Dijodohkan

1K 55 0
                                    

SIMULASI ujian berjalan lancar. Sabtu manis itu akhirnya datang juga, hari yang ditunggu Wati agar dapat bertemu Ketos yang super sibuk. Selama tiga hari terakhir Wati tidak dapat bertemu dengannya, entahlah seperti dimakan ombak lalu ia hilang begitu saja.

Sudah tiga kali, tepatnya tiga hari berlalu. di Tikungan yang sama Wati memperlambat larinya, namun nihil ia tidak mendapati adanya keberadaan pangeran tak berkuda, namun berdepedanya. Karena itulah Sabtu menjadi hari yang ditunggu Wati. Berharap bertemu dengan Wulan sesuai ajakan dari Wulan.

Sabtu kegiatan belajar mengajar di sekolah di liburkan. Hari itu untuk kegiatan di luar jam sekolah, tepatnya di Sanggar Seni terdapat berbagai kegiatan seni oleh siswa. Ada yang menari, berdrama teatrikal, bernyanyi, musik, semua bakat siswa ditampung dalam kegiatan ekstrakulikuler. Suasana sanggar masih aktif sibuk, terlihat Wulan sedang mondar-mandir, mengejar-ngejar beberapa orang guru untuk berkoorsinasi.

Wulan memang sangat sibuk untuk tiga hari ini, bahkan dia sampai bermalam di sekolahan. Sebab itulah Wati alias Cinta tidak dapat bertemu dengan Wulan tiga hari terakhir di jalan yang sering mereka lalui bersama ke sekolah.

"Lan, kami butuh konsepmu ini dirubah total bertema dongeng" pinta seorang guru penangung jawab acara.

"Tapi pak, ini sudah dikejar deadline proposalnya untuk ke kepala sekolah. Jika tema diganti maka keseluruhan konsep harus saya susun ulang dari awal lagi."

"Saya tidak mau tau Wulan, kosepnya harus sesuaikan dengan perintah dari saya." Penegasan yang jelas dan cukup otoriter.

"Baiklah Pak, terimakasih. Saya laksanakan." Wulan sedikit kecewa karena usulannya gagal dan harus mengulangi pekerjaannya kembali dari awal lagi, sedangkan deadline sebentar lagi.

Wulan dengan raut muka kesal, lelah dan sedikit pucat karena dari pagi dia belum sempat sarapan berusaha untuk bersabar menerima semua tugas yang harus ia selesaikan, setelah membesarkan hati Wulan beranjak pergi sembari menundukan kepala memandang lantai halaman sanggar. Dari arah berlawanan terdapat Wati berlari mundur karena takut kepada seseorang yang memakai topeng Reog Ponorogo. Kejadian sama seperti pertama mereka bertemu pun terulang kembali, bedanya kali ini Wati yang menabrak dan Wulan yang terjatuh.

"Ini sanggarnya? Wah luas sekali, ramainya, apaan itu, re-re-re, og!!" Cinta sangat takut dengan Reog sejak kecil karena ketakutan dia reflek berlari mundur dan menabrak seseorang.

Bruk....

"Aduh, apa'an si" Wulan semakin kesal, dan dia terjatuh karena tubuhnya yang lemah serta tak berdaya oleh keadaan. Wati melihat seseorang yang telah ditabraknya, setelah tau itu Wulan dia meminta maaf dan membantu Wulan bangun.

"Wulan ma, ma maafkan aku."

"Wati? Ada apa si lari-lari, nabrak-nabrak segala."

"Iya aku takut tadi, reflek aku lari mudur jadi nabrak kamu."

"Eh iya ngak apa-apa." Wulan sudah menyadari dirinya terbawa emosi.

"Kamu kenapa Wulan?"

"Tidak apa-apa, masalah proposal saja," nada bicara Wulan semakin pelan karena lemas.

"Beneran kamu tidak apa-apa? Muka kamu pucat."

"Engga kok engga apa-apa."

"Apa kamu sudah makan?"

"Belum Wat, aku sudah tiga hari di sekolah. Lagi sibuk, belum sempat cari makan."

"Emm, lebih baik kita makan dulu yuk Lan, muka kamu pucat banget."

CINTA UNTUK WATI (365 Days With You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang