Hari sudah gelap.
Pada akhirnya Jungkook tetap mengantar Jimin pulang karena Taehyung lebih dulu kembali ke dorm, meninggalkan kekasihnya dalam keadaan masih shock. Ia benar-benar pergi begitu saja setelah mendapatkan apa yang ia ingin dari pemuda mungil itu—meskipun sekarang Jimin terlihat lebih santai.
Sedangkan Jungkook ia jadi merasa canggung di dekat Jimin. Pemuda itu tidak banyak bicara dalam mobil karena terlalu sibuk menerjemahkan arti degupan jantung yang dideritanya tadi siang.
"Ada apa?"
Suara Jimin membuyarkan lamunan. mengundang Jungkook agar menoleh sejenak dari kemudi untuk memamerkan senyum tanda ia baik-baik saja. Jungkook tidak bisa mengatakan apa-apa tanpa terlihat gugup sekarang.
"Kau begitu lagi."
Jimin bergumam lirih. Jungkook terkesiap.
"Ya?"
"Ekspresi wajahmu seperti itu lagi." kali ini mereka bertatapan. "Kau seperti sedang memikirkan sesuatu."
Jungkook menghela napas, kembali berkonsentrasi ke arah kemudi . "Tentu aku memiliki banyak hal yang kupikirkan. Hidupku tidak selalu bahagia, Jimin."
"Tapi aku benci ekspresimu yang seperti itu." Jimin menatap lurus ke jalan. "Seolah-olah kau terlarut dalam duniamu sendiri. Sedangkan aku disini hanya bisa menebak-nebak. -Apa yang sedang kau pikirkan?- Aku selalu bertanya tanpa bisa mendapat jawaban. Selama ini semua terlalu mudah untukku. Nyaris tidak ada hal yang ga kumengerti. Tidak ada sesuatu yang membuatku berpikir sebegini kerasnya. Tapi kau. Kau membuatku mempertanyakan idealismeku. Membuatku seperti orang bodoh karena tidak bisa berpaling. Kau membuatku selalu memikirkanmu, membuatku menerima segala hal baru dengan mudahnya. Menarikku dengan caramu."
Mata Jungkook membulat. Sulit percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut lawan bicara. Sadarkah Jimin dengan apa yang barusan ia katakan?
Jungkook menoleh perlahan. Mendapati Jimin yang tengah menyandar di kursinya dengan mata yang tertutup, mungkin mencoba tidur. Tidak ada yang bisa Jungkook katakan. Ekspresi Jimin kabur. Yang bisa ia lihat hanya gurat lelah di wajah manis pemuda itu.
'Mungkin kaulah yang lebih banyak berpikir dibandingkan aku, Jimin.'
Deg!
Perasaan itu lagi.
Jungkook segera memalingkan wajah. Mencengkram kemudi mobil erat dengan kedua tangannya. Menekan perasaan sekuat mungkin.
.
.
.
Mereka telah sampai dirumah Jimin. Jungkook bermaksud membangunkan Jimin dari tidurnya. Tapi sebelum tangan miliknya menyentuh bahu Jimin, pemuda kecil itu keburu membuka mata. Netranya terlihat sayu."Aku tidak tidur."
Jungkook mengerjapkan mata. "Kita sudah sampai, Jim."
"Aku tahu..." Jimin menghentikan perkataannya sejenak. Bergeming dari sandarannya. "Ada Taehyung di dalam."
"Bukannya dia di dorm?"
Jimin membenarkan caranya duduk "Tapi dia ingin bicara padaku malam ini. Dia berkata akan menungguku sampai selesai latihan. Kurasa ini serius."
Jungkook menelan ludah, mendengar nada sendu dari suara Jimin membuatnya jadi khawatir.
"Itu buruk? Kurasa dia tidak akan menyakitimu." Entah kenapa Jungkook berkata begitu. Mengundang atensi Jimin beralih padanya. Pemuda bersurai cerah hanya menyunggingkan senyum tipis.
"Tentu saja dia tidak akan. Aku hanya penasaran. Apa yang akan dia katakan padaku. Memikirkannya membuatku sedikit cemas. Apa aku telah menyakiti Taehyung? Dia sangat berbeda hari ini."
Helaan napas frustasi. Jimin menerawang ke arah pintu rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EARTH [VminKook]
FanfictionSelama ini, Jimin menganggap jika dunianya tercipta untuk Taehyung. Ia mengabdikan diri untuk mencintai tunangannya yang sempurna. Namun siapa sangka, hari dimana ia menerima ajakan Jungkook untuk menari adalah permulaan atas perubahaan besar dalam...