SURYA Candra Bagaskara, adalah sosok sahabat, teman akrab Cinta dari ia tinggal di Banyumas.
"Ya Cin, papahmu wis kaya bapakku dewek, semoga bae bapakmu waras slamet maning." iya Cin, papahmu sudah seperti papahku sendiri, semoga aja papahmu lekas sembuh lagi.
"Amiin. Terimakasih Surya."
Aku tak habis pikir bagaimana anak satu ini, bisa sampai Jogja. Yang aku ingat ia dilahirkan di Jawa Tengah, Banyumas ngapak asli. Surya Candra Bagaskara itulah namanya, ia adalah sahabat karibku, entah tadir mana yang mempertemukan kami. Dunia antabrantah pun tak pernah aku logikakan bisa bertemu dengannya kembali. Karena apa kawan? Yah karena kami terpisah sudah cukup lama kami sahabatan dari kecil. Aku mengenalnya sebelum aku mengenal papah, almarhum mamah, serta Kasih, aneh bukan? Nah itulah misteri hidup yang sampai saat ini belum dapat aku pecahkan. Dia adalah Surya Candra Bagaskara. Dia lebih dari sahabat bagiku, bahkan saudara sekali pun. Itulah kurang lebih bagian mozaik cerita hidupku tentang Si Surya, teman kocak super ngapak.
Jika kamu tanya padaku deskripsi tentang Surya maka akanku ceritakan. Surya memiliki pawakan badan tinggi, proporsional tidak gemuk dan tidak kurus. Hidungnya mancung, matanya belo serta berpipi tirus. Dia seperti tokoh Gatot Kaca dalam lakon peran pewayangan khas Jawa. Gatot Koco (Gatot Kaca) adalah seorang putra dari Kesatria Pandawa Bima dengan Dewi Arimbi hadimbi seorang raksasa. Seperti halnya Gatot Kaca, Surya pun sama seorang putra yang gagah, berani, tampan serta kuat dan tangguh. Surya seringkali menyelamatkanku seperti seorang pahlawan sama halnya Gatot Kaca yang diceritakan dalam lakon Mahabarata seorang kesatria, Surya adalah pahlawanku.
Mengapa ia pantas di sebut pahlawan kawan, yah karena berkali-kali dia menyelamatkan nyawaku. Kau masih ingat Ichi? Dia sudah membukakan diaryku yang menceritakan semuanya tentang Gatot Kacaku itu. Kemarin malam.
Mamah, Cinta rindu Gatot Mah, namanya Surya. Karena Surya Cinta bisa selamat tidak terhanyut di sungai, surya pinter renang. Surya mau dikejar-kejar anjing hitam milik Babah Jun Mah, gara-gara Si Hitam ngejar mau ngigit Cinta. Surya datang dengan pot bungga yang dilemparkan ke si Hitam.
Surya sering bantuin Cinta, saat Cinta dihukum papah nyiramin taman bunga. Cinta ingin pulang ke Banyumas. Cinta rindu Surya, juga Getuk Goreng Sokaraja.
Itulah isi lembar diary dari Ichi. Singkat tulisanku, padat polos, mudah dipahami. Sekiranya selembar itu dapat mengingatkanku akan tokoh yang tak lepas dari kisah hidupku yaitu Surya Candra Bagaskara.
Takdir seperti inilah yang aku harapkan menemukan seseorang yang aku sayangi bukan kehilangan seseorang yang aku sayangi. Dari memori-memori yang hilang aku mendapatkan memori baru yang menghiasi mozaik hidupku lebih berwarna.
"Eh Cinta, aja nglamun bae, oy!" Eh Cinta, jangan melamun saja, oy.
"Eh iya, iya Surya Gimana?"
"Cinta piwe kabare ibu? Apikkan?" Cinta Bagaimana kabarnya Mamah? Baikkan?
"Mamah, mamah." Seketika air mata sertamerta mengalir menganak sungai.
Raut wajah bahagiaku sirna sekejap mata. Aku menceritakan semua yang terjadi padaku, sesekali Surya bertanya menyelidik, aku menjelaskan dengan sejelas-jelasnya. Tentu tentang sahabat baruku Si Wulan, aku pun menceritakan padanya. Soal hatiku pun tidak sungkan gendurasa curhat padanya tentang rasa bersalah, selalu mendapat bantuan dari Wulan. Sampai di rumah sakit Surya tidak basa-basi langsung menyeretku tidak sabar ingin bertemu papah, raut wajahnya semakin khawatir saat semakin mendekat ke ruang papah.
"Bapak Dinara! Bangun Pak." Aku berusaha menjelaskan kembali, mengingatkannya kalau papahku masih koma.
"Surya, sabar, Papah pasti akan baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA UNTUK WATI (365 Days With You)
Fiksi RemajaTerima kasih 365 Days With You telah dibaca lebih dari 27,6 ribu readers dari tahun 2017. Kali ini penulis ingin merombak isi cerita dengan alur yang dikemas lebih menarik setelah memberi perubahan judul baru yaitu: CINTA UNTUK WATI. Semoga kisah re...