DAVID ANGGARA

1.9K 47 4
                                    

David melangkah kaki memasuki gang sempit yang sering di sebut warga sekitar sebagai Gang Royal. Surganya para lelaki hidung belang ketika malam mulai menjamah.

Sebelum ia melangkah lebih jauh, tepukan keras di bahu berhasil mengalihkan perhatiannya.

"Ngapain lo kesini lagi?" Laki-laki dengan tubuh kekar bernama Bang Joe itu menatapnya tajam, kemudian berdecih. "Mending lo pergi sekarang! Sebelum preman-preman di sini ngehajar lo lagi."
Bang Joe menghisap rokoknya dalam-dalam, kemudian menyemburkan asapnya di wajah David, membuat ia terbatuk.

"Gue mau ketemu Salma, Bang." Kata David.

"Maksud lo Jesika?"

David menganggukan kepala.

"Ada. Tapi yang gue tau dia lagi ada pelanggan." Bang Joe berujar santai, lalu menjatuhkan puntung rokoknya dan ia injak hingga baranya mati. "Gue bakal bawa dia kesini. Tapi ada syaratnya."

David seolah mengerti. Ia merogoh saku celana dan menyerahkan selembar uang seratus ribu.
"Tolong bawa dia kesini, Bang. Sebentar aja."

Bang Joe mendengus, lalu mengambil uang itu. Barulah ia pergi mencari Salma.

Sekian menit berikutnya, Salma datang dengan balutan rok mini dan kaus ketat berwarna merah menyala. Gadis itu nampak tak suka, terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Sal, ikut gue pulang ya?" David berkata hati-hati. Ia memegang bahu Salma namun gadis itu segera menepisnya.

"Lo ngapain lagi sih kesini?! Pergi sana!" Salma mendorong David agar menjauh. "Gue gak mau dengar semua alasan lo!!"

"Nyokap lo..." nada bicara David berubah parau. "Pulang Sal, nyokap lo udah gak ada."

Salma mematung di tempatnya. Masih tidak percaya dengan kata-kata David barusan. Tidak mungkin, ini semua pasti akal-akalan cowok itu untuk membujuknya pulang.

"Gue serius." Kata David lagi.

Tidak ada respon apa-apa selama beberapa saat. Salma bungkam, seolah bingung harus bertindak bagaimana.

"Ya terus?" Nada bicaranya ketus, meskipun mata gadis itu nampak berkaca-kaca---menahan supaya air matanya tidak jatuh. "Ini cuma alasan lo supaya gue balik ke rumah kan?"

"Demi Tuhan, Sal." David maju selangkah, kembali memegang pundak Salma. "Lo pulang ya hari ini?"

"Nggak!" Salma mendorong dada David agar menjauhinya. Namun, belum sempat ia berkata lebih jauh, tangan cowok itu menyibak rambut panjangnya, membuat Salma buru-buru menutupi area leher.

"Sal, leher lo kenapa?" David terlihat khawatir.

Salma benci hari ini. Bukan hanya hari berduka untuknya, namun juga hari paling memalukan yang pernah ia rasakan. Bercak kemerahan di lehernya terlihat orang lain, membuat Salma merasa harga dirinya semakin jatuh.

"Bukan urusan lo!" Salma menjawab ketus. "Lebih baik lo pergi sekarang, dari pada gue bilang sama Bang Joe dan anak buahnya untuk hajar lo lagi."

"Gue gak peduli, yang penting hari ini lo bisa pulang."

Salma makin emosi, tangannya terangkat ke atas, bersiap melayangkan satu tamparan pada David, namun teriakan dari orang-orang yang berlarian mengalihkah fokusnya.

"RAZIA! ADA RAZIA!!" Teriakan itu semakin menggema, di susul suara pukulan pada sebuah benda sebagai peringatan.

"Dav, lo pergi dari sini!" Teriak Salma histeris.

"LARI! LARI! ADA RAZIA!!" Teriakan itu semakin nyaring di telinga. Diikuti oleh orang-orang yang berlarian hingga saling menabrak membuat situasi makin kacau.

︎Dusk WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang