19. HAH??!

4.2K 463 17
                                    


Karena kemaren banyak yang bilang kependekan mangkannya kali ini aku buat panjang kekeke.
Aku harapkan ga ada silent readers yaa, karena vomment kalian penyemangatku!! 😄






Malam ini setelah kejadian pagi tadi entah mengapa mobil Taeyong sudah berhenti di depan rumah Jennie tanpa ia sadari. Taeyong merasa benar-benar merindukan Jennie sekarang. Dia butuh Jennie.

Taeyong menekan bel rumah Jennie.
Tak lama pintu terbuka, dan menampakkan Jennie yang begitu cantik dengan pakaian casual ala anak rumahan dimata Taeyong malam ini.

Tentu saja Jennie kaget melihat Taeyong ada di rumahnya tanpa memberi tahu terlebih dahulu.

"Tae?? Kok gak nga..."

Tanpa pikir panjang Taeyong langsung menarik Jennie dalam pelukannya. Memeluk Jennie erat, membuat pikirannya menjadi lebih ringan mendadak.

Jennie yang masih terkejut hanya bisa membalas pelukan Taeyong.

"kenapa hemm.. Ada masalah? Kalau mau cerita aku siap dengerin." Ucap Jennie yang masih dalam pelukan Taeyong sambil mengusap usap pelan punggung Taeyong menenangkan.

Perlahan Taeyong melepas pelukannya. Taeyong hanya menatap Jennie sendu tanpa mengerluarkan sepatah katapun sambil membelai lembut kepala Jennie.

Kini Taeyong dan Jennie sudah duduk di ayunan halaman belakang rumah Jennie, tempat favorit mereka sering bermain semasa kecil dulu.

"kok sepi banget." Taeyong membuka pembicaraan.

"mamih belum balik arisan, papih lembur, kak Chanyeol lagi nugas di kamarnya." jawab Jennie.

"Oh.." Taeyong mengangguk mengerti.

Hening. Tak ada pembicaraan lagi di antara mereka dalam beberapa saat sampai Taeyong buka suara.

"kamu inget ga dulu kamu tuh cengeng banget dikit dikit nangis." ucap Taeyong sambil mengacak acak rambut Jennie.

"enggak ih, aku gak cengeng." Jennie mengelak.

"pake gak ngaku lagi. Terus dulu siapa yang nangis-nangis waktu aku gak mau ikutan main bareng. Siapa juga yang selalu minta mainan, makanan, alat sekolah aku dan kalau gak dikasih bakal nangis-nangis." Taeyong tertawa geli mengingatnya.

Jennie tak bisa berkata-kata, ia sebenarnya menyadari waktu kecil ia begitu manja dan selalu menangis ketika keinginannya tidak terpenuhi.

Jennie mencubit perut Taeyong, sambil mengerucutkan bibirnya.

"AWW!!! Iya iya ampun Jen." pekik Taeyong.

"mangkannya jangan nyebelin." jawab Jennie.

"dulu juga kamu pura-pura sok ga peduli. Muna emang." lanjut Jennie sambil menjulurkan lidahnya mengejek.

"siapa juga yang pura-pura." jawab Taeyong acuh.

"emang iya. Buktinya dulu setiap aku nangis kamu selalu korbanin baju kamu sampe basah kuyup karena air nata sama ingus aku. Terus pada akhirnya kamu selalu nemenin aku main sampe malem sampe kita cape terus ketiduran. Karena aku selalu minta barang-barang kamu, setelah itu kamu selalu minta dibeliin dua mainan, dua alat tulis dengan warna yang beda yang biru buat kamu yang pink buat aku, makanan yang banyak. Iya kan udah ngaku aja." ucap Jennie sambil tersenyum cerah.

"dan kamu tau Tae, karena itu aku gak bisa buat berhenti sayang sama kamu." lanjut Jennie.

Taeyong menatap Jennie lekat. Membelai kepala Jennie lembut sambil memainkan ujung rambut Jennie.

"Tae.."

"hmm.."

"gimana kalau kita nikah aja?"

HURT (Taeyong Jennie) ✔️ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang