Forgive Me

105 7 0
                                    

Entah untuk yang ke berapa kali Sheila mengunjungi rumah Chika, namun tak menemukan sahabatnya itu. Ia datang untuk meminta maaf. Namun, tiap kali ia datang, hanya orang tua Chika yang menyambutnya. Mereka bilang, Chika sibuk bolak-balik ke sekolah untuk mengurus beasiswanya. Bahkan Chika harus ke Kedutaan Besar Perancis bersama teman-teman seangkatannya yang juga lolos.

Dalam hati, Sheila senang karena Chika bisa meraih impiannya. Namun, ia juga merasa sedih dan kerap dihantui perasaan bersalah, apalagi permintaan maafnya belum tersampaikan. Ia ingin bertemu Chika untuk bisa menyampaikannya langsung agar hatinya merasa lega. Namun, tak juga berhasil. Bagaimana bisa berhasil kalau Chika jadi jarang berada di rumah? Mau menghubungi nomor Chika juga mustahil karena gadis itu telah mengganti nomornya semenjak insiden menyebalkan itu.

Atau Sheila ke rumah Nata saja?

Pikiran itu terlintas di benak Sheila. Namun, gadis itu ragu. Setelah apa yang ia lakukan di pesta ulang tahun Nata, bisa- bisa ia diusir. Tapi kalau ia tak lekas bergerak, masalah juga nggak bakal selesai. Tak ada cara lain. Kalau Chika tak ada di rumah, maka Sheila harus menemui Nata. Waktu itu, ia berhasil menghancurkan hubungan Nata dan Chika. Kali ini, ia bertekad untuk memperbaikinya. Setidaknya ia ingin melakukan sesuatu demi sahabat yang telah disakitinya.

Tanpa basa-basi lagi, Sheila langsung membelokkan setir menuju kompleks perumahan tempat Nata tinggal.

Sementara beberapa kilometer dari rumah Chika. Tampak Chika berjalan ke luar pagar sebuah bangunan megah dengan hiasan bendera Indonesia dan Perancis. Baru kali ini ia melihat rumah semegah itu dengan pengamanan ketat di luarnya persis seperti di film action yang sering ditontonnya dulu. Barusan, ia mengunjungi kediaman Dubes Perancis untuk mengurus kelengkapan beasiswanya. Semua telah lengkap kecuali paspor. Tak akan menjadi masalah karena Chika akan segera mengurusnya.

Sebentar lagi, ia akan pergi ke negara impiannya itu. Perancis, negeri dengan kisah-kisah romantis. Chika jadi teringat nasihat Mama dan Papa agar Chika konsentrasi pada pendidikan di sana dan harus melupakan sejenak kisah-kisah romantis yang selama ini mengeram dalam khayalannya. "Kamu ke Perancis itu sekolah lho, Ka. Bukan liburan," peringat Papa kala itu.

Chika tersenyum. Rasanya ingin merayakan kebahagiaannya bersama sahabat-sahabatnya. Tapi sahabat yang mana? Semua menjauhinya. Chika sadar akan kesalahannya. Namun, bukankah di sisi lain ia juga korban?

Ia jadi merindukan Sheila, Kiara, Safa, dan Ice Prince.

Merindukan sahabat dan pujaan hatinya.

Semua melintas begitu saja dalam benak Chika. Kenangan demi kenangan yang indah sekaligus menyakitkan. Chika bersyukur. Meski pahit, setidaknya ia pernah merasakan punya sahabat terbaik di masa sekolahnya. Akankah nanti di Perancis ia akan memiliki sahabat-sahabat seperti sahabatnya di sini? Entahlah.

Kembali kesepian melanda Chika. Ia merasa hampa. Kala itulah Chika sadar kalau ia sendirian kini.

Tanpa sahabat ... dan juga Nata!

***

Ragu-ragu Sheila mengetuk pintu antik di hadapannya. Namun, begitu sadar kalau masalah ini harus segera selesai, ia ketuk pintu itu. Ia berharap Nata yang membukanya agar bisa langsung mengutarakan tujuan kedatangannya tanpa harus berbasa-basi. Namun, begitu pintu dibuka, bukan Nata yang muncul, melainkan seorang gadis bertubuh kecil dan berwajah arab. Safa.

Sheila berusaha tersenyum. Lain halnya dengan Safa yang tampak tak menyukai kehadiran Sheila di rumahnya. Masih teringat jelas di benak Safa tentang apa yang telah dilakukan Sheila pada kakaknya.

"Mau apa lu ke sini?" tanya Safa sinis.

"Nata ada?" Sheila malah balik bertanya. Safa jelas keki berat.

Candy Floss LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang