Jealous

96 7 1
                                    

Chika mengakui kalau teman-teman Nata ternyata asyik. Rasanya agak bersalah juga karena dulu sempat memberi cap jelek anak-anak SMK Kelautan. Kalau ingat waktu masih jengkel-jengkelan sama Nata dulu, ia jadi geli sendiri. Selain itu Chika merasa senang karena keberadaannya diakui. Kalau tidak, tak mungkin Nata mengenalkan pada teman-temannya. Ia mengakui kalau semua ini berkat Kiara.

Ya, Kiara. Sebenarnya Chika masih bingung kenapa Kiara mau melakukan ini. Ia mendapat feeling kalau cewek keriting itu sebenarnya punya rencana sendiri. Ia membayangkan, andai Sheila tahu kejadian ini, dia pasti bakal marah besar. Tentu saja Chika akan merahasiakan hal ini dari Sheila agar tak timbul masalah baru.

Acara hangout Nata dan teman-temannya telah usai. Sebenarnya Nata hendak mengantar Chika pulang. Namun, Chika menolak dan memutuskan untuk pulang bersama Kiara. Kalau Kiara sih setuju-setuju saja, malah ia mau ikut Chika pulang karena tak ada kerjaan di rumah. Akhirnya Nata pun setuju dengan keputusan Chika dengan catatan Kiara harus menjaganya baik-baik.

"Huuu, lu kira gue bodyguard? Tapi gue iya aja lah!" rutuk Kiara dengan bibir manyun.

Lalu, Chika dan Kiara pun pulang setelah naik angkot yang kebetulan berhenti tepat di depan mall.

Sepanjang perjalanan, Chika dan Kiara heboh mengobrolkan pengalaman tadi yang lumayan mengasyikkan. Bahkan, setelah sampai di rumah Chika pun, obrolan masih terus berlanjut. Chika yang tampak paling bahagia karena bisa bertemu dengan Ice Prince tersayangnya. Saking asyiknya, keduanya tak sadar kalau ada mobil yang terparkir di halaman. Mobil pink yang jelas bukan milik Papa Chika.

Saat menaiki tangga menuju kamar, Chika teringat sesuatu. Sesuatu yang dari tadi ingin ia tanyakan pada Kiara, tapi tak sempat.

"Ngomong-ngomong, kenapa lu malah nunjukin ke Nata kalau kenal gue?" tanya Chika serius.

Kiara tersenyum tipis. "Karena gue nggak mau ada rahasia. Lagipula, meski sempat kesal sama dia, tapi Nata adalah teman gue," ucapnya yakin.

"Terus rencana itu?" tanya Chika pelan.

"Lupain saja, Ka! Gue tahu kalau lu juga mencintai Nata, begitu juga sama Ice Prince itu. Gue juga yakin dia gak bakal mengulangi kesalahan yang dulu sama elu, karena dia sayang banget sama lu," Kiara menghela napas lega. "Lagipula, gue bakal jadi orang yang paling jahat sedunia kalau sampai bikin hubungan kalian rusak!"

Chika tersenyum. Ia senang karena Kiara sependapat dengannya. Chika juga merasa salut sama Kiara. Meski Nata adalah mantan pacarnya, namun Kiara nggak saiko. Ia tetap jadi teman yang asyik. Chika yakin, Nata pun sependapat dengannya kalau Kiara adalah teman yang baik.

"Terus, gimana sama Sheila, Ra? Sebenarnya cuma dia yang bikin gue dilema," tanya Chika dengan mencurahkan uneg-uneg hatinya yang terpendam.

"Gue juga bingung. Masalahnya, sekarang tuh cewek jadi benci banget sama gue. Tapi itu bukan salah kita, Ka! Hubungan lu sama Nata itu nggak salah. Harusnya dia bisa menerima kalau cinta itu nggak bisa dipaksakan!" tutur Kiara panjang lebar dengan bijak.

"Iya juga, ya?" Chika tersenyum kecut. Tangannya memutar daun pintu kamar.

Namun, sesuatu sontak membuatnya terperanjat dan pucat pasi.

Ia melihat Sheila telah berada di kamarnya dengan muka sembab dan mata merah menyiratkan kemarahan. Matanya menatap tajam ke arah pintu dibuka. Posisi Sheila berdiri tepat di depan gambar sketsa wajah Chika buatan Nata yang dipajang semalam. Tak ada kata-kata yang terucap. Namun, Chika tahu kalau Sheila marah padanya.

"Sheil?" suara Chika tercekat di tenggorokan.

Sheila menyeringai. Setelah itu, air matanya keluar perlahan dan menetes.

Candy Floss LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang