CINTA Dinara Wati. Nama ini sudah terkenal di Jakarta khususnya SMA N 25 Jakarta Pusat. Banyak sekali piagam, mendali, serta piala kejuaraan yang aku dapatkan untuk sekolah. Aku salah satu siswa berprestasi dibidang seni. Dari model, film, teater, OSN Biologi, dan masih banyak lagi. Aku juga membintangi salah satu majalah remaja terkenal di kota. Semua bakat dan kehidupan Cinta harusku sembunyikan seketika. Selama penipu itu masih memiliki jaringan untuk mencariku. Mereka telah mengetahui keluargaku sampai di Jogja akses komunikasi mereka cukup cangih dengan kekuasaan uang di tangan mereka.
Terpaksa Cinta akanku kubur dalam-dalam, sesuai dengan rencana pertama di Jogja aku kembali melanjutkan sekolah dengan identitas dan penampilan yang baru. Dengan bakatku di dunia sandiwara aku merubah Cinta menjadi Wati. Semua dokumen sekolah telah berubah, untungnya pihak sekolah mau bekerja sama untuk keamanan keluargaku, dari kejaran para penjahat. Kebetulan pihak sekolah baruku konfirmasi dengan pihak kepolisian supaya mengetahui semua masalahku dan mereka mengerti. Sebenarnya papah sudah melakukan laporan atas niat penjahat padaku namun sia-sia karena papahku kini tidak memiliki biaya lagi pencarian dan penyelesaian kasus penjahat itu tertunda. Dimana ada uang disitu ada kekuasaan.
Inilah dunia baru Cinta, dunia yang menuntutnya berubah, menjelma menjadi sosok Wati, gadis nyentrik gaya super Cupu, tetapi dapat bersaing prestasi di sekolahan barunya. Walaupun siswa baru ia dapat mengejar ketertinggalan mata pelajaran karena selama masalah yang bertubi-tubi itu menghantamnya, ia tetap bertekad akan tetap sekolah. Menjadi seorang anak yang dapat berbakti dan membagakan kedua orang tua, sehingga setiap harinya sebelum ia mendapatkan sekolah baru ia tetap belajar dengan fasilitas seadanya.
***
"Cepatlah pergi dari hadapan gua, ganggu pemandangan dan mood makan gua lu, pergi Cupu" Celoteh mengiris hati dari seorang siswi super nora bergaya orang kota yang hits padahal dia lebih kampungan dari orang desa.
Rasya, dia teman sekelas sangat memperhatikanku, dia berusaha membuatku tidak nyaman di sekolah baruku. Dia teman semejaku, dia sangat membenciku lantaran saat dia mencontek soal ujian, aku laporkan kepada guru paling disiplin dan dia tidak mendapatkan nilai di mapel itu kecuali dia mengulangi ujiannya. Dia terpaksa duduk denganku karena wali kelas menyuruhnya. Jadi dia berusaha membuat aku tidak nyaman duduk bersamanya dengan tujuan agar aku menjauhinya mungkin karena dia tidak sudi berteman dengan gadis super cupu seperti aku.
Kemarin hari pertama masuk sekolah Citra Raya ini. Senin adalah awal dari hari bersejarah dalam hidupku, mengapa demikian? Karena Senin itu aku bukanlah Cinta yang semua orang kenal, tapi aku adalah sosok baru yang tertinggal dari zaman yang penuh modern ini dengan menjelma menjadi Wati, seorang gadis cupu. Saat itu aku diperkenalkan oleh Bapak Akhmad, beliau adalah kepala sekolah SMA Citra Raya. Aku memperkenalkan diri dengan 750 siswa di SMA Citra Raya setelah upacara.
Banyak sekali keraguan yang melintas dalam pikiranku. Bagaimana kalau salah satu bahkan beberapa ataupun beberapa puluh, sebagian dari mereka, mengenal identitasku yang baru. Karier aku sebagai pemain film di TV juga majalah yang aku bintangi. Ketakutan itu sudah menghuni pikiranku sejak aku berdiri di depan mereka 750 siswa sekolah itu. Gayaku tentu luar dari biasa hari ini, ibaratkan memainkan tokoh cupu dalam sebuah film dunia kisahku sendiri. Namun tetap saja aku tidak dapat mengoprasi wajah khasku yang mungkin ada seseorang yang mengenal ataupun penggemar serta pembeci di dunia maya.
Rambut panjang kepang dua dengan ikatan rambut besar tak selaras kanan kirinya. Kaca mata hitam gaya kuno aku pakai menutupi wajah cantikku dengan kesan cupu sejati. Rok yang kupakai panjang sebatas mata kaki dengan pemakaian sepusar khas artis zaman dulu yaitu Jojon. Baju aku buat kedodoran untuk memberi kesan tubuh gemuk, padahal tubuhku tentu saja mungil karena aku juga seorang model bukan. Semuanya sempurna menjadi seorang Wati dan selamat tinggal Cinta yang cantik seorang model terkenal, kini tersisa Wati si Pintar dan cupu super nyentrik.
