Tragedi

892 36 0
                                    


KEHENINGAN semakin dalam, malam semakin larut, Hanya ada Cinta dan Wulan duduk di deretan kursi dalam lorong yang panjang.

"Wati,, Isya yuk. Doakan papahmu.. Juga biar hatimu tenang."

"Hah, apa? Lan?" Wati seretak kaget dibangunkan dari lamunannya.

"Ayo kita sholat isya Wat biar tenang. "

" oh iya ayo."

Mereka menuju musola rumah sakit. Setelah selesai shalat Cinta bertanya pada Wulan. Ia heran kenapa Ayahnya bisa kenal papahnya dan dirinya.

"Lan, bagaimana Ayah kamu mengenl aku dan papahku?"

"Em itu rahasia."

"Oh."

"Jangan ngambek dong Cin, aku bercanda. Gini ceritanya aku tuh suka dalam hal fotografi dan aku sering menjadikan orang-orang disekitarku jadi objek kameraku secara diam-diam. Nah aku mengfoto kamu dan papahmu lalu aku ceritakan tentang kamu dan papahmu yang mencari pekerjaan pada Ayahku."

"Oh gitu."

"Iya, maaf yah soal foto, aku sering foto kamu diam-diam."

"Iyah ngak apa-apa, biasalah artis jadi itu. Banyak fens."

"Eh jadi ke PD an si, lu Cin?"

"Haha."

Dalam perjalanan kembali ke depan ruang perawatan intensif Cinta dan Wulan berdiskusi tentang acara teater program kerja Wulan.

"Lan, sudah larut, pulang saja sana. Terimakasih untuk semuanya."

"Tidak. Sesuai tugas dari Ayah, aku akan selalu menemani kamu."

"Tapi Lan?" belum selesai perkataan Cinta dipotong Wulan.

"Untuk masalah konsep proposal yang harus aku kerjakan besok, aku sudah punya konsep tenang saja Cinta. Pengetikan satu jam aja selesai."

"Baguslah, apa konsepnya?"

"Drama tentang Cindewati."

"Hah maksudnya?"

"Aku ingin mengisahkan cerita tentang temanku bernama Cinta alias Wati."

"Hah?"

"Tentunya dengan persetujuan kamu Cinta, jika Drama ini berhasil kita bisa mencari donasi penghasilan juga untuk pengobatan papah kamu."

"Tapi Lan, masalahnya tidak sesimple itu."

"Kenapa Cinta?"

"Karena aku bukan Cinta aku Wati Lan Wati!!!"

"Aku tau semua kisah kamu, aku sudah tahu semuanya Wat. Papahmu adalah rekan kerja ayahku kau tau? Jadi akutahu semuanya, semuanya dari ayahku."

"Iya!? Bagaimana mungkin? Jadi semenjak kapan kamu tahu identitasku yang sebenarnya?"

"Sejak aku memberikan foto papah kamu ke Ayah aku, tentunya dengan foto kamu juga."

Cinta terdiam. Dia sangat bingung, banyak sekali pikiran-pikiran khawatir dikepalanya bahkan pikiran ketakutan kalau nanti penyamarannya tersebar luas hingga ke penjahat yang mengincarnya bahkan akan membahayakan kondisi papahnya yang sedang kritis.

Setelah percakapan singkat itu Cinta terdiam dan terus menunduk bak menghitung jumlah kotak lantai lorong rumah sakit. Wulan yang pengertian mengikuti suasana yang dibuat Cinta. Namun pada akhirnya dia bicara juga.

"Cinta kami hanya ingin membantumu."

"Entahlah aku sedang kacau tidak dapat berpikir."

"Papahku sedang mengkordinasikan dengan intel polisi terbaik di Jogja Cinta."

CINTA UNTUK WATI (365 Days With You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang