Alicia mengetuk-ngetukan bolpoin pada meja Bu Tiwi. Dia menghela napas gusar saat menatap lembar jawaban yang belum ia isi seluruhnya.
"Sudah selesai?"
"Be-belum, Bu." Alicia terkejut ketika melihat Bu Tiwi duduk di sebelahnya membawa semangkuk soto ayam yang wangi kuahnya berhasil membangkitkan rasa lapar.
"Yaudah di kerjain dong. Kenapa diem aja?" Ujarnya sewot. Lalu menyantap soto itu dengan lahap.
Bukan hanya semangkuk soto ayam milik Bu Tiwi yang membut Alicia gagal fokus, tapi obrolan para guru yang lalu lalang di depannya berhasil membuyarkan pikiran.
Berhubung ini jam pulang sekolah, para guru sudah selesai mengajar dan berada pada tempat duduk masing-masing. Sebagian guru memilih pulang, sebagian lagi masih berada di ruangan sambil membahas hal-hal penting sampai tidak penting.
Mulai dari nama-nama murid nakal sampai murid pintar, lalu di lanjut obrolan saling memamerkan anak masing-masing.
Bu Tiwi ikut menimpali, ia memberi tahu guru-guru di ruangan itu kalau anaknya berhasil masuk ITB lewat jalur SNMPTN. Lalu, Bu Endang yang pamer kalau anaknya sudah jadi polisi. Begitu pula Pak Abraham---sang kepala sekolah tidak mau kalah. Ia mengatakan kalau putra sulungnya sudah berhasil lulus kedokteran dari universitas ternama.
Alamak jang, kalau begini terus kapan otak Alicia bisa fokus?
Baru saja ia berniat mengisi lembar jawaban, teriakan Bu Eva dari sudut ruangan berhasil membuyarkan fokus. Guru bertubuh tambun itu datang tergopoh-gopoh sembari membawa plastik besar berisi hijab segi empat yang ia jual kepada guru-guru wanita.
Alicia menghela napas gusar, fokusnya terbagi lagi saat mendengar Bu Tiwi menyesap kuah soto miliknya. Hm, Alicia berani taruhan kalau soto itu pasti sangat enak di makan saat sore hari begini.
Baru tujuh soal terisi, masih tersisa tiga soal yang jawabannya terasa paling sulit.
Tolong, berikan Alicia ruang untuk membangun fokus. Dia kira ruang guru akan tenang, tapi ternyata nihil. Suara langkah sepatu, obrolan dan tawa nyaring mereka berhasil membuat Alicia lupa semua materinya.
"Tolong cepat ya, Alicia. Ini sudah sore lho, Ibu juga mau pulang. Harus masak untuk makan malam suami."
Yah, Bu Tiwi jadi curhat kan.
"Iya, Bu. Sedikit lagi selesai." Jawab Alicia.
Ia berfikir keras, barangkali bisa fokus dan menjawab semua soal meski kondisinya tak lagi memungkinkan.
"Ibu tunggu 20 menit lagi ya. Kalau masih belum selesai, Ibu tinggal." Ujar Bu Tiwi, lalu mengigit kerupuk yang berada di mangkuk terpisah dari soto tersebut. Duh, bunyi kriuk kriuknya berhasil membuat Alicia tambah lapar. "Temen-temen kamu bisa selesai lho dalam waktu 30 menit. Ini sudah hampir satu jam tapi kamu belum selesai juga."
Plis deh, Bu Tiwi bisa diem sebentar gak sih? Bagaimana Alicia bisa cepat selesai kalau Bu Tiwi ngomel mulu kayak ibu-ibu kosan menagih uang bulanan.
Apa perlu Alicia mengamuk macam Hulk dan mengacak-acak ruangan guru untuk membuktikan kalau sedari tadi ia menahan emosi?
Akhirnya, karena bakat mengarang bebas yang ia miliki, jadilah tiga soal itu Alicia isi asal-asalan. Apalagi soal nomor satu yang berisi perintah menjelaskan proses pembentukan urine. Alicia ingat ada tiga tahap; Filtrasi, Reabsorbsi dan Augmentasi. Tapi penjelasannya panjang banget, cyin!
KAMU SEDANG MEMBACA
︎Dusk Wind
Teen FictionKetika ujian kenaikan kelas semakin dekat, Alicia Viona, merasa bingung tentang rencana masa depannya. Terutama masalah nilai-nilai standar yang di dapatnya, sedangkan dia berinisiatif mengejar jalur undangan kedokteran dari universitas ternama sesu...