Dengan cepat warga sekolah mengenalku karena aku paling berbeda dengan mereka, dan aku sangat bersyukur karena bakatku bersandiwara dapat diandalkan. Setelah itu tibalah di kelas pembelajaran dimulai tepat hari pertama masuk bangku sekolah aku dihadapkan oleh ujian mapel Biologi. Dan itu pun, bukan masalah yang berarti bagiku, aku bahkan telah mempelajari Biologi jauh lebih banyak dari seorang mahasiswa Biologi. Memenangkan Olimpiade Biologi tingkat Nasional bukanlah sebuah prestasi yang tergolong biasa saja, bahkan itu luar biasa bukan? Tidak masalah jika ujian sewaktu-waktu, karena banyaknya perstasi itu juga aku dapat dengan mudah menjadi siswa disini walau waktu sudah sangat dekat dengan Ujian Nasional.
Aku dipersilahkan duduk oleh guru wali kelas juga pengawas bersama seorang siswi yang sendiri di pojok depan paling kanan di kelas. Terlihat dia ingin memanipulasi jawabannya dengan jawabanku lalu saat aku mencoba menjauhkan lembar jawabku, justru dia mengeluarkan secrik kertas contekan, karena dia terburu-buru serta panik akhirnya contekan itu jatuh dan aku ambil setelah keluar kelas langsung saja aku laporkan untuk bukti pada guru.
Tibalah istirahat kedua. Aku pergi ke kantin setelah melihat pengumuman hasil ujian tadi pagi. Akulah yang tertinggi satu angkatan dengan nilai sempurna. Walaupun banyak tertinggal dipelajaran namun aku masih bisa mengejar yang lainnya. Satu minggu lagi Ujian Nasional dan minggu ini adalah Ujian percobaan. Mungkin sifat tegas dan jujurku menjadi bumerang bagiku dengan melaporkan Rasya ke pengawas dan mengakibatkan ia mengulang ujiannya. Baru hari pertama menjadi siswa di sekolah baruku bukannya aku mendapatkan teman malah mendapatkan musuh yang sangat dendam padaku.
Kaca mata berlensa tebal besar dan hitam ini memberi kesanan kutu buku yang sempurna sehingga dapatlah aku julukkan kutu buku yang kerjaannya baca buku di Perpus oleh tukang mencontek bernama Rasya. Walaupun aku seseorang yang dibenci Rasya, namun aku menghargai dia dan tidak menghiraukan apa yang dia lakukan padaku. Aku hanya butuh fokus pada tujuan awalku untuk mentuntaskan sekolahku dan membantu Papahku agar dapat bangkit kembali memulihkan kehidupan kami agar dapat seperti dahulu.
Sejak kepergian Mamah tepatnya 2 bulan yang lalu, papah sering melamun duduk di teras rumah sesekali meneteskan air mata. Papah tidak terbiasa hidup tanpa Mamah di sisinya. Sama halnya dengan pesawat yang kehilangan salah satu sayapnya, tak seimbang dan terjatuh di jurang paling dalam bernama kehilangan yang berhiaskan sungai air mata serta duri kesedihan. Sesekali papah bangkit mencari modal dan usaha namun nihil seperti yang telah aku ceritakan kawan, apapun yang papahku kerjakan untuk memperoleh profit ataupun keuntungan justru kerugian yang kami dapatkan. Sekarang papah memiliki pekerjaan tetap walaupun hanya sebagai buruh, tepatnya menjadi tukang sapu jalanan sebuah profesi mulia sebagai petugas kebersihan.
Kami tidak berdaya lagi untuk mencari rupiah demi melangsungkan hidup kami di kota orang. Papahku tidak memiliki keahlian khusus kecuali bisnis saham, itu juga karena warisan dari orang tua papahku yang memang kaya raya dengan harta yang dipercayai tujuh turunan tidak habis, namun sayang papahku adalah keturunan ketujuh dan nasib warisan penghabisan yang berakhir lenyap. Penghasilan papah hanya cukup untuk makan sehari-hari, untunglah aku memiliki tabungan hasil dari pembayaran modeling dan film sewaktu di Jakarta. Setidaknya uang itu dapat menjadikan modal untuk mendaftar di sekolah baruku. Papah tidak ingin merepotkan saudara-saudara jauh kami, semua masalah ini kami telan mentah-mentah dan hanya kami serta pihak bersangkutan yang tahu. Om aku pun sedang mengalami krisis di Sumatra dengan kehilangan perkebunan warisan milik orang tua Papah yang lenyap untuk membayar denda dari kasus penipuan papah.
Setelah kenyang dengan omongan Rasya di kantin, aku pergi ke kelas untuk makan siang dengan sepotong roti yang aku beli untuk mengganjal perutku hingga sekolah berakhir. Kembali fokus dalam mendalaman materi untuk menembus target PTN impianku yaitu UGM. Biologi Universitas Gajah Mada merupakan mimpiku yang telahku catat di rencana masa depanku di Jogja setelah meninggalkan karier yang menjanjikan di Jakarta. Hari pertama masuk sekolah menjadi anak baru sangat berkesan karena keberhasilanku menyamar dan mendapat identitas baru, selamat tinggal Cinta selamat datang Wati.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA UNTUK WATI (365 Days With You)
Novela JuvenilTerima kasih 365 Days With You telah dibaca lebih dari 27,6 ribu readers dari tahun 2017. Kali ini penulis ingin merombak isi cerita dengan alur yang dikemas lebih menarik setelah memberi perubahan judul baru yaitu: CINTA UNTUK WATI. Semoga kisah re...