Hari Keberangkatan

109 6 0
                                    

Perasaan Chika tak karuan kala melihat koper besar di hadapannya. Semua barang yang diperlukan Chika selama di Perancis telah masuk ke dalamnya. Hatinya bergemuruh lantaran perasaan bahagia dan sedih bercampur jadi satu. Ia bahagia karena sebentar lagi impiannya akan terwujud. Namun, ia juga bersedih karena harus berjauhan dengan orang tua dan teman-temannya. Bagaimana Mama dan Papa tanpanya? Pasti mereka akan sangat rindu pada putri semata wayang mereka yang makin dewasa.

"Chika sudah siap? Papa antar ke bandara, ya?" tawar Papa Chika yang sengaja mengambil cuti demi mengantarkan kepergian putrinya.

"Iya, Pa. Mama ikut kan?" tanya Chika yang kemudian dijawab oleh anggukan kepala Papa.

Di bandara Soekarno Hatta, teman-teman sesama peraih beasiswa pasti telah menunggu. Chika harus bergegas. Ia tak boleh sampai ketinggalan pesawat. Untung tiketnya ditanggung pihak Kedutaan Besar. Chika menyeret koper merahnya. Meski berat, tapi ia harus tetap melangkah. Ia telah sampai sini dan jangan sampai down hanya karena terbawa perasaan. Ia harus berangkat dan berusaha yang terbaik agar kelak bisa pulang membawa kebanggaan. Semua ini untuk Mama dan Papa.

Cukup lama Chika memandang rumah yang telah ditempatinya selama hampir tujuh belas tahun ini. Rumah yang menjadi saksi kisah cintanya. Benak Chika menunjukkan sebuah gambar yang hingga saat ini masih menempel di dinding kamarnya. Gambar sketsa wajahnya dari Nata. Chika memang sengaja tak melepas gambar itu dari dinding.

Ah. Sudahlah!

Chika membuang muka dan menutup pintu mobil. Mobil pun melaju meninggalkan rumah diiringi butir bening yang menetes dari mata Chika. Ada sesuatu yang membuatnya berat. Entah apa.

***

Sementara Nata gelisah luar biasa. Dari tadi ia mondar-mandir tak tentu arah. Seperti kata Sheila, akhir-akhir ini Chika begitu sulit ditemui. Pagi, siang, sore, malam, Chika selalu tak ada di rumah. Sebegitu sibukkah dia? Nata meninju tembok dengan kesal.

Apalagi saat Safa memberi tahu kalau hari ini merupakan hari keberangkatan Chika ke Perancis. Rasanya Nata semakin kebakaran jenggot.

Di tengah rasa galau yang melanda, tedengar suara deru mobil dari halaman. Nata melihat dari jendela. Rupanya itu mobil Sheila. Aduh, mau apa lagi cewek itu datang ke sini? Nata berdecak kesal. Namun, kekesalannya hilang begitu melihat Sheila turun dari mobil bersama Kiara.

Pasti ada sesuatu yang penting. Pikir Nata.

"Nata!" teriak Kiara begitu melihat sosok Nata di depan pintu seolah sengaja menyambut kedatangannya kali ini. "Hari ini Chika berangkat. Lu nggak ke sana buat nganter dia?" ucap Kiara langsung pada tujuan.

"Nganter dia? Ke mana?" tanya Nata. Pikirannya masih kacau balau.

"Bego lu! Ya ke Airport lah! Kita mau ke sana! Lu ikut nggak?" tanya Sheila yang tampak buru-buru.

Nata masih tak menjawab.

"Ah, lama lu! Ya udah, kita duluan, ya? Udah nggak ada waktu nih!" ucap Kiara sambil menarik tangan Sheila untuk segera menjauh dari tempat itu. Nata pun tersadar dengan apa yang terjadi. Ia heran. Kenapa ia bisa jadi lemot begini?

"Tunggu! Gue ikut!" ucapnya sambil berlari menyusul Sheila dan Kiara. Ia tak boleh melewatkan kesempatan emas ini begitu saja. Ia pernah kehilangan Chika dan rasanya sangat sakit. Kali ini, ia tak mau kehilangan Chika lagi. Setidaknya sebelum berangkat, gadis itu harus tahu betapa Nata sangat mencintainya.

"Gue juga ikut!" teriak Safa yang berlari keluar dari rumah. Ia langsung menyusul ke mobil Sheila dan duduk di belakang bersama Nata, sementara Kiara di samping Sheila yang memegang kemudi.

Candy Floss LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang