WULAN tetap saja berusaha agar Cinta menceritakan apa yang telah terjadi padanya.
"Ini bukan Cinta yang aku kenal, kamu kenapa ?"
"Aku hanya ingin sendiri, tolong tinggalkan aku sendiri."
Setelah itu Wulan berbalik dan meninggalkan Cinta karena kesal Cinta tak mau jujur padanya.
Dalam hati Cinta menyesal atas sikap dinginnya pada Wulan. Cinta masuk melihat punggung Wulan yang kian menjauh darinya dan berkata dalam hati. Maafkan aku Lan, aku ingin kamu membenciku saja. Agar aku tidak selalu merepotkanmu, kalau kamu membenciku kamu tidak akan perduli padaku.
Entah apa yang sedang dipikirkan Cinta, dia malah ingin seseorang yang ia sayangi membencinya. Lantaran dia tidak ingin membebani orang yang ia sayangi. Tidak ingin merepotkan Wulan karena kebaikannya telah sudah cukup banyak membantu Cinta.
Cinta kembali bersama Berta dan Sasa. Setelah menyelesaikan urusan mereka di kantin, Sasa dan Berta mengantarkan Cinta ke rumah sakit, selama perjalanan Cinta banyak diam menyimak apa yang di Perbincangkan oleh kedua teman Rasya itu. Setelah mereka menyadari Cinta sedang melamun akhirnya Berta bertindak, ia mengoncangkan Cinta dengan ujung jarinya.
Seketika Cinta tersadar dari lamunannya.
"Wati, jangan suka makan semangka, semangka itu banyak getahnya."
"Eh iya, mana semangka?"
"Ya elah Wat, jangan suka duduk menganga, menganga itu tidak ada gunanya."
Cinta menaikan kedua alisnya, sebuah gestur berarti sedang meragukan.
"Eh lu, bukan semangka Berta tapi Mentimun! TIMUN, gua aja yang nilai Try Out Bahasa Indonesia kursi kebalik aja tau."
Sasa menanggapi kekeliruan Berta dan mereka bertiga tertawa bersama.
"Berta fokus woy, awas! Tidak!" Cinta berteriak lantaran melihat ada seseorang yang sedang menyebrang jalan namun Berta yang sedang mengemudikan mobilnya tidak sadar dalam waktu beberapa puluh detik lagi menabrak seseorang.
Tinnnnnn (sertamerta klakson mobil itu di bunyikan) Berta dengan segala kekuatannya ia membanting setir menghindari posisi orang yang nyaris akan tertabrak. Dan Alhamdulillah mereka selamat korban tabrakan pun tidak jadi menjadi korban.
"Aaaaaa" mereka bertiga berteriak histeris.
"Berta apa yang kamu lakukan?" Cinta melihat sekeliling kalau Berta berhasil memutar setir hingga 45 derajat menjauh dari seseorang yang hampir saja mereka tabrak.
Seketika secara otomatis Cinta, Berta dan Sasa keluar dari mobil dan melihat keadaan seseorang yang nyaris tertabrak tadi.
"Lo nggak apa-apa?"
"Iyah, maafkan kami sudah nyaris membuatmu celaka." Cinta dan Berta khawatir sedangkan Sasa masih ketakutan tubuhnya gemetaran tidak bisa berkata-kata.
Ia adalah seorang laki-laki yang seumuran dengan mereka. Laki-laki itu rupanya sedang menyebrang jalan tanpa melihat kanan-kirinya langsung menyebrang karena sedang terburu Setelah dikejutkan dengan bunyi klakson ia serentak jatuh terduduk di jalan. Untunglah tepat waktu Berta menghindar dari kecelakaan, karena laki-laki tadi masih di sisi kiri, di depan Sasa duduk di mobil. Makanya Sasa yang melihat kejadian tersebut shok lantaran terjadi tepat di depan matanya.
"Nggih, sante yong ra papa."
Terbelalaklah 3 pasang mata melihat seorang laki-laki yang berbicara dengan bahasa Jawa ngapak, tidak ada yang tau artinya kecuali Cinta.
"Syukurlah, Alhamdulillah. Ayo biar aku bantu kamu bangun?"
"Nggih, maturnuwun."
"Surya?!!"
"Lah, Cin, Cinta?"
Cinta dan laki-laki itu saling mengenal, mereka tidak menyangka dapat bertemu kembali setelah sekian lamanya berpisah.
"Cinta? Dia Wati teman kami." Berta menanggapi karena bingung kenapa laki-laki yang di panggil Wati, Surya itu memanggilnya Cinta.
Haduh, parah. Suatu waktu yang tidak tepat. Kata batin Cinta.
"Yah, dia temanku Berta, Sasa. Cinta adalah sebutan khusus dari Surya buat aku."
"Surya, perkenalkan ini teman-teman sekolahku. Berta dan Sasa."
"Gua Berta."
"Gua Sasa."
"Hai, nyong Surya."
Setelah itu Cinta berbincang sebentar sambil menunggu mobil Berta di kembalikan ke jalur yang benar. Surya akan pergi mencari rumah sakit Papah Cinta di rawat, karena tujuan sama akhirnya mereka berempat bersama ke rumah sakit.
Sedang asik penuh tawa Cinta dan Surya berbincang, akhirnya mereka di hentikan oleh klakson Berta menandakan siap melaju mobilnya ke rumah sakit.
"Sur, kok kamu bisa di Jogja?"
"Iyah Cin, Soale aku pengin niliki Bapak Dinara, Apa kabare. Ngong kawatir Cinta, seuwise ngrungu kabar nekan Bapakmu bangkrut. Terus ming Jogja aku karo lagi ngolet kodean." Iya Cin, karena aku ingin bertemu Bapak Dinara, bagaimana kabarnya, aku khawatir Cinta, setelah mendengar kabar kalau Bapak kamu bangkrut. Lalu aku ke Jogja untuk mencari pekerjaan juga.
"Owalah Surya terimakasih kamu sudah perduli dengan keluarga aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA UNTUK WATI (365 Days With You)
Novela JuvenilTerima kasih 365 Days With You telah dibaca lebih dari 27,6 ribu readers dari tahun 2017. Kali ini penulis ingin merombak isi cerita dengan alur yang dikemas lebih menarik setelah memberi perubahan judul baru yaitu: CINTA UNTUK WATI. Semoga kisah re...