Gevurah (Part 1)

385 53 1
                                    

Februari 2019


Pagi ini, [Name] duduk termenung di kursi taman sendirian. Menengadahkan kepala dan  menutup mata, menahan tangis yang siap tumpah kapan saja.

Pakaian yang [Name] kenakan berupa sweater lengan panjang, celana training, dan sepasang sandal jepit. Rambut panjangnya berkibar diterpa angin, menampakkan beberapa bercak keunguan yang terpatri di tengkuk dan pipi bawah [Name].

Jika kalian berpikir itu adalah bercak bekas berhubungan cinta, kalian salah besar. [Name] sama sekali belum pernah dalam 25 tahun hidupnya berpacaran. Walaupun pergaulan di Jepang dikategorikan bebas, [Name] masih bisa mempertahankan kehormatannya sampai sekarang.

Bercak keunguan tadi adalah salah satu dari sekian banyak luka yang ada di tubuh [Name]. Jika kalian menarik sedikit lengan sweater yang sedang dikenakan [Name], maupun menarik sedikit celana training yang dikenakannya, kalian bisa melihat luka lain yang diberikan oleh ayah [Name].

Hari ini, kemarin, dan beberapa hari ke depan, ayah [Name] ke luar kota untuk bekerja. Jadi, ia bisa sedikit bernafas lega dan menyembuhkan diri sendiri beserta ibunya.

Oh iya, ngomong-ngomong ibunya, kondisi ibu [Name] jauh lebih parah dari yang ia alami. Ibunya tidak bisa bergerak karena tubuhnya kaku dan mati rasa. Bahkan hampir lumpuh di bagian kaki.

[Name] sengaja keluar pagi supaya tidak mengantri di apotik saat membeli obat, namun apotiknya masih tutup. Dirinya memutuskan untuk duduk di taman di dekat apotik sambil menunggu apotik tersebut buka.

Kondisi di taman saat ini masih sepi. Ada beberapa orang yang berlalu lalang, tapi dalam selang waktu yang relatif lama. Lampu-lampu taman masih ada beberapa yang menyala. Hal ini wajar karena cahaya matahari belum sepenuhnya memenuhi langit pagi bulan Februari.

Merapikan kembali rambutnya untuk menutupi luka di tengkuk dan pipi bawahnya, [Name] tak sadar bahwa ada seorang pria yang sedang jogging mendekatinya.

"[Name]-chan?"

[Name] mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Manik [eye color]nya membulat melihat sosok pria yang mengajaknya bicara.

"Sugawara-sensei!", pekik [Name] tak sadar bahwa lagi-lagi menggunakan formalitas pada Sugawara meskipun sedang di luar lingkungan universitas.

"A-ah! Ma-maksudku, Suga-san", koreksi [Name] malu-malu menyadari kesalahannya.

Sugawara hanya terkekeh kecil melihat mahasiswinya yang salah tingkah. Menurutnya, mahasiswinya ini sangat menggemaskan dengan pipi merah merona dan tersenyum kikuk saat merasa malu.

"Kau sedang apa di sini dan sepagi ini?", tanya Sugawara mematikan musik yang tengah ia dengarkan melalui headset.

"Sedang menunggu apotik buka", jawab [Name] memandangi Sugawara dari atas sampai ke bawah. Mengenakan baju training ketat bewarna abu-abu gelap, dilapisi jaket hoodie hitam yang tak diresletingkan dan lengan ditarik sampai siku, serta celana training hitam diakhiri sepatu olahraga bewarna putih dengan corak donker.

 Mengenakan baju training ketat bewarna abu-abu gelap, dilapisi jaket hoodie hitam yang tak diresletingkan dan lengan ditarik sampai siku, serta celana training hitam diakhiri sepatu olahraga bewarna putih dengan corak donker

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Trilogi Sabuk Orion #2 - AlnilamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang