(g)

2.6K 446 69
                                    

Jungkook menatap etalase kaca bening pemisah dirinya dan minuman dingin minimarket. Memilah antara dua botol jus dan teh kotak yang akan memuaskan dahaga. Hari ini panasnya sangat terik. Jungkook merasa kerongkongannya begitu kering tepat saat ia memutuskan untuk berangkat ke studio tari siang ini.
Tangan besar itu perlahan membuka kulkas, mengambil sebotol jus dan menatapnya dalam-dalam.

"Hei."

Jungkook menoleh, mendapati Jimin yang tengah menatapnya dengan seutas senyum yang manis. Jika dibandingkan pertama kali mereka bertemu, Jimin memang sangat berbeda sekarang. Jungkook tidak pernah tidak membalas senyum dengan senyum. Jadi ia memamerkan gigi kelincinya dengan lebar.

"Apa ini? Kebetulan lainnya?"

Jimin terkekeh. "Kurasa begitu. Kita sangat sering bertemu tanpa rencana sebelumnya. Ngomong-ngomong kau terlihat bingung memilih minumannya."

"Aku memang bingung. Teh kotak dan Jus. Dua duanya terlihat menggiurkan." Jungkook menutup pintu kulkas. "Aku akan ambil jus nya."

"Kenapa tidak beli keduanya?"

Jungkook.
"Nanti rasanya aneh."

Jimin mengangguk angguk, mendekati kulkas yang sama dan mengambil sebotol teh yang tadi Jungkook amati. "Kalau begitu aku beli yang ini."

Satu alis Jungkook naik. "Kenapa?"

"Pertama karena aku haus. Kedua agar kau bisa minum minuman ini juga. Kau boleh meminta punyaku kalau sewaktu-waktu ragu dengan pilihanmu."

Jungkook menaikkan sebelah alisnya. Agak heran. "Sejujurnya itu tidak perlu. Tapi bukan ide buruk."

Jimin terkekeh.
"Mau ketempat latihan, kan? Mau pergi sama-sama?"

"Boleh saja sih. Tapi aku bawa mobil."

"Kalau begitu aku ikut denganmu saja. Mobilku biar supir yang bawa pulang." Jimin berucap santai. Berjalan bersama Jungkook menuju kasir untuk membayar minuman.

Mereka masuk ke mobil Jungkook yang terparkir di lahan minimarket. Setelah memakai sabuk pengaman, mesin mobil dihidupkan. Jungkook mengemudikan mobilnya di jalan besar Seoul.

"Taehyung tidak mengantarmu?"

Jimin menggeleng. "Dia sangat sibuk. Ada pertandingan basket eksternal yang diikutinya. Kami jarang bersama karena itu."

Jungkook mangut-mangut. "Jadi karena itu kau ke pantai? Kau benar-benar kesepian ya?"

Raut Jimin berubah sedih. "Bisa dibilang begitu. Selama ini aku hanya bersama Taehyung. Jadi agak sulit kalau tiba-tiba aku terjebak di situasi dimana aku tidak bersamanya. Meskipun aku aslinya mandiri."

Jungkook terdiam. Berpikir sebentar sebelum melirik Jimin dari ekor mata.

"Kau mencintainya?"

"Sangat."

Jungkook tidak menanggapi lagi. Mata obsidian itu hanya menatap lurus ke arah jalanan. Memacu mobil dengan kecepatan konstan.
Barusan ia hanya mencoba memancing Jimin. Menguji diri sendiri dengan kata-kata Hoseok tempo hari.

Jungkook hanya ingin membuktikan Hoseok salah. Apa yang pemuda itu takutkan tidak akan pernah terjadi. Jungkook tidak akan ceroboh. Ia kini tahu benar kalau Jimin sangat mencintai Taehyung. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang perubahan perasaannya. Tidak ada yang perlu dipikirkan masak-masak.

'Ya, kau tidak perlu takut untuk berdekatan dengan Jimin hanya karena dia memiliki kekasih.'

"Hei, kau melamun." Jimin menyeletuk, orbsnya menatap Jungkook penasaran. Membuat pemuda yang memegang kemudi mobil terkesiap, terbangun dari pikiran. "Jungkook, ada apa?"

EARTH [VminKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang