In Complicated

120 11 0
                                    

SMK Bakti Mulya, sekolah kejuruan perhotelan dan pariwisata tempat Sheila sekolah. Pelajaran sedang diadakan di kelas XII Perhotelan yang juga merupakan kelas Sheila. Namun, gadis Barbie itu tak tampak di kelas. Ia tidak bolos, melainkan menyendiri di suatu tempat.

Terdapat ruang kecil di belakang sekolah Sheila yang banyak ditumbuhi rumput liar. Tempat itu jarang terurus dan memang sepi. Namun, kini Sheila tengah menyendiri di sana dengan berselimut kegalauan yang memurungkan hari. Matanya menatap hape, seolah mengharapkan sesuatu muncul di sana. Ia berharap lelaki yang sangat dicintainya itu menelpon atau sekadar ngeping lewat BBM.

Namun, nyatanya tidak.

Sheila berusaha menelepon, tapi sepertinya Nata memblokir nomornya. Terpaksa ia menggunakan nomor lain untuk menghubungi mantan pacarnya itu. Awalnya, ketika Sheila menelpon, Nata menjawabnya. Namun, ketika suara Sheila terdengar, Nata segera mengakhiri panggilan itu. Sheila menghela napas. Harus dengan cara apalagi ia berusaha mendapat simpati Nata? Apa perlu mendatangi cowok itu di sekolahnya? Tapi ia takut bertemu Kiara. Bukankah ia sudah janji akan berusaha melupakan cowok yang sikapnya dingin bak es itu?

Bukan Gisheila namanya kalau menyerah begitu saja. Ia tak menyerah untuk terus mendapatkan cinta Nata kembali. Kini, pesan demi pesan dikirim pada sang Ice Prince dengan harapan mendapat balasan. Berpuluh-puluh, bahkan ratusan pesan dengan kalimat sama terus ia kirim.

"Aku mencintaimu, Nata. Beri aku kesempatan!"

Air mata menetes dari sepasang mata indah Sheila. Dulu, Nata adalah orang yang sangat baik. Internet yang mempertemukan mereka. Namun, entah mengapa semenjak pacaran perangai Nata berubah menjadi dingin. Bahkan, cowok itu jadi sangat membenci Sheila tanpa gadis itu tahu apa salahnya.

Sheila terkejut manakala hapenya bergetar. Ada telepon masuk. Senyumnya mengembang kala membaca satu persatu huruf dalam layar. Nata. Cowok yang sangat dicintainya itu akhirnya menelpon. Dengan cekatan, Sheila menyentuh gambar answer pada touchscreen.

"Halo?" suara Sheila bergetar.

Terdengar suara dengusan dari telpon.

"Mau lu apa sih?" suara Nata terkesan sangat dingin.

"Gue kangen sama lu!" tegas Sheila diiringi suara isak tangis yang malah membuat Nata muak.

"Nata ...," Sheila masih menangis. "Gue ngehubungi elu karena kangen. Gue pengen balikan karena masih sayang sama elu!"

Nata menghela napas, "Sorry, Sheil. Gue nggak ada rasa sama lu. Hati gue udah ada yang punya," ucapnya dengan nada sedikit melunak. "Jadi gue mohon, lupain gue. Cinta itu nggak bisa dipaksakan, Sheil!"

"Tapi, Nata ...,"

"Sheila!" bentak Nata, memotong kalimat Sheila. " Please, lu instropeksi kenapa gue nggak bisa mencintai elu! Lagian kita masih bisa sahabatan kok! Tapi, kalau elu terus saiko gini, gue nggak pengen kenal lu lagi!" ucap Nata kesal, lalu telepon ditutup.

Kini, Sheila menangis meraung-raung. Harapannya untuk kembali pada Nata telah hancur. Bahkan ia belum sempat menanyakan apa salahnya.

Sheila bisa membaca kalau cewek yang dimaksud Nata tadi adalah Chika. Ah, Chika! Chika! Chika! Apa bagusnya cewek pendek itu? Diam-diam ia merasa iri pada sahabatnya itu. Ia yang mencintai Nata, namun mengapa Chika yang bisa mendapatkan cinta Ice Prince itu?

Dalam kekalutan, Sheila merogoh sesuatu dari saku seragamnya.

Sebuah pisau cutter.

***

Candy Floss LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang