"Gimana menurut lo teman gue tadi?"
Aku menatap Terry yang sedang fokus menyetir dengan wajah bingung.
"Apanya yang gimana?"
"Kesan lo sama dia."
"Well," aku berdeham pelan, "dia terlihat menyeramkan."
Terry mengangkat alisnya, sedikit terkejut mendengar pendapatku.
"Oh ya?"
Aku mengangkat bahu.
"Mungkin karena tubuhnya tinggi besar kali ya. Tapi kesan pertama biasanya salah kan ya? Gue nggak yakin dia semenyeramkan kelihatannya."
"Lo takut sama dia?"
"Nggak." Sedikit. Tapi mengakui ketakutanku di depan Terry? Nggak bakalan.
"Kok bisa?"
"Karena dia teman lo. Dia nggak mungkin semenyeramkan itu."
"Hmm.. Begitu..."
Aku merasakan kejanggalan saat Terry tampak berpikir keras. Dia seperti memikirkan cara memberitahuku sesuatu tapi sedang menyusun kata-katanya supaya aku tidak tahu terlalu banyak. Kalau beneran begitu, kampret banget kembaranku ini.
"Gue mau minta tolong sama lo."
"Minta tolong apa?"
"Jadi begini. Lo tau kan gue temenan sama dia selama gue kuliah di SG?"
"Ya."
Terry bukan aku yang serampangan dan cuek ini. Terry adalah pria gentleman yang ramah dan mudah memikat siapapun. Tapi Terry cenderung pemilih untuk orang yang benar-benar dekat dengannya. Salah satunya, Leon ini. Satu-satunya nama yang pernah gue denger dia sebut selama kuliah di SG hanya Leon. Artinya, Leon penting dan sisanya tidak.
Dan aku nggak pernah habis pikir mereka bisa melamar kerja di perusahaan yang sama dan sekarang jadi CFO dan wakil CFO. Aku yakin kalau mereka homo, mereka pasti sudah jadian sejak kapan taun.
Dari mana aku tahu? Terry sering menyebut tentang Leon, tapi baru hari ini aku bertemu dengan orangnya.
"Dia orangnya kaku. Banget. Nggak bisa berteman. Sebenarnya he's a nice person. Tapi ya itu, penampilannya membuat orang tidak bisa melihat hal itu. Semua orang melihatnya seperti kesan pertama lo tadi : menyeramkan."
"Oke..." Aku masih belum menangkap maksud Terry.
"Dia bahkan nggak pernah berhubungan dengan wanita. Semua cewek takut sama dia."
Gimana dia kerja kalau kayak gitu ya? Aku jadi penasaran. Masa di kantornya nggak ada cewek?
"Terus?"
"Lo tolong temenan sama dia ya."
Hah?
"Heh?"
"Jadi temennya, deketin dia, bikin dia terbiasa sama perempuan."
"Why should I?"
"Lo bisa bayangin nggak, dia udah pernah coba dijodohin oleh orangtuanya?"
Aku meringis geli.
"I guess it didn't end up well.."
"Yup. Perempuannya ngeri sama dia, tapi keluarganya memaksa. Pada akhirnya pertunangannya dibatalkan, padahal belum ada dua bulan berjalan."
"Ckckck.."
"Lo pasti berpikir kalau pihak perempuan yang membatalkan pertunangan."
"Emangnya bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nina and the Lion [TERBIT]
Literatura FemininaCerita sudah dihapus sebagian untuk kepentingan penerbitan meet Karenina, gadis 23 tahun dengan penampilan seperti anak remaja dan nggak bisa pasang sekat antara otak sama mulut. meet Leonardo, pemuda 23 tahun dengan penampilan seperti penculik ana...