April 2019
Plakkk!!! Prraaang!!
''Aaargh!!''
"Ayah hentikan!!!"
Buaghhh!
"[N-Name]!!"
Suara gaduh terdengar berisik di rumah kediaman [Last Name]. Teriakan, jeritan, barang-barang berjatuhan, kaca dan keramik pecah. Semua sahut-sahutan membuat tetangga-tetangga sebelah terganggu sekaligus penasaran.
Sudah hampir setengah jam keluarga [Last Name] ribut hari ini. Banyak warga sekitar yang sudah menghubungi pihak berwenang setempat untuk mengecek. Tak sedikit pula yang sudah bersiap di sekitar rumah keluarga [Last Name] untuk mengantisipasi hal-hal di luar batas wajar.
Ketika suara-suara gaduh tadi reda, barulah salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah keluarga [Last Name].
Yang ternyata tidak terkunci.
Masuklah seorang tadi, yang diduga sebagai ketua rukun warga setempat, ke dalam rumah sederhana keluarga [Last Name].
Sesuai dugaan, kondisinya benar-benar parah. Pecahan kaca dimana-mana, barang-barang terhempas tak beraturan. Beberapa warga dengan sigap langsung membantu membersihkan bagian depan rumah, sedangkan sebagian masuk lebih dalam mencari tanda-tanda adanya kehidupan.
Sampai di dapur, mereka dikejutkan dengan [Name] yang terkapar dengan darah mengalir dari pelipisnya. Serta ibunya yang pingsan dengan wajah bengkak dan tangan menangkup kedua pipi wajah sang putri.
"Astaga! Cepat panggil ambulan sekarang!", perintah Pak RW yang segera dilaksanakan oleh salah satu warga yang mengikutinya.
"Yang lain ayo bantu nyonya dan nona [Last Name]."
Dengan itu, kedua tubuh wanita tersebut diangkat dan dibawa menuju tempat tidur guna mendapatkan pertolongan pertama sebelum ambulan datang.
"Kemana tuan [Last Name]?", tanya Pak RW heran sambil melihat satu persatu warganya.
"Sepertinya beliau kabur. Pasalnya pintu belakang saya lihat tadi terbuka", jawab seorang ibu-ibu yang datang dari dapur membawa baskom dan kain kompres.
"Heran ya, tuan [Last Name] sekarang kok jadi gitu ya? Suka jahat sama keluarganya sendiri."
"Iya tu betul, semenjak ada kabar kalo bisnisnya kacau, tuan [Last Name] jadi suka nyiksa keluarganya sendiri."
"Hush kalian ini, gak baik dan gak boleh gosipin orang di depan keluarganya", tegur Pak RW kepada dua ibu-ibu yang merumpi ketika merawat tubuh [Name] dan ibunya. Yang langsung membuat kedua ibu-ibu tadi berhenti menggosip seketika.
Tak lama kemudian, tepat setelah kedua ibu-ibu tadi diam, [Name] mulai membuka kedua matanya. Mengerjapkan netra (eye color)nya beberapa kali lalu melihat sekeliling. Mendapati wajah-wajah tetangganya sedang menatapnya khawatir.
"Bapak-bapak, ibu-ibu, kenapa bisa ada di sini?", tanya [Name] lirih sembari memegangi kepalanya yang sakit.
"Kami datang setelah ribut-ributnya selesai, Nak [Last Name]", ucap salah satu bapak-bapak yang disambung oleh bapak-bapak lain, "dan kami di sini merawat kalian dan membersihkan rumah kalian."
[Name] mencoba bangkit sembari memegangi kepalanya yang masih sakit.
"Eh eh eh, Nak [Last Name] mau kemana!? Tiduran aja dulu gak usah gerak-gerak", seru ibu-ibu yang merawat [Name] memegangi kedua pundak [Name] dan menahannya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilogi Sabuk Orion #2 - Alnilam
FanfictionAgent AU! Aku menunduk, menangkupkan kedua tanganku, dan memejamkan mata Setiap malam, Aku menengadah, mengarahkan wajahku ke cakrawala, menatap ribuan planet yang beredar Setiap malam, Aku berdoa, aku bersimpuh, aku pasrah... Aku memohon, Wahai Bin...