30☠️ Baikan

9.5K 496 17
                                    

Heiiiiioooooo jangan lupa baca cerita gue yang di atas juga yaa💜 Mampir dong baca sinopsisnyaa siapa tau nyantol eakkkk:v udah cuma mau promo doang ekekek maap yooooo:v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heiiiiioooooo jangan lupa baca cerita gue yang di atas juga yaa💜 Mampir dong baca sinopsisnyaa siapa tau nyantol eakkkk:v udah cuma mau promo doang ekekek maap yooooo:v

Maaf kalo ada typo.

❌ ☠️ ❌

"Ngapain sih? Ngajak gue ke sini segala. Gak tau apa nih badan cape banget pengen rebahan." Omel Gilang.

Gina menatap Gilang sebal. "Sabar napa jadi orang. Nanti juga lo tau kenapa gue ngajak lo ke sini."

Gilang mendengus. Malas berdebat ia memilih diam.

"Ada apaan sih tumben banget ngajak ke sini?" Tanya Danish. Karena memang sadari tadi Balqis mengajaknya ke cafe tanpa alasan.

"Nanti juga Abang tau." Balqis menarik lengan Danish. "Cepet Abang jalannya."

"Iya-iya sabar astagaa.." Danish terus mengikuti langkah Adiknya dengan tangan kanannya yang ditarik seperti anak kecil.

Saat sampai di dalam cafe Balqis celingak-celinguk mencari seseorang. "Nah itu dia, di sana." Balqis sumringah saat orang yang ia cari ketemu.

Balqis menarik lengan Danish kembali menuju meja yang terletak di ujung. "Sorry gue telat."

Gina dan Gilang menoleh. Gina tersenyum kecil menatap Balqis dan Danish. Gilang mengernyit menatap Balqis dan Danish.

"Iya gapapa. Baru dateng kok gue juga." Gina tersenyum kecil.

Balqis mengangguk lalu duduk di hadapan Gilang. Dan Danish yang duduk di hadapan Gina.

"Apaan sih. Maksudnya apaan ngumpul-ngumpul kek gini?" Tanya Gilang sewot.

Danish menatap Gilang tak suka. Gina menatap Gilang sebal. Dan Balqis menatap Gilang penuh rindu.

"Ada yang mau gue omongin. Sekaligus klarifikasi masalah kalian berdua biar cepet selesai." Balqis menatap Danish dan Gilang serius secara bergantian.

"Lo tau? Kenapa Bang Danish benci banget sama lo?" Balqis menatap Gilang tajam.

"Gak." Gilang menjawab santai. Mulutnya menyedot jus secara pelan-pelan.

"Karena menurut Bang Danish. Lo udah nikung Kak Fino dan ngebuat dia mati." Desis Balqis.

Gilang terdiam sejenak. "Fino?"

"Abang gue sama Balqis." Ceplos Danish datar.

"Fino alumni tahun kemaren kan? Almarhum?"

"Iya."

"Dia Abang lo? Kok lo gak bilang Dan?" Gilang menatap Danish tidak percaya.

"Karena gue sama Fino udah janji gak ngumbar status kita sebagai Adek Kakak di sekolahan." Jelas Danish.

GILANG [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang