Secret Mission

142 9 2
                                    

Sesampainya di rumah, Chika merasa tubuhnya sangat lelah. Ia langsung menghambur menuju kamar dan siap-siap bobo cantik. Namun, ia ragu. Apa bisa tidur dalam keadaan pikiran yang kacau?

Sebelum ke kamar, Chika lebih dulu menyambangi kulkas dan merampok beberapa penghuni di dalamnya. Rencana Chika untuk bobo siang batal karena ia takut mimpi bertemu Prince bertampang Nata. Ia memilih ngemil sambil nonton film dalam kamar. Dengan begitu, bayangan Nata akan tersingkir meski sedikit.

Chika menekan tombol play. Film pun mulai terputar.

Semenit, dua menit, hingga lima menit, Chika masih bisa mengikuti alur film. Namun, lama-lama pikirannya melayang. Bayangan Nata pagi tadi muncul menghantui benak. Memang, antara Nata dan sosok cowok yang berada dalam khayalan Chika tak ada bedanya secara fisik. Diam-diam ia khawatir. Khawatir kalau ternyata Nata dan Prince adalah orang yang sama.

Andai itu terjadi, Chika bingung. Apa yang harus ia lakukan?

***

Kafe Snow White. Masih ingat nama itu kan? Kafe yang terletak di dekat SMK Bakti Mulya memang terkesan romantis. Pintu masuk dihiasi dengan bunga-bunga mawar melingkar, mirip dengan yang ada di film romance. Bangkunya pun tertata rapi mengitari ruangan, hingga di tiap bangku dihadapkan dengan jendela yang disetting dengan guyuran air. Penerangan di kafe itu menggunakan lampu hias kuning berbentuk bunga dan lilin-lilin cantik. Ada tiga lilin yang menghiasi tiap meja. Lantai kafe itu bewarna putih yang herannya tak juga kotor meski diinjak pengunjung. Yang menarik adalah rak antik yang diletakkan tepat di tengah ruangan. Berbagai macam miniatur Snow White lengkap dengan penyihir dan kurcacinya dipajang di sana.

Di sebuah bangku dekat kasir, Chika duduk termangu. Segelas Milkshake menemaninya yang sibuk mengerjakan tugas di depan laptop. Alunan musik jazz terdengar syahdu dan membuat gadis mungil itu merasa rileks. Di sini, ia sudah janjian dengan Sheila dan Kiara. Namun, keduanya belum datang.

Tadi, Chika langsung setuju saat Sheila mengajaknya ke kafe ini. Dipikir-pikir, ia sumpek juga gara-gara kejadian tadi siang yang cukup membuatnya trauma. Tak ada salahnya sekali-kali hangout di tempat seperti ini. Beruntungnya, keadaan kafe lagi sepi. Jadi, tak ada suara-suara yang akan mengganggunya.

"Lama nunggu, Ka?" sapa Kiara yang mendadak muncul. Begitu ia menaruh pantatnya di bangku, tangannya langsung sibuk menghilangkan sisa air hujan yang membasahi jaket merahnya. Di luar gerimis memang turun rintik-rintik. Wajar kalau Kiara sampai kebasahan karena ia mengendarai motor.

Kiara memesan Hot Strawberry Tea pada pelayan yang kebetulan melintas. Ia memang merasa kedinginan.

"Sheila belum datang, Ka?" tanya Kiara.

Chika menggeleng, "Belum. Tadi katanya masih di sekolah ngurusin acara lomba fashion!" jawab Chika.

"Hah? Malam gini masih di sekolah? Kok mau saja, sih?" sungut Kiara kesal.

Sekolah Sheila memang sering mengadakan lomba fashion maupun kontes kecantikan. Biasanya Sheila jadi model dalam acara itu. Lomba itu paling menyita waktu siswa-siswinya. Buktinya mereka bisa sampai pulang malam. Yang paling menyita adalah saat dekorasi panggung maupun penataan busana. Semua itu bisa dikerjakan mulai sore hari. Itu sudah menjadi peraturan sekolah, karena di pagi hari murni untuk kegiatan belajar dan mengajar saja.

"Nata gimana, Ka?" tanya Kiara tiba-tiba dan berhasil memanaskan hati Chika yang mulai dingin.

"Gila!" ujar Chika singkat dengan kekesalan yang tersirat.

Kiara menghela napas panjang, "Gue nggak benci dia, Ka. Justru sebenarnya gue kasihan sama kehidupannya," katanya.

Chika mengerutkan sepasang alisnya. Heran.

Candy Floss LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang