Will You Be My Girl?

124 12 0
                                    

"Makasih, Nata," ucap Chika ramah sambil membuka pagar rumah. Ia tak berani mengangkat muka karena malu. Habis, Nata melihatnya terus.

"Chika," panggil Nata sambil memegang pergelangan tangan Chika. Gadis itu berhenti dan membalikkan badan. Sikap Nata tampak kikuk. Mungkin ada sesuatu yang mau diucapkannya, tapi malu.

"Iya?" tanya Chika singkat.

Nata menghela napas dalam-dalam. Ia berusaha agar tak tampak grogi, meski baru pertama kali.

"Ntar malam kamu ada acara nggak? Aku mau ajak kamu keluar," jawab Nata.

Chika mengerutkan alis, "Ke mana?" tanyanya lagi.

"Dinner di Dapur Romantis. Tempatnya bagus, Chik! Mau, ya?" pinta Nata.

Chika tampak berpikir. Apa tak masalah keluar dengan cowok? Ini kan baru pertama kalinya. Tapi, kayanya aman keluar sama Nata. Soalnya tuh anak nggak ada tampang kriminal sama sekali.

"Boleh. Tapi kamu yang izinin ke mamaku,ya? Kalau beliau nggak kasih izin, aku nggak berangkat!" putus Chika.

Senyum Nata terkembang, "Oke, nanti aku ke rumahmu jam tujuh, ya? Aku balik dulu. Dah, Chika!" ucap Nata sambil menstater motor.

Saat motor melaju, Nata berulangkali tersenyum bahagia sambil mengyes ria. Rasanya bahagia banget. Ia membayangkan, kalaupun tak diizinkan keluar sama Chika, ia tak keberatan kalau hanya ngedate di rumah gadis pujaannya itu. Yang penting bisa berduaan sama Chika. Ah, rasanya Nata memang sudah benar-benar mabuk cinta.

Chika pun demikian. Ia tak menyangka kalau kisahnya bersama Nata jadi sejauh ini. Ia cemas, apa yang akan terjadi nanti? Apakah Nata akan menembaknya? Entahlah. Daripada sibuk mengkhayal, Chika bergegas masuk rumah dan akan segera tidur. Ia ingin malam nanti tampak cantik dan fresh.

***

Pukul tujuh kurang seperempat, Chika telah rapi dengan dress biru berenda tanpa lengan. Bandana cantik berhiaskan bunga mempercantik rambut panjangnya. Make up yang jarang disentuhnya, kini dipoles halus di wajah. Dipandangi penampilannya di cermin. Meski sedikit berias, tapi tetap tampak alami.

Chika meraih sepatu balet warna senada dari rak. Ia ingat, sepatu ini tak pernah dipakai dari waktu pertama membelinya. Belum dapat waktu yang pas sebenarnya. Namun, inilah saatnya untuk memakai sepatu itu. Di acara yang pasti akan jadi kenangan paling istimewa dalam enam belas tahun hidupnya.

"Rapi banget, Ka? Mau keluar?" tanya Sheila yang entah sejak kapan telah berada di kamarnya. Chika terkejut bukan main. Aduh, mengapa pakai ada acara Sheila datang segala? Bagaimana kalau sampai ketahuan Nata?

"Kok lu diem, Ka? Lu mau kencan sama Nata?" tembak Sheila sambil menatap tajam mata Chika. Yang ditatap mencoba bersikap santai. Namun,Chika menyadari ada sesuatu yang aneh pada wajah Sheila. Mata gadis itu tampak bengkak dan merah.

"Lu habis nangis, Sheil?" tanya Chika sambil menatap lekat wajah Sheila.

Sheila membuang muka, "Nggak kok. Jadi lu mau keluar sama Nata? Baguslah! Lu nggak lupa kan sama misi kita?" tagih Sheila.

Chika terhenyak mendengarnya. Sungguh, ia tak ingin melaksanakan misi itu. Ia tak ingin menyakiti hati orang lain. Namun, ia tak bisa apa-apa. Ia tak mau kehilangan sahabatnya.

"Aku nggak lupa," ucapnya serak. Mata Chika membesar kala melihat lengan bawah kiri Sheila diperban. Apa sahabatnya itu habis kecelakaan?

"Ini kenapa, Sheil?" tanya Chika sambil menunjuk luka Sheila.

Candy Floss LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang