Broken Heart

590 38 17
                                    

Malam terasa tenang dengan guyuran gerimis yang menggelitik jendela kaca kamar Chika. Gadis enam belas tahun yang asyik corat-coret di atas kertas putih ini memang paling suka dengan suasana gerimis karena menurutnya membuat tenang dan sangat menginspirasi. Gerimis mengantarnya menuju jutaan imajinasi yang terekam dalam otak.

Seperti saat ini ....

Ia membayangkan tengah berada dalam sebuah drama percintaan klasik. Bertemu dengan sosok pangeran seperti pada cerita dongeng. Sosok itu tinggi, tampan, berkulit putih, dan tutur katanya amat lembut. Anehnya, meski dalam nyata Chika belum pernah bertemu dengan pangeran impiannya itu, tapi sosok itu seolah tergambar nyata dan benar ada di dunia ini.

Namun, seringkali Chika mengingkarinya. Mungkin ia pernah melihat sosok itu di film, lalu terekam abadi dalam ingatan dan menjelma menjadi pangeran khayalannya iu.

Saat ini, Chika membayangkan berada di tepi pantai bersama pangeran impian yang dinamai Prince itu. Mereka bermain pasir sambil menikmati sapuan air yang menggelitik telapak kaki. Prince tampak sangat tampan dengan kaos oblong dan celana pantai pendek warna biru tua. Sesekali, ia melempari wajah Chika dengan pasir pantai yang lembut. Bukannya marah, gadis itu malah tertawa senang dan ganti melempari lelaki di hadapannya itu dengan pasir.

Biasanya, Chika langsung mengabadikan khayalannya itu ke dalam cerita pendek dengan tokoh tetap Chika dan Prince.

Namun, tidak saat ini. Karena ....

"Chika!" seseorang mendadak masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sontak Chika kaget bukan main. Imajinasinya pun buyar seketika.

"Eh, kodok!" umpat Chika latah. Ia balik badan demi menghadap sosok yang seenaknya masuk dan merusak fantasinya.

"Sheila? Lu ngapain di sini?" tanya Chika sambil menatap heran pemandangan di hadapannya.

Bagaimana tak heran? Di hadapannya kini telah berdiri sosok perempuan berpenampilan bak boneka Barbie. Namanya Sheila, sahabat Chika sejak SMP yang kini sekolah di tempat yang tak sama. Kalau Chika sekolah di SMA Airlangga jurusan Seni dan Budaya, sedangkan Sheila sekolah di SMK Bakti Mulya jurusan perhotelan. Meski kini tak lagi satu sekolah, namun keduanya masih tetap akrab dan bersahabat hingga detik ini.

Bukan karena kedatangan mendadak Sheila yang membuat Chika heran, melainkan karena gadis berparas cantik bak model itu tengah menangis sesenggukan. Chika jadi bingung. Baru kali ini dilihatnya Sheila menangis seperti itu.

"Lu kenapa, Sheil?" tanya Chika ragu. Takut salah omong.

Detik berikutnya, Sheila malah memeluk Chika dan menangis sekeras-kerasnya. Chika jadi tambah bingung. Ah, ini si Sheila pakai acara nangis kencang segala. Kan bisa bahaya kalau kedengaran tetangga.

Tanpa basa-basi lagi, Chika langsung meraih segelas es jeruk di meja belajar untuk diberikan pada Sheila.

"Lu minum dulu, Sheil. Biar tenang. Baru gue minum dikit. Siapa tahu lu kecipratan barokah gue," ujar Chika sambil menyodorkan minuman menyegarkan itu.

Gadis berambut panjang itu meraih minuman yang disodorkan Chika dan meminumnya sampai tandas. Kelegaan seluas lapangan sepak bola seketika menyelimuti hatinya yang pedih. Sheila menarik napas dalam-dalam sebelum bercerita. Ia tak ingin ada air mata yang tumpah lagi.

"Gue diputusin sama Nata, Ka! Gue nggak tahu kenapa, tiba-tiba dia minta putus setelah berhari-hari ngacangin gue!" cerita Sheila. Air mata yang hendak tumpah buru-buru disekanya.

"Diputusin? Kok bisa?" Chika mengernyitkan alis tak mengerti.

Bukan hal aneh kalau Chika sampai merasa heran seperti itu. Di matanya, Sheila adalah sosok yang sangat cantik dan sempurna. Nama lengkapnya saja Gisheila Nova Kheel, gadis blasteran Betawi Inggris. Tingginya nyaris seratus tujuh puluh senti. Kulitnya eksotis dan rambut pirang panjangnya diberi hiasan warna pink dan ungu. Wajahnya? Jangan ditanya lagi. Ia cantik serupa Barbie dengan hidung mancung, bibir tipis, dan mata biru. Wah! Pokoknya kecantikan Sheila top banget deh!

Jadi, cowok gila mana coba yang bisa-bisanya mutusin Sheila? Kalau tu cewek sampai nangis kaya gini, sudah jelas kalau ia cinta mati sama cowok itu.

"Sheil, benar lu nggak tahu apa alasan cowok lu itu?" tanya Chika masih penasaran.

Sheila menggeleng pelan.

"Gue benar-benar nggak tahu. Awalnya, beberapa hari yang lalu gue telponin dia sampai berkali-kali. Eh, nggak diangkat! Gue SMS juga nggak dibales. Tahu-tahu barusan dia SMS yang isinya mutusin gue gitu," jelas Sheila panjang lebar sambil melap ingus yang meler dengan selimut Chika.

Sementara yang punya selimut cuma bisa melongo. Untung nggak sampai ngiler.

Iseng, Sheila meraih buku yang tergeletak di ranjang. Buku berisi tulisan Chika tentang cerita Chika and Prince. Sheila membaca halaman demi halaman. Senyum simpul tercetak jelas di bibir gadis yang sedang galau itu.

"Kadang gue iri sama elu, Ka. Hidup lu tampak bahagia sama Prince. Nggak kaya gue. Patah hati sama cowok yang benar-benar gue cinta," mata Sheila menerawang

"Ah, mabok lu!" umpat Chika sambil melempari wajah Sheila dengan bantal. Gimana gak dibilang mabok? Kalau lagi galau, Sheila langsung berubah menjadi Queen of Drama. Bawaannya mellow terus.

Justru sebenarnya Chika iri dengan sahabatnya itu. Kalau Sheila ibarat Barbie, maka Chika lebih pantas diumpamakan dengan boneka Susan. Kecil dan sedikit tembem. Chika memang chubby dan tampak lucu dengan bibir mungil dan mata yang lebar. Kalau orang melihatnya sekilas, pasti mengira Chika masih anak-anak. Ia juga sama sekali tak mengenal dandan. Di sekolah, ia tampil amat sangat biasa, tak seperti cewek-cewek zaman sekarang yang suka dandan menor dan lebih senang menghafalkan tutorial make up ketimbang rumus-rumus matematika. Lagi, Chika belum pernah pacaran dan merasakan jatuh cinta kecuali dengan Prince yang berada dalam imajinasinya.

Terkadang Chika berpikir, apa imajinasinya selama ini adalah bentuk pelarian semata? Karena bagaimanapun Chika juga merupakan gadis remaja yang membutuhkan cinta. Cinta dari pangeran pujaan dalam nyata.


Selamat datang di Candy Floss Love, cerita teenlit dari Meiga Lettucia. :D Hehehehe

Minta kritik dan saran, ya?

Semoga kalian suka cerita ini. Terima kasih. :D

Candy Floss LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang