Jimin terbangun saat seseorang membuka tirai jendela kamarnya. Mata indah itu menyipit, mencoba meminimalisir silau cahaya matahari yang membutakan.
Seorang wanita cantik berdiri di dekat jendela. Menyunggingkan senyum wibawa yang membuat lengkungan di kedua mata indahnya persis seperti Jimin saat tertawa. Itu ibu Jimin."Kapan Taehyung pulang?" Jimin ingat tadi malam Taehyung masih bersamanya. Meski sebentar, moment singkat itu benar-benar membuatnya bahagia.
"Dia pulang saat kau tertidur. Sekarang cepat bangun dan mandi, Jim. Kau harus sekolah."
Itulah ibu Jimin. Tegas, cantik, dan menawan persis seperti keturunannya. Jimin diperlakukan layaknya generasi penerus yang harus berjalan sesuai jalur. Masa depannya di atur. Dan dengan cara itulah ia bertemu dengan Kim Taehyung.
Berawal dari perjodohan sepihak yang ditentang habis-habisan. Jimin tidak ingin terikat dengan orang yang bahkan tak pernah ia temui. Tapi malam itu saat pertemuan keluarga, Kim Taehyung menyapa dengan ramah. Berbicara seolah mereka adalah teman lama. Taehyung bukan orang sembarangan yang bisa didekati dengan mudah. Jimin tahu betul saat itu Taehyung juga tak setuju dengan perjodohan. Tapi ia dapat menutupinya dengan baik, mau memberi kesempatan untuk mencintai Jimin.
Dan suatu hari Jimin melihat remaja itu menangis sendirian. Seperti dirinya, Kim Taehyung telah banyak mengorbankan mimpi untuk perjodohan ini. Kebebasan, masa depan, dan mereka tau mereka tidak berbeda.
Sejak itulah chemistry mulai terbentuk di dalam hubungan. Berawal dari rasa saling menemukan, memahami satu sama lain, percaya, dan terluka dengan cara yang sama, rasa cinta tumbuh di hati Park Jimin. Kim Taehyung adalah orang yang akan ia lindungi. Hanya kepada Taehyung Jimin akan menangis dan membagi kisahnya.
Jimin berjanji pada diri sendiri, dia akan terus mencintai Taehyung dengan segenap jiwa raga tanpa menuntut apapun.
.
.
.
Jimin tidak pernah dipanggil untuk keruang tata usaha sepagi ini. Sebagai seorang ketua kelas ia sudah sangat sering berinteraksi dengan berbagai macam guru. Dan mereka semua menyukai Jimin karena prestasi dan tutur kata. Terlebih dengan pembawaan Jimin yang tenang dan tegas. Semua orang diluar dinding pemisah tidak pernah tau bagaimana Jimin sesungguhnya. Yang mereka lihat hanya sosok sempurna yang memiliki wajah secantik lukisan, Kulit selembut kapas, dan kepribadian sekeras batu.Hidup Jimin tidaklah mudah. Sebagai seorang konglomerat ia benar- benar dituntut untuk sempurna. Dan ia beruntung karena memiliki otak cerdas serta tunangan sesempurna Taehyung. Bagi orang lain, hidup Jimin seperti mimpi. Begitu juga dengan hasrat para perempuan dan laki-laki yang menginginkan sosoknya. Memiliki Jimin sebagai orang dekat hanya seperti angan kosong. Karena Jimin tidak akan menghampiri orang-orang yang melihatnya dari bawah.
Jimin telah sampai di ruangan yang ia tuju. Tubuh kecilnya berjalan tenang ke meja seorang guru yang memasang senyum lebar.
Park Jimin membungkuk, mengucap salam dengan formal dan wajah datar. Kepribadian seperti ini sudah terlalu biasa diperlihatkan Park Jimin meski ia akan berubah 180 derajat saat bersama kekasihnya. Semua orang maklum.
"Kudengar OSIS sekolah akan mengadakan lomba pergantian tahun. Itu lomba menarik karena temanya merujuk ke seni modern."
Guru berkacamata berbasa basi. Jimin mengangguk. "Itu benar pak."
"Aku mau kau memutuskan kandidat orang yang mengikuti lomba dari kelas kita. Putuskan tanpa memberi tahu mereka. Karena ini adalah acara yang besar dan eksternal. Aku mau kau menilai teman-temanmu, Jimin."
"Tapi kita hanya boleh mengikuti satu macam lomba. Karena ada isu kalau sekolah lain banyak yang berpartisipasi. Jadi yang mana yang kita ikuti, pak?"
"Kita akan ikut bagian drama musikal"
Jimin menggangguk paham. Bersiap pergi setelah membungkuk. Tapi postur tubuh guru tersebut belum mengizinkan. Ada satu lagi yang ingin disampaikannya. Jimin menunggu dengan wajah datar.

KAMU SEDANG MEMBACA
EARTH [VminKook]
FanfictionSelama ini, Jimin menganggap jika dunianya tercipta untuk Taehyung. Ia mengabdikan diri untuk mencintai tunangannya yang sempurna. Namun siapa sangka, hari dimana ia menerima ajakan Jungkook untuk menari adalah permulaan atas perubahaan besar dalam...