Jennie masuk ke dalam mobil Taeyong yang sejak beberapa menit yang lalu sudah terparkir di depan rumahnya, Taeyong menjemput Jennie untuk berangkat ke sekolah bersama seperti biasanya.
"udah makan Jen?" tanya Taeyong yang memecah keheningan pagi itu.
"belum." jawab Jennie singkat, tanpa menatap Taeyong.
"kenapa tadi gak sarapan dulu?"
"gak sempet, aku bangun kesiangan." Jawab Jennie masih tanpa menatap Taeyong.
"kenapa? Semalem kamu gak bisa tidur?" Tangan kiri Taeyong kini sudah beralih dari kemudi dan mengelus elus pelan rambut Jennie.
Jennie kaget, niat yang sudah ia kumpulkan sejak semalam untuk menunjukkan bahwa ia masih marah pada Taeyong kini hancur berantakan hanya karena tingkah manis Taeyong sekecil ini.
Jennie mencoba kembali membangun benteng pertahanannya. "iya."
"kamu masih marah? Aku kan udah minta maaf Jen." Taeyong menjauhkan tangannya dari kepala Jennie dan beralih menggenggam tangan Jennie.
"enggak kok." sekuat tenaga Jennie menahan untuk membalas genggaman tangan Taeyong juga.
Taeyong tersenyum, "kamu gak bisa bohong sama aku Jen, sikap kamu nunjukkin banget kalau kamu masih ngambek sekarang." Taeyong mengeratkan genggaman tangannya
"udah tau nanya lagi." Jennie tak bisa marah lebih lama lagi, tak bisa lebih lama lagi mengacuhkan Taeyong. Tangan Jennie menyambut genggaman Taeyong dan membalas menggenggam lembut tangan Taeyong sambil memainkan ibu jarinya di tangan Taeyong.
"udah ah jangan kelamaan marahnya, ini gak kamu banget Jen." Taeyong begitu tahu bahwa Jennie takkan bisa berlama-lama diam padanya.
"kamu akhir-akhir ini kok aneh." ucap Jennie.
Taeyong menaikkan sebelah alisnya pertanda tak mengerti.
"iya aneh aja kamu jadi manis gini sama aku, biasanya kan gak pernah. Dua tahun kita pacaran kamu gak pernah kaya gini."
Taeyong diam tampak berpikir.
"kamu kan pacar aku, udah seharusnya kan aku memperlakukan kamu kaya gini. Kamu gak suka?" Taeyong menatap Jennie dengan tatapan penuh arti. Mencoba melepas tautan tangannya dengan tangan Jennie.
Jennie menggeleng cepat. "enggak kok, aku suka." Jennie menggenggam tangan Taeyong erat, mencegah Taeyong melepas tautan tangan mereka.
"suka banget malah." lanjut Jennie dengan suara yang lebih kecil, tapi Taeyong masih bisa mendengarnya dan tersenyum kecil.
Entahlah Jennie bingung apakah ia harus senang karena akhirnya Taeyong memperlakukannya manis seperti layaknya pacar pada umumnya, karena mungkin Taeyong mulai bisa mencintainya. Ataukah ia harus marah karena setelah dua tahun berstatus menjadi pacar Taeyong baru sekarang Taeyong memperlakukannya seperti ini.
Jennie tak mau ambil pusing, yang terpenting ia begitu senang dan tak mau pikiran-pikiran negatif merusak hari dan suasana hatinya.
"kantin yuk laper parah nih gue." ajak Lisa.
Bel istirahat baru saja berbunyi, tapi hampir seluruh penghuni kelas sudah berhamburan keluar kelas.
"yuk ah gue ngidam bakso dari semalem nih." Saut Joy.
Mata Lisa melihat kesekelilingnya seperti mencari sesuatu. "si Rose mana sih, cepet amat ngilangnya."
"Semenjak guru keluar kan Rose langsung ngicir nyamperin cowonya." jawab Joy.
"yaudah ayok kantin. Jen ayo kantin." ajak Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT (Taeyong Jennie) ✔️ [COMPLETE]
FanficCinta baginya adalah siap disakiti, siap dikecewakan, bahkan di khianati. Bodoh. Memang karena dia mencintainya.