adalah saat dimana kau dan aku saling melempar senyum termanis yang pernah ada.

🌷🌷🌷

Setelah selesai sarapan, Iva dan Shasa masuk ke dalam mobil. Mereka memutuskan untuk berangkat bareng bersama Ivo, alias nebeng.

Iva dan Shasa duduk di jok belakang, sedangkan Ivo bertugas menyetir. Sekarang  Ivo memiliki pekerjaan baru  yaitu menjadi sopir. Sopir bagi kedua tuan putri tersebut.

Saat Ivo menginjak remnya secara mendadak, Iva dan Shasa yang lagi bergosip ria langsung terjengkang ke depan.

Syukurin! Batin Ivo.

"Kakak kalau nyetir yang benar dong!" kesal Iva.

Ivo melihat Iva dan Shasa lewat kaca spion dalam mobil, "maaf ndoro Putri, tadi ada kucing lewat."

"Yaudah buruan jalan lagi."

"Geh ndoro Putri yang cantik jelita mirip drakula." saat mengucapkan mirip drakula Ivo bicara pada dirinya sendiri yang pastinya tidak di dengar oleh Iva. Kalau saja Iva mendengar yang ada ia bakalan ngamuk di sini, mungkin ban mobil Ivo akan di jadikan cemilannya nanti  saat nonton drakor. GAK SELEBAY ITU JUGA KALI!

Setelah sampai di depan gerbang sekolah. Iva dan Shasa keluar dari mobil, tapi seblum keluar Shasa berucap, "terima Kasih abang---"

"Abang sopir!" sambung Iva dengan tidak tahu dirinya.

Mereka berdua turun dari mobil Ivo.

Shasa dan Iva berjalan sambil bergandengan memasuki area sekolah.

"Sha, kita lomba lari yuk, siapa yang sampai ke kelas duluan itu pemenangnya dan yang kalah harus traktir yang menang." usul Iva.

"Ogah! lo gila lomba lari dari lantai satu ke lantai dua! saraf lo ya," Shasa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ayolah Sha, sesekali. Biar kamu diet juga,"

"Iya gue diet, tapi lo? Badan yang udah kerempeng juga. Nanti kalau ada angin lo terbang entah kemana lagi."

Iva mengerucutkan bibirnya, kesal? Tentu saja. Siapa yang tidak kesal di bilang kerempeng, padahal kenyataannya memang begitu.

Iva melipat tangannya di dada, "yaudah deh! Aku duluan aja, awas ya kamu ngikutin aku."

Iva pura-pura merajuk, ia membalikkan badannya dan menghentakkan kakinya bak anak kecil.

Ia menaiki anak tangga dengan cepat. Shasa yang melihat itu hanya bisa mengelus dada, untung Tuhan sangat baik padanya, memberikan kesabaran di atas rata-rata.

"Lah tuh anak, ngelarang gue ikutin dirinya. Kan gue dengan dia satu kelas? Duh gue jadi bingung sendiri," Shasa mengaguk-garukan pipinya yang tidak gatal.

"Tau ah, bodoh amat. Mending gue ke kantin dulu, beli pemen kaki."

💦💦💦
S

aat Iva memasuki kelas, ternyata kelas masih sepi padahal jarum jam sudah menunjukkan 06.40 menit. 

Percayalah saat waktu sisa sepuluh menit lagi, mereka akan berdatangan dan kelas itu akan menjadi ramai dalam sekejab. Karena menurut mereka ngapain datang pagi-pagi kalau ujungnya cuman tiduran aja di dalam kelas.

Iva menuju tempat duduknya, saat ia meletakkan tas punggungnnya di sandaran kursi. Ia baru menyadari bahwa kelas ini ada satu makhluknya.

Dia si ketua kelas. Sedang membaca komik di tempat duduknya.

I HOPE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang