Binah (Juni Bagian 2)

303 45 8
                                    

(Name) menutup mulutnya dengan kedua tangan tak percaya. Manik (eye color)nya melebar dan tubuhnya mematung kaku. Rasa senang, terharu, sampai keheranan berkecamuk di benak (Name).

Entah harus bahagia atau kebingungan, (Name) sampai tak tahu harus bereaksi seperti apa. Sugawara melambaikan tangannya yang tidak memegang kertas ujian di depan wajah (Name).

(Name) berkedip sadar lalu menatap Sugawara,

"Seratus? Kok bisa?", tanya (Name) masih tak percaya dengan nominal nilai yang tertera di kertas ujiannya.

"Iya, seratus. Aku tahu letak kesalahanmu--", satu jari Sugawara bergerak menunjuk ke sebuah jawaban di kertas ujian tersebut.

"--di sini harusnya ada koma, kan? Berhubung Pak (Nama Dosen) waktu itu lagi sibuk, jadinya beliau minta bantuanku buat mengoreksi kertas ujianmu. Karena kesalahanmu cuma kurang tanda koma, aku tambahin sendiri deh tanda komanya."

(Name) langsung menghambur ke pelukan Sugawara dan memeluknya erat. Untung Sugawara sigap menahan tubuh mereka. Kalau tidak, (Name) bisa saja mendorong Sugawara hingga posisi berbaring karena mereka duduk di kursi sofa yang ada di bagian pojok kafe.

"Masalah akademik kamu gak usah khawatir. Ada apa-apa, aku siap bantu", bisik Sugawara lembut di telinga (Name). Yang dibalas dengan anggukan singkat dari (Name).

"Terima kasih, Koushi", bisik (Name) balik di telinga Sugawara.

(Name) melepas pelukannya dan menyeka air matanya. Setelahnya, ia tersenyum lebar sembari mengambil kertas ujian dari tangan Sugawara.

"Kau bisa mengandalku, (Name)", ucap Sugawara tersenyum seraya menunjuk dirinya sendiri dengan ibu jarinya.

Tangan Sugawara beralih mengelus pelan pucuk kepala (Name) sembari yang bersangkutan melipat kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Sugawara beralih mengelus pelan pucuk kepala (Name) sembari yang bersangkutan melipat kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam tas.

"Koushi, bisa tutup matamu sebentar?", pinta (Name) dengan tangan masih berada di dalam tas. Sugawara memiringkan sedikit kepalanya bingung. Namun tetap mengikuti apa yang dikatakan (Name).

Saat manik coklat Sugawara tertutup, (Name) mengeluarkan sebuah kotak. Kotak tersebut dilapisi dengan kertas kado motif rumput yang sederhana.

Satu tangan memegang kotak tersebut, dan satu lagi memegang tangan Sugawara yang lebih besar dan kasar. Memposisikan sehingga telapak tangan Sugawara yang digenggam (Name) menghadap ke atas. (Name) meletakkan kotak tadi di atas telapak tangan Sugawara.

"(Name), ini apa?", tanya Sugawara ketika merasakan adanya objek yang berada di telapak tangannya.

"Buka matamu sekarang", balas (Name) halus. Sugawara membuka matanya dan mendapati sebuah kotak dibungkus rapi dengan kertas kado.

"Sekarang, buka kotaknya."

Sugawara melepas dengan perlahan pita kado yang mengikat kotak tersebut. Lalu dengan perlahan merobek kertas kado yang membungkus kotak tersebut. Hingga kini tersisa sebuah kotak kubus kecil bermotif sakura.

Sugawara membuka tutup kotak tersebut dan mendapati sebuah gantungan kunci berbentuk rumput dengan beberapa bunga yang tumbuh di sela antar pucuknya.

"Selamat ulang tahun, Koushi. Maaf aku cuma bisa ngasih itu. Habisnya aku bingung", ucap (Name) dengan wajah merah dan tersenyum malu.

Sugawara menatap dalam gantungan kunci tersebut. (Name) mulai merasa khawatir, takut Sugawara tidak menyukai hadiahnya.

"Koushi kenapa? Kalau tidak suka, nanti aku beli-"

Belum sempat (Name) menyelesaikan ucapannnya, kini giliran Sugawara yang memeluk (Name) erat. Kalau tadi Sugawara bisa menahan tubuh (Name), tidak halnya dengan wanita berambut (hair color) ini. Tubuhnya terhempas terbaring di sofa dengan Sugawara menindih (Name) masih memeluk erat.

(Name) kembali mematung, menjadi lola memahami situasi mereka sampai akhirnya suara pelayan membuat kedua manusia tersebut sadar akan posisi mereka berdua.

"Mas, mbak, ini pesanannya. Kalau mau tidur sambil pelukan, mending pulang biar pesanannya saya bungkus sekarang."

Sugawara dan (Name) terduduk tegak dengan wajah merah padam dua-duanya.

"Oh gak usah dibungkus mbak. Makan sini aja", jawab Sugawara berusaha menenangkan dirinya.

"Ya sudah, ini bill-nya ya mas", pelayan tersebut memberikan secarik kertas bill ke Sugawara.

Sugawara mengeluarkan sejumlah uang dan menyerahkannya ke pelayan tadi, "pembayarannya lunas ya mas, selamat menikmati."

Pelayan tadi membungkuk singkat kemudian berlalu. Meninggalkan (Name) dan Sugawara yang masih canggung.

"Aku suka kok hadiahnya, makasih ya", ucap Sugawara sambil tersenyum lembut ke arah (Name).

(Name) balas tersenyum tak kalah lembutnya, "syukurlah kalau Koushi suka. Lain kali kalo mau minta peluk jangan di tempat umum."

(Name) menunduk malu atas ucapannya sendiri barusan. Sugawara sempat tertegun karena mendengar seorang (Name) mengucapkan hal itu. Kedua tangan Sugawara menangkup wajah (Name) dan mengangkatnya. Mengarahkan wajahnya kearahnya dan mendekatkan kedua wajahnya mereka perlahan.

"Kalau nanti malam, bolehkan?", tanya Sugawara dengan nada rendah dan netra coklat yang mulai berkabut.

Wajah keduanya makin dekat. (Name) bisa merasakan hembusan nafas Sugawara yang menerpa wajahnya. Bahkan kehangatan tubuh Sugawara bisa (Name) rasakan. Menelan ludah, mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan Sugawara. Namun harus terpotong dengan ucapan pelayan yang tadi membawa pesanan mereka.

"Mas, mbak, harus berapa kali saya bilangin. Kalau mau ena ena mending sekarang pulang aja. Pesanannya biar saya bungkus."

Keduanya kembali tersadar dan duduk tegak dengan wajah merah persis seperti sebelumnya. Sugawara melirik sekilas wanita yang ada disampingnya, didapati (Name) masih menunduk dengan wajah memerah disertai ekspresi wajah terkejut yang sangat lucu.

---------------------------------

Alnilam

TBC

Trilogi Sabuk Orion #2 - AlnilamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